Penguntit.

260 24 25
                                    


Hari senin identik dengan upacara bendera. Begitupun dengan sekolahku. Perlengkapan upacaraku sudah lengkap, ikat pinggang sudah melingkar di pinggangku. Topi sudah menutupi kepalaku. Dasi sudah terbentuk rapi di kerah bajuku. Tidak ada pelanggaran yang aku lakukan. Aku melihat isi kelasku juga sudah rapi dengan atribut yang sama denganku.


"Yuk keluar!" Ajak Azrana yang baru saja datang dan meletakkan tasnya di kursinya yang berada dibelakang kursiku.


Aku memasukkan handphoneku kedalam tas kemudian menyusul teman-temanku yang sudah keluar kelas. Aku sedikit berlari untuk menyusul mereka. Aku rasa, pagi ini kesialanku kembali datang. Lagi-lagi aku bertabrakan dengan Bumi yang entah datang darimana. Aku menabrak tubuh bagian sampingnya. Ia melirikku datar. Aku sedikit memundurkan langkahku agar ia lebih dulu pergi. Tetapi, ia tetap di tempat tidak ada niatannya untuk melangkah pergi. Aku pun melangkah dari belakang tubuhnya tetapi, ia memundurkan badannya membuat langkah kakiku berhenti. Aku menggeser langkahku, melalui depannya tetapi, ia kembali memajukan langkahnya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Lo duluan aja." Ucapku menahan kesal. Ia hanya diam, melirikku datar.


"Lo atau gue duluan?" Tanyaku menahan kesal. Ia tetap diam.


"Upacara sebentar lagi di mulai. Gue nggak mau telat. Bisa lo minggir dulu?"


Lagi-lagi aku hanya di liriknya. Aku menghela nafas kasar. Menatapnya datar. Tanpa ada rasa takutku padanya, aku mendorong bahunya kasar. Aku pergi dengan berlari, meninggalkannya di depan kelasku. Aku sungguh tidak suka membuang waktu seperti yang tadi ia lakukan.


"Lama banget lo, Lan." Ucap Azrana yang berdiri didepanku.


"Tadi handphone ke bawa." Alasanku. Tidak mungkin aku mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Bisa-bisa mereka menanyakannya dan akan riweh.


Aku melirik ke belakangku. Dimana Bumi baru saja melewatiku menuju barisan kelasnya. Raut wajahnya tetap datar dan juga terasa dingin. Sungguh, sikapnya sangat menakutkan. Entah apa yang membuat gadis-gadis disini banyak yang menyukainya. Aku akui, wajahnya memang ganteng, tapi kalau menakutkan begitu, akan aku urungkan kalau ia idaman. Aku berdo'a agar aku tidak menyukainya. Kalau aku sampai menyukainya, berarti aku sudah gilak!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang