One Thing

30 6 5
                                    

Aku mendapat kabar dari barista, bahwa terdapat bahan-bahan yang stoknya sudah habis. Jadi, aku akan bergegas pergi kesana. Setelah sampai, akupun membuka pintu masuk ke café tersebut. Tertera spanduk yang bertuliskan "Going Merry Café". Yup!, bila memasuki café ini kalian akan tidak asing dengan suara lonceng yang tepat berada diatas pintu. Menandakan bahwa bila lonceng tersebut berbunyi, itu artinya ada pelanggan yang berkunjung.

"oh?selamat pagi,al", ia membungkuk dan menyapaku. Namanya Mitsuko, ia adalah resepsionis. Sifatnya yang ceria dan ramah semakin pantas akan posisinya sekarang. Ia juga merupakan teman dekatku, karena pertama kali kita bertemu saat aku masih menjadi mahasiswi di Hokkaido.

"selamat pagi,suko-chan. Sudah berapa kali aku katakan, jangan terlalu formal kepadaku .Kita kan berteman", sahutku dengan ramah. "hehehe, lagipula ini di café, jadi tak apa kan?"tanyanya. "hm...baiklah, aku akan kesana dulu ya", lalu berjalan meninggalkannya. Setelah itu, aku menghampiri barista yang tengah sibuk membuat pesanan. "hai cantik, kamu keliatan kesusahan, mau dibantu?".

"eh?", seketika ia mematung ditempat dengan badannya membelakangiku. Perlahan, ia mulai membalikkan badan, "haahh.....kirain siapa?kamu ya, bikin aku takut aja". "hahahaha", aku tertawa lepas karena melihat tingkah lakunya, ia adalah Dira, sahabatku sewaktu kami SMP. "oh ya?katamu tadi ada yang habis, dimana daftar-". "halo Alania!", belum habis aku bicara sudah dipotong saja olehnya, dia adalah Bagas, barista juga sama dengan Dira. Aku memutar bola mataku dengan malas, "aku sedang bicara dengan Dira, kok dipotong sih?", dengan nada yang sedikit kesal. "ya kan aku cuma menyapamu, al".Aku mendengus kesal, "jadi dimana daftar bahan-bahan yang habis?", tanyaku pada Dira.

"oh...ini", sambil memberikannya padaku. Akupun segera mengambilnya, dan duduk di ujung dekat jendela dimana tempat itu merupakan tempat favoritku. Karena viewnya pegunungan, taman, juga langit yang biru pastinya sangat memanjakan mata. Aku melihat sekilas ke arah jendela, karena jujur saja aku menyukai hal-hal kecil. Ya seperti pemandangan juga udara segar. Tak sadar, aku banyak tersenyum karena melihat burung sedang bermain dengan burung lainnya. Akupun mula menulis daftar bahan-bahan yang stoknya sudah habis.

-Bagas PoV-

Aku tengah membuat ice moccalatte dan hot Americano pesanan pelanggan. Saat aku menyimpannya di meja untuk diambil, pandanganku tak sengaja menuju arah sudut ujung tempat duduk. Ya memang, disana tengah ada yang duduk yaitu Alania.Awalnya aku hanya melihatnya sekilas, tapi saat ia tersenyum.Aku melihatnya kembali, dan entah kenapa pandanganku tak mau teralihkan sehingga melihatnya dengan seksama.

Mengapa aku melihatnya dengan seksama?aduh, ada apa ini?susah banget buat berpaling. Tapi kalo boleh jujur sangat cantik.

"gas", aku tidak menyadarinya. "gas", lagi-lagi aku tidak mendengarnya. "woi gas!", sontak akupun terkejut. "ada apaan sih dir?suara lo kenceng amat", sambil mengusap-usap telinga kiriku. "habis lo kek fokus banget , lagi ngeliatin apaan sih sampe fokus gitu?", tanyanya."eh-em..anu..ah enggak", ah tidak aku salah tingkah. Akupun segera memberitahu pelanggan untuk membawa pesanannya.

Haaahh.....aku bernafas panjang karena kejadian tadi,tapi mengapa hatiku berdebar ya?apakah.....?ah tidak tidak, tidak mungkin aku menyukainya ingat dia manager café ini. Mana pantas aku mendapatkannya,tapi....

Hamdallah...bagas sadar diri -author

Berdoa untuknya.Seraya tundukkan kepala. Mengheningkan cipta,mulai!  -Dira

Gue masih idup woii!!  -Bagas

Udah udah, lanjut! -author

"gas", sambil menepuk pundakku."what?!fiuh...bisa ga sih ga ngagetin?", dengusku kesal."ya lo sih ngelamun, tumbenan ngelamunin apa?kek yang punya pikiran aja hahaha", laki-laki yang tertawa itu adalah temanku,Minho. "hm...ga tau sih". "kok gitu?"sambil memiringkan kepalanya. "soalnya, gue ga tau ini tuh apaan?", jawabku kebingungan. "ini?maksud lo apaan sih! coba jelasin", Minho mengernyitkan dahinya. "kalo misalnya lo liat sesuatu dengan fokus banget, terus lo gak bisa berpaling dari itu, dan juga hati lo berdebar. Itu kenapa min?".

"oh...hahaha", ia tertawa lepas. "kok malah ketawa sih?bukannya jawab", aku kebingungan melihatnya. "itu tuh yang namanya suka,gas", jawab Minho. "hah?suka?", pikiranku masih bingung akan hal itu. "iya...suka. Kalo lo lagi liat sesuatu, terus lo tertuju terus pada yang lo liat. Dan satu lagi hati lo berdebar-debarkan?itu artinya lo suka", jelas Minho.

Jadi...aku tengah menyukainya?

   -Alania PoV-

Akhirnya selesai juga aku mencatat, ternyata banyak juga yang sudah habis. Sembari bersandar, aku meregangkan kedua tanganku yang pegal karena menulis. Kenapa aku jadi ingin minum coffee ya? hm..baiklah mungkin aku akan membuatnya sendiri. Aku berjalan ke arah dimana barista membuat coffee. Aku tengah membuat ice americcano favoritku, rasanya memang pahit tapi itu tidak masalah. "lho al, kok bikin sendiri sih? kan bisa minta aku atau yang lainnya untuk buatin", Minho datang dari dapur dengan tersenyum. "oh? ah gapapa kok, aku lagi pengen aja bikin sendiri lagian aku juga tahu kok bikinnya", jawabku jelas.

"hm...baiklah, tapi kok ice? bukan hot? bukankah akan baik kalo kamu meminum yang hangat selagi cuaca dingin?", tanya Minho heran. "hm...favoritku emang ice", jawabku sambil tersenyum. "oh..baiklah, mau dibuatkan dessert?", tawarnya."hm...boleh deh, gak keberatan emangnya?", tanyaku. "tenang aja, lagipun aku lagi senggang. Tunggu aja di meja, nanti aku antarkan". Minhopun pergi kembali ke dapur. Akupun membawa ice americcano ke meja tadi yang kududuki.

15 menit kemudian

"ini dessertnya", Minho meletakkannya di meja. "oh? terimakasih, apa kamu sibuk atau senggang? jika kamu senggang kamu boleh kok duduk", tuturku jelas. "senggang sih, hanya saja...aku tidak pantas duduk disini", suaranya merendah. "lho kenapa? karena aku manager? aduh....sudah berapa kali aku bilang, tidak perlu canggung seperti itu. Lagipula aku tidak apa apa", sambil menggeleng-gelengkan kepala. "hm...baiklah, terimakasih al", sambil membungkukkan badannya sedikit. Minho duduk tepat dihadapanku. Akupun mencicipi dessert yang dibuatnya, "tunggu....bukankah ini lava cake?", mataku terbelalak. "iya itu lava cake", jawab Minho. Saat mengambilnya dengan garpu kecil, terlihat aliran coklat yang lumer. Jika memakannyapun, kamu akan merasakan lembutnya brownies coklat ditambah manisnya coklat lumer yang semakin menambah ledakan manisnya di mulut. "ini salah satu dessert kesukaanku", jelasku sambil memakannya kembali. "oh benarkah ?aku baru mengetahuinya, tapi syukurlah jika kamu menyukainya", Minhopun tersenyum.

"ah tunggu", sambil mendekat. "ada ap-", belum melanjutkan pertanyaan, Minho tengah membersihkan sudut bibirku yang terkena coklat. "nah...sudah bersih", sambil mengangguk. "ah terimakasih", sambil tersenyum tipis.

Ciee aduh degdegan yaa...ekhem -author

Diem lu thor! -Alania

Santai cuy,silakan lanjut wkwk -author

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.



Next chapter lagi ya😊 gimana?seru atau menebarkan nih😂 ciee yang pengen jadi Alania wkwkwk. Jangan lupa untuk vote dan isi kolom komentar ya!jangan lupa pula untuk request cerita selanjutnya😉

Thank you,next~









Find Me Between Coffee And Tomorrow {The End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang