AX 57 - Hi, sea!

139 29 14
                                    

Ig: @Anantapio26_

Banyak orang-orang yang melihat keanehan tiga anak manusia tersebut. Mereka hanya bisa geleng-geleng kepala atau bahkan sialnya malah ikut tertawa. Nanta berusaha untuk lepas dari cekalan dua sahabatnya yang tidak kunjung membebaskannya. Arya dan Dimas justru membopong Nanta dan tidak segan untuk menceburkannya ke pantai. Ah, kini tubuh Nanta sudah tidak dapat tertolong untuk terhindar dari pembalasan yang setimpal kedua sahabatnya. Namun, tidak lama kemudian Arya dan Dimas pun menyusulnya untuk ikut menceburkan diri ke pantai. Seakan-akan merekalah penguasa Pantai Sanur ini.

"Konyol!" Laisa meneriaki lelakinya sembari tertawa.

"Indahnya pantai jadi rusak karena mereka."

Laisa menoleh. Ternyata Alfan. Laki-laki itu berdiri tepat di sisinya.

"Kenapa memangnya?"

"Gapapa. Asal masih ada lo. Keindahan pantai jadi tertolong."

Laisa tertawa. "Ngomong apa, sih?"

Alfan tertawa kecil. Tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan itu ia pun berlalu.

Laisa tidak terlalu peduli pada laki-laki tadi. Ia kembali asyik menatap keanehan Nanta bersama kedua sahabatnya. Justru karena mereka bertiga, keindahan pantai semakin terlihat hidup.

Nanta kemudian berlari ke arahnya dan membawanya menuju suatu tempat yang tidak pernah Laisa mengerti. Dengan menaiki kapal boat ia melintasi permukaan pantai menuju tengah laut. Di mana banyaknya lumba-lumba yang saling berkejar-kejaran mengikuti jalannya kapal boat yang ia tumpangi.

Gadisnya terlihat takjub, seakan baru kali ini ia melihat sekumpulan lumba-lumba yang berenang bebas ditemani cahaya keemasan dari sinar matahari yang terlihat seolah memperlambat pergerakannya untuk meninggi. Tangannya merentang, berusaha menggapai lumba-lumba di depannya. Padahal sebelumnya ia merasa takut pada kedalaman laut, danau, atau apa pun itu yang berkaitan dengan dalamnya dasar air. Tapi semua yang Nanta lakukan untuknya membuatnya merasa lebih hidup.

Si bapak nahkoda membuat seekor lumba-lumba berenang mendekati Laisa. Entah dengan mantra apa ia sukses membuat lumba-lumba itu merasa terpanggil dengan sesuatu yang si bapak itu lakukan. Lalu satu kecupan dari lumba-lumba itu jatuh di pipi Laisa yang mengembang karena senyuman.

"Hai, lumba-lumba. Titip salam untuk lautmu. Bahwa kelak gadis yang kau cium ini akan menjadi pendamping hidupku."

Lumba-lumba itu bersuara seakan mengiakan. Kemudian pergi.

Senyum penuh rasa bahagia itu tak mau berhenti mengembang, bahkan semakin terlihat lebar. Nanta memang selalu bisa memberikan kejutan, segala hal yang dilakukannya selalu membuatnya merasa bahagia.

Ya, Tuhan. Aku ingin bersama dia. Hanya dia yang aku inginkan.

Doa yang sama dari dua insan berbeda melayang penuh harap. Mereka saling tatap. Saling mengutarakan rasa dari sepasang pupilnya.

"Lumba-lumba tak punya dosa seperti kita. Tadi dia bantu aminkan."

Laisa benar-benar tidak bisa lagi menahan senyumannya untuk terus terumbar. Semoga Nanta tidak cemburu karena alam pun menyaksikan senyumannya yang satu ini dengan senang.

"Syukurlah. Semoga mempermudah doa kita untuk dikabulkan Tuhan."

Kapal yang mereka tumpangi berhenti tepat di bibir pantai dengan tebing menjulang di hadapannya sesuai dengan permintaan Nanta.

"Nanti jemput kami pukul sembilan ya, Pak."

Si bapak mengiakan kemudian pergi. Tinggallah di pulau dengan pasir putih ini hanya Nanta dan gadisnya.

AXIOMATIC (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang