3.Kenalan?

40 8 3
                                    

       Shaka berjalan menuju kantin sendiri. Ia terpaksa sepagi ini pergi ke kantin. Pasalnya perutnya sangat lapar, karena tadi ia melupakan sarapanya. Ia membeli semangkuk bubur ayam, karena hanya makanan bubur ayamlah yang tersedia sepegi ini.

       "Maaf pak. Uang saya tertinggal di kelas."

       Shaka sekarang sudah berdiri di sebelah gadis yang lupa membawa uang itu.

       "Man, bubur ayamnya satu," ia memberikan uang sepuluh ribuan kepada pak maman.

       "Itu uang untuk orang ini. Kalau gue bayarnya nanti, kalau udah selesai makan,"Ia menunjuk ke arah gadis yang ada di sampingnya. Gadis itu terkejut. Shaka menatap gadis itu sekilas lalu pergi, menuju salah satu kursi yang ada di sana.
      Gadis yang diketahui namanya oleh Shaka itu pergi menghampiri Shaka. Sembari membawa bubur ayam yang dipesannya. Ia duduk di sebelah Shaka, tetapi berjarak kurang lebih 30 cm.

       "Kenapa kamu membayarkan makananku?" tanya gadis itu, tak lain yaitu bernama Alina.

       "Gue cuman minjemin lo uang. Enggak gratis," ucapnya datar.

       Si penjual bubur ayam yang di ketahui bernama maman itu, tiba tiba datang membawa semangkuk bubur ayam.

       "Ini bubur ayamnya," ucapnya lalu pergi kembali berkerja.

       Langsung saja Shaka menyantap bubur ayam itu.

       "Terima kasih. Kamu sudah meminjamkan aku uang," ucap Alina tiba tiba.

       Mata Shaka membulat, ia berhenti mengunyah bubur yang ada di mulutnya. Lalu menatap Alina. Di lihatnya Alina sedang tersenyum manis ke arahnya.

Manis sekali senyumanya. Gue jadi heran, kenapa dia di jauhi. Padahal kan dia sangat baik.

       "Iya. Tapi lo jangan sampai lupa bayar!" ucap shaka lalu kembali melahap bubur ayamnya.

       "Iya. Nanti istirahat pertama akan aku bayar," ucap Alina.

       Alina masih saja terseyum, Shaka yang menyadari itu. Merasa canggung.

      "Ya sudah, makan! Keburu dingin bubur ayam lo!"ucapnya sok tegas. Padahal ia merasa gugub.

       "Makasih. Kamu baik sekali"

Bisa gak gak usah puji gue. Gue kan jadi ngerasa menjadi manusia yang paling baik di dunia.Ucap batin Shaka.

       "Tapi aku akan memakannya di kelas saja. Aku pergi dulu,"Pamitnya.

      "Ya sudah, sana pergi!"

       Alina terseyum, lalu ia berlari kecil semakin menjauh dari Shaka. Sementara Shaka, bernafas lega.

       "Huh. Kenapa sih, kalau gue di dekat dia ngerasa gugub."

       Tanpa ia sadari, di sebelahnya ada pak Maman penjual bubur ayam.

       "Mungkin suka," ucap pak mamang. Yang membuat Shaka terkejut.

        "Astaga. Pak mamang nguping ya?" tuduh Shaka.

       "Enggak, cuman mau ambil mangkok," ia mengambil mangkok yang berada di sebelah Shaka.

       Shaka mengalihkan pandanganya.

       "Yaudah sekalian punya gue. Dan ini uangnya," shaka memberikan uang sepuluh ribu kepada pak maman. Lalu bangun dari duduknya, dan mulai melangkah.

       "Kalau suka bilang aja. Siapa tau dia juga suka," ucap pak maman yang masih dapat didengar oleh telinga Shaka

       Shaka berhenti, mendengarkan ucapan pak mamang. Lalu kembali berjalan.

                                      ****

       Shaka bersama kedua sahabatnya, sedang berjalan di koridor sekolah.

       "Ka, ke rumah gue yuk,"pinta Erik.

       "Ngapain?" tanya Shaka.

       "Ya elah ka, ngobrol ngobrol lah. Sekalian lo ngajarin gue pelajaran bahasa indonesia."

       Shaka belum sempat menjawab namun tiba tiba di hadapanya ada Alina yang bernafas tergesa gesa.

       "Kamu... Maaf. Aku tidak bisa membayar sekarang. Aku janji besok akan aku bayar. Soalnya tadi uangku untuk membayar iuran kelas." jelasnya.

       Shaka menatap Alina, lalu menatap kedua sahabatnya. Ia menarik tangan Alina membawanya jauh dari kedua sahabatnya.

       "Lo. Kalau mau ngomong soal itu. Jangan di depan teman- teman gue" perintah Shaka.

       "Kenapa?"

       Shaka memutar bola matanya malas, tidak mungkin ia menjelaskan yang sebenarnya.

       "Ya gak apa apa. Lagian juga kenapa lo baru ngasih tau sekarang! Lo bilang istirahat pertama"

       "Maaf"

       "Sudahlah. Lupain aja"

       "Maksudnya aku tidak perlu bayar hutang ku?"

       Shaka menganguk,"Tidak, aku meminjam uangmu, jadi aku harus membayarnya. Aku janji akan aku bayar besok. Lagi pula aku tidak mengenalmu."

       "Hah?lo gak kenal gue?"

       Alina menggeleng,"Gue Shaka"ucap Shaka tiba tiba.

       "Memangnya aku menanyakan nama kamu?"

       Shaka menggaruk tengkuknya, "Enggak. Tapi apa lo gak mau kenalan sama gue?"

       "Kenalan?"

       "Iya. Ngasih tau nama itukan sama aja kaya kenalan," ucapnya bingung, ngawur dan kesal.

       "Memangnya kita harus kenalan?" tanyanya.

       "Ya iya. Gue minjemin lo uang, supaya gue bisa kenalan sama lo, gue ngedeketin lo supaya gue bisa kenalan sama lo. Gue ingin jadi teman lo!"

       Shaka melotot. Ia keceplosan. Dengan segera ia menutup mulutnya, yang suka sekali meledak saat dirinya marah.

       "Oh. Seperti itu?"ia mengulurkan tanganya sembari terseyum.

       "Alina."

       Shaka bingung, tapi akhirnya ia menjabat tangan Alina dan terseyum kikuk.

      "Yaudah. Gue mau pulang,"ia pergi meninggalkan Alina.

Aduh kenapa gue keceplosan, lagian kenapa gue ingin banget kenalan sama dia. Ahh gue jadi pusing.

       Ia menggaruk garukan kepalanya yang tidak gatal. Sedangkan, Eza dan Erik yang melihat shaka pergi begitu saja, mereka berlari menghampirinya.
       Saat mereka melewati Alina, mereka tidak lupa untuk menyapanya.

      "Kita duluan ya. Alina," ucap Erik diikuti senyuman kikuk dari Eza. Lalu mereka pergi mengejar Shaka.

      Alina terseyum,"kenapa mereka tahu namaku?"gumamnya.

  

Shaka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang