(Another Side) Murid Sang Jendral

26 2 0
                                    

Namaku Theodore Watts. Aku terlahir di Negeri Utara, Amesbury sebagai anak tunggal seorang bangsawan. Ayahku, adalah sosok yang sangat hebat. 

Ia adalah seorang pedagang yang cukup berpengaruh di Amesbury. Ibuku adalah orang yang sangat lembut dan baik hati. Aku merasa sangat beruntung dan diberkahi.

Ada satu hal yang sangat kusukai dari ibu, yaitu caranya memanggilku.

"Karena nama panggilanmu panjang jadi ibu akan memanggilmu, Theo."

"Padahal ibu sendiri yang memberiku nama Theodore."

Kukira hari-hari aku bisa bergurau dan bercengkrama dengan damai itu akan berlangsung selamanya. Tapi, semua itu mulai berubah setelah aku berusia tujuh belas tahun.

Ayah yang dulu adil dan sangat kukagumi itu, tiba-tiba berubah menjadi serakah, boros, dan sangat sombong. Ayah menjadi sosok yang semena-mena dan bahkan membawa selingkuhannya ke kediaman kami.

Ibuku tidak bisa melakukan apapun dan hanya menangis dalam bayangan, sambil berharap agar semua ini segera berakhir. 

Aku sudah bersumpah pada ibu jika aku akan melindunginya apapun yang terjadi. Rasa kebencianku semakin bertambah pada ayah dari hari ke hari. Lalu saat itulah bencana itu terjadi.

Menjelang ulang tahunku yang ke delapan belas, ayah bangkrut dan tanpa peringatan, ia menyabet ibu dengan pedangnya. Aku masih ingat benar darah yang mengalir dari tubuh ibu yang tergeletak di lantai yang dingin. Aku gagal melindungi ibu.

Tidak lama kemudian, ayah segera membakar kediaman kami. Rasa marah, kecewa, jengkel, dan benci memenuhiku begitu saja. Tanpa banyak pikir, aku segera mengambil pedang dan dalam kobaran api, aku menantang ayah.

Aku tidak peduli lagi apakah aku akan hidup atau mati disini, tapi aku harus membunuhnya. Ayah berhasil melukai mata kiriku. Tapi, saat aku akan maju dan menusuk jantungnya, tiba-tiba sebuah tiang terjatuh dan menimpanya.

Seluruh emosi yang tadinya akan kuserahkan dan kubuang bersama nyawaku bagai hilang entah kemana. Aku sangat-sangat kecewa dan bahkan mengutuk Tuhan dan siapapun itu. Aku tidak bisa membunuhnya dengan tanganku. Aku tidak bisa melindungi ibuku.

Aku tidak tahu lagi kemana harus pergi. Jadi aku mengikuti nalarku untuk berjalan kemana ia ingin pergi. Aku hanyalah sebuah gelas kosong.

Tapi, setiap kali aku melihat sosok laki-laki atau ayah, aku tidak bisa menahan emosiku. Emosi itu tiba-tiba keluar begitu saja, tanpa peringatan, sama seperti ayah dulu.

Aku ingat hari itu hujan turun dengan derasnya dan beberapa bandit menghentikanku. Tanpa membiarkan mereka bicara lebih dulu, aku sudah membunuh mereka dengan tanganku. Aku tidak ingat lagi yang mana yang benar dan yang mana yang salah.

Setelah lama dihinggapi oleh rasa benci, kecewa, sedih, marah, ada satu lagi perasaan yang membuatku benar-benar menderita; kesepian. Tidak akan ada lagi orang yang akan menganggapku. 

Ibu sudah pergi, ayah sialan itu juga pergi. Tidak ada lagi tempatku di dunia ini. Aku tidak akan pernah lagi merasakan kehangatan.

Aku memegang pedangku erat dan saat aku sudah pasrah untuk merasakan sakitnya pedang yang dingin dan tajam itu, suara besi dan besi bertemu membuatku tersadar.

Pedang yang tadinya kubawa itu, kini terlempar entah kemana. Seorang pria gagah dengan rambut berwarna burnt sienna turun dari kudanya. Di tengah hujan, sosok pria itu bagi satu-satunya hal yang tidak bisa dikaburkan olehnya.

"Kau terlalu muda untuk mati, Theodore Watts. Aku akan memberimu tempat untuk tinggal."

Walau dalam derasnya hujan, aku bisa melihat jelas mata hijau emeraldnya yang tegas. Tapi ada sesuatu dari sosok itu yang membuatnya terlihat sama denganku. Dia juga kesepian. Aku tidak melawan dan hanya mengikutinya.

I'm Still A Doctor even if Transferred to My Brother Novel!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang