Prolog

146 11 0
                                    

***

Los Angeles, memang sebuah kota yang sangatlah besar dan juga penuh dengan hingar bingar. Ada kalanya juga, di balik keramaian yang terjadi itu, ada suatu kesepian yang bahkan tidak bisa dihindarkan lagi. Suatu kesepian yang bahkan aku sendiri pun tidak pernah tahu tentang bagaimana caranya untuk bisa menghindar. Aku sendiri pun selalu saja terus berlari dan berlari dari semua masalah yang terjadi di dalam hidupku, dan tetap saja tidak tahu cara yang tepat untuk bisa mengatasinya.

"Besok, kau harus datang lebih awal... Karena Cammi tidak akan datang besok, dia ijin, mengambil bagian cuti. Jadi kamu yang harus menggantikan shift bekerjanya ya. Mengerti?!"

Pria yang berbicata itu adalah bos ku di resto tempatku bekerja, namanya adalah James. Sebenarnya dia adalah orang yang cukup baik, hanya saja terkadang dia bisa menjadi sangat menyebalkan. Aku menatapnya sambil memakai jaketku yang tebal. Bersiap untuk pulang setelah jam shift bekerja ku pada akhirnya selesai. "Baik-baik, tenang saja. Aku akan datang lebih awal besok... Jangan khawatir tentang hal itu..."

James langsung saja tersenyum lebar, sama sekali tidak ragu untuk memperlihatkan kerutan halus yang muncul di kedua kelopak matanya itu. Dia baru berusia 45 tahun seminggu yang lalu. "Aku harus pulang ke rumah sekarang. Sampai jumpa besok, James..." ucapku sambil melangkah perlahan keluar dari dalam resto.

"Ya-ya... Hati-hati di jalan..." jawabnya dari dalam resto. Dia selalu pulang paling akhir, menunggu beberapa rekanku yang masih memiliki shift kerja mereka yang bisa sampai tengah malam nanti.

Aku berjalan menuju jalan sempit yang berada tepat di sebelah kanan resto, untuk bisa mengambil sepeda kayuh milikku. Aku membuka gembok kecil yang ada di rantai dan mulai mendorongnya hingga keluar dari jalanan sempit itu. Sebenarnya, aku bisa saja jika pulang dengan menggunakan taksi atau bus. Tapi aku ingin mengurangi pengeluaran keuangan sejak bisa bekerja di resto James.

Dengan perlahan, aku menaiki sepeda kayuhku dan mulai mengayuhnya. Masih sekitar pukul sembilan malam, dan tentu saja kota ini masih sangat ramai. Lokasi rumahku juga cukup jauh dari tempatku bekerja, ku pikir, aku seharusnya mencari rumah kecil yang berada di dekat resto James. Setidaknya untuk menghemat waktu perjalanan.

Perjalanan pulang dan juga berangkat, hampir sama, sekitar satu jam. Melewati daerah dengan penuh pepohonan. Rumahku cukup terpinggir sebenarnya, sehingga masih bisa ditemukan hutan atau bahkan pepohonan yang lebat.

Aku menghela napas, saat merasakan lelah di kedua kakiku. Meski sudah hampir selama satu tahun bekerja di resto James, aku masih saja merasa tidak kuat saat bersepeda.

CIITT...

Dengan tergesa aku menghentikan laju sepedaku saat akan masuk di daerah pepohonan yang lebat. Bukan karena takut atau apa. Tapi seketika kedua mataku membulat saat melihat sesuatu yang terang dari langit. Bahkan sangat menyilaukan mata.

Beberapa kali aku mengedipkan kedua mataku untuk memastikan apa yang saat ini sedang ku lihat. Meteor. Aku yakin akan hal itu. Penuh dengan cahaya, dan bentuknya seperti akan jatuh dengan kekuatan yang sangat cepat. Sial. Mana sempat aku bisa pergi menjauh atau bahkan untuk mengayuh sepeda lebih cepat agar bisa sampai di rumah.

Meteor itu mungkin akan jatuh di dalam hutan, tapi tentu saja efeknya akan bisa terasa sampai di rumah. Dengan cepat aku mengayuh sepedaku untuk berbalik arah, setidaknya aku harus bisa segera untuk menjauh sebelum terjadi hal-hal yang sama sekali tidak ku inginkan.

Aku mengayuh dengan kecepatan maksimal yang bisa ku lakukan saat ini juga. Mengayuh dengan ketakutan, tentu saja itu akan menghambat laju kedua kakiku yang terasa gemetar saat ini.

BUMM

"AAARRRRGGGGHHHHH!!!!"

Tubuhku terlempar dan jatuh seketika menghantam jalanan beraspal. Aku mendengar suara teriakan, yang bahkan aku yakin itu adalah suara teriakan ku sendiri. Tubuhku berguling di jalanan itu, dan aku yakin bahwa beberapa bagian dari tubuhku juga terluka.

Tubuhku terlentang dan menatap langit yang bahkan terlihat semakin gelap saat itu juga. Semuanya terasa sangat sunyi saat ini. Bahkan kedua telingaku masih berdengung hebat. Aku tidak yakin apa yang terjadi saat ini. Tubuhku bahkan terasa sangat sakit dan juga kaku.

Aku memaksakan diri untuk menolehkan kepalaku ke arah kanan dan aku melihat sepedaku yang terlihat rusak parah. Sial. Aku meringis seketika, saat bisa merasakan beberapa bagian dari tubuhku yang terluka itu mulai mengeluarkan darah. Kedua mataku terasa sangat berat dan kepalaku juga mulai pusing.

Beberapa kali aku mengedipkan kedua kelopak mataku dengan perlahan. Mencoba sekuat tenaga untuk tetap sadar. Aku yakin jika meteor itu sudah jatuh disertai dengan asap yang cukup tebal, dan juga menyebabkan beberapa pepohonan terbakar disana. Dahiku berkerut dalam, dan aku kembali menatap langit di atasku.

Haruskah aku menutup mata?

Bagaimana dengan pekerjaanku di resto James besok?

Kedua mataku rasanya semakin berat saja, dan aku bisa merasakan bahwa napasku juga terasa berat dan aku terengah. Sesekali aku menutup dan membuka kedua kelopak mataku. Dan tiba-tiba saja aku bisa melihat bayangan hitam yang berdiri tepat di disamping tubuhku dan menatap ke arahku. Aku sendiri tidak yakin bayangan hitam apa itu.

Aku mencoba bicara tapi sekali lagi rasanya seperti tidak bisa. Sesaat aku bisa melihat jelas kedua bola mata yang berwarna abu-abu dari balik bayangan hitam itu. Aku yakin dia adalah orang, mungkin warga sekitar juga. Dan aku mendengar sirine polisi mendekat, dan bayangan hitam itu pergi begitu saja.

Aku menghela napas berat saat beberapa tangan mencoba meraih tubuhku untuk membuatku tetap sadar saat itu. Aku mendengar banyak orang di sekelilingku saat ini. Tapi aku tidak yakin, apakah aku bisa untuk tetap sadar hingga nanti. Dan ku putuskan untuk mulai menutup kedua mataku secara perlahan.

In The Dark ✔️ {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang