Waktu baru menunjukkan pukul 06.04 pagi. Dan meja makan yang biasanya hanya diisi oleh enam orang penghuni rumah tersebut. Kini bertambah satu orang di mana hal itu cukup membuat yang lainnya terheran. Tidak biasanya seorang Kyuhyun Putra Dirgantara ikut bergabung untuk sarapan pagi. Karena kebiasan pria itu yang selalu tidur lagi setiap habis sholat subuh, namun pagi ini tidak. Apa ini sebuah kemajuan?
"Mau nambah lagi?" tanya Retno pada putra bungsunya yang menyuapkan sendok terakhir nasi gorengnya.
Kyuhyun menggeleng kecil seraya tersenyum pada sang ibu. "Aku udah kenyang banget. Nasi gorengnya juga enak. Pasti masakan Bi Odah, ya?"
"Masakan Mbak lah," jawab Fany.
"Masa? Ya gak percaya lah," celetuk Kyuhyun, memeletkan lidahnya pada sang kakak, lantas terkekeh kecil.
"Jangankan Om, aku aja gak percaya kalo ini masakannya Mami," timpal Yoona langsung, membuat sang ibu mencebikan bibirnya sebal.
"Yoona, gak boleh gitu, Nak. Gak sopan. Nanti kalo Mami kamu sedih gimana?" tanya Siwon yang tak mengalihkan pandangannya dari koran yang sedang dibacanya. Mencari tahu berita terbaru yang sedang terjadi di Bandung.
"Kalo Mami sedih kan tinggal Papi ajak belanja aja. Pasti langsung gak sedih lagi," celetuk Arsen, bocah berusia dua belas tahun yang sudah dua minggu ini memakai seragam putih biru.
Siwon terkekeh kecil sambil melipat korannya, lalu mengusap kepala putra bungsunya gemas. "Arsen udah selesai sarapannya belum? Kita berangkat sekarang, yuk. Papi ada rapat nih di kantor, jadi harus buru-buru deh."
"Ini masih terlalu pagi, Mas. Kasian nanti dia sendirian lagi di kelasnya," ucap Fany, bangkit berdiri sambil mengusap perut buncitnya. Mengambil tas kantor milik sang suami yang diletakkan di atas kursi paling ujung. "Kamu juga gak bilang kalo pagi ini ada rapat. Aku kan bisa nyiapin pakaian kamu. Ini malah nyiapin sendiri."
"Yah, aku berangkat sama siapa dong?" tanya Yoona tiba-tiba.
Kyuhyun menatap sang keponakan yang duduk tepat di hadapannya. Tiba-tiba saja ia tersenyum saat teringat sesuatu. "Kamu bareng sama Om aja. Kebetulan Om mau ketemu sama editor," ucapnya yang malah mendapat tatapan heran dari Yoona.
"Tumben?"
"Apa?"
"Biasanya paling males kalo disuruh nganterin aku sama Arsen. Tapi, ini malah menawarkan diri. Sangat patut dicurigai," ujar Yoona, menatap sang paman dengan kedua mata menyipit.
"Kan sekalian. Kalo gak mau, ya udah."
"Aku bareng sama Om aja," ujar Arsen.
Siwon mengangguk, lalu menyeruput kopinya, lantas bangkit berdiri. "Ya udah, kalo gitu Papi berangkat duluan. Kyuhyun, tolong anterin mereka, ya. Pastiin sampai masuk gerbang sekolah. Soalnya di zaman sekarang penculikan itu gak mandang usia. Anak kecil, anak gede, sama aja. Bisa jadi korban."
Fany tersenyum menatap wajah adiknya yang terlihat sedikit sebal karena diberi pesan yang setiap hari selalu dikatakan pada supir mereka. "Kamu gak perlu khawatir. Anak-anak kan dianterin sama Om mereka. Dan udah pasti Kyuhyun akan mastiin mereka baik-baik aja. Iya kan, Dek?"
"Mba, berhenti panggil aku 'Dek', dong. Udah gede tau, malu-maluin aja."
"Bukan cuma udah gede aja, tapi juga udah berumur," ujar Yoona, lalu tertawa hingga terbahak-bahak.
"Yoona."
Suara sang ayah yang memanggil namanya pun langsung membuat tawanya terhenti begitu saja. Yoona berdeham kecil, melirik pamannya yang kini menggeram kesal. "Maaf..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Jomblo (SELESAI)
FanficSemenjak lulus SMA, cowok bernama Kyuhyun Putra Dirgantara ini udah menjabat jadi 'Presiden Jomblo' selama tiga periode berturut-turut, dan ini merupakan tahun terakhir masa jabatannya. Kalo tahun ini dia belum nikah juga, mau gak mau, dia harus dil...