Kurva melengkung yang tersemat di bibir ranum Jiyeon tidak dapat disangkal begitu indah. Dari kejauhan memandangi setiap pergerakan Jungkook mendribble bola basket dengan begitu lihai. Tak ayal, bulir keringan yang membasahi epidermis beruratnya semakin meningkatkan kadar ketampanan yang sudah hadir dalam parasnya. Ditambah surai Jungkook yang mulai memanjang kini tidak terkondisi kacaunya. Bukan menghancurkan, Jungkook malah semakin memukau.
Satu poin lagi berhasil didapatkan oleh tim Jungkook. Sorak-sorai terdengar ricuh dari beberapa penonton yang hadir sebab ini bukanlah pertandingan resmi. Pun sudut-sudut bibir Jiyeon semakin melebar dengan pancaran yang berbinar-binar menguar dari iris cokelat terang miliknya. Kendati hanya dapat berdiri cukup jauh dari sang di damba, Jiyeon tidak dapat menampik rasa berdebar itu tetap sama dan selalu ada.
Menggigit bibir bawah manakala lambaian tangan Jungkook mengitari sekeliling, mengundang pekikan para gadis yang semakin memekakkan gendang telinga. Termasuk rona merah sewarna kelopak bunga sakura yang merambat pada belah pipi halus Jiyeon. Jungkook seakan menularkan gelora yang hadir dalam tubuhnya kepada setiap orang hanya melalui gerak tangan di udara. Sungguh sempurna.
Pun perlahan pekikan itu surut saat pemandangan di depan sana mampu membuat siapapun tercekat dengan cepat. Jiyeon dan bibirnya yang ternganga lantaran menemukan Solhee melangkah memasuki pertengahan lapangan. Memberikan pelukan pada tubuh kekar itu hingga memaksa Jiyeon menggertakkan rahang dalam sekedip. Geligi yang saling mengetat manakala kini Solhee justru membantu Jungkook mengelap keringat yang hadir di garis wajahnya.
Lekas mendecih dengan mengalihkan pandangan menjadi tertunduk, menahan angkara melalui kepalan tangan yang menggantung di sisi tubuh. Ada napas yang memburu begitu Jiyeon mencoba melirik lagi melalui sudut matanya. Dengan ekspresi sedatar marmer, adalah Jiyeon yang menemukan Jungkook tengah mencumbu Solhee penuh nafsu.
Mendengus kasar, maka tidak ada alasan lagi untuk membuatnya berdiam diri lebih lama disana selain memutar tubuh untuk bergerak menjauh. Melangkah lebar dengan tungkai kecil yang ia punya. Mengabaikan satu fakta bahwa Jungkook juga menilik kecil melalui iris setajam bilah pisau yang diasah ia punya.
Pun mengulas senyum miring saat menemukan punggung kecil Jiyeon menghilang dari pandangan.
"Jungkook! Ayo, sekarang ke ruang ganti." Sahutan Solhee membuatnya memutuskan atensi. Dengan senyum lebar yang terpatri lekas Jungkook menganggukkan kepala. Membiarkan satu tangannya masuk ke dalam genggaman lembut sang kekasih.
"Hm, baiklah."
...
Ketika Jiyeon dengan wajah suramnya menjejaki tungkai menelusuri lorong menuju ke kelas, ada perasaan tidak nyaman yang belum kunjung hilang sedari tadi. Tidak dapat dihindarkan bahwa Jiyeon jelas diserang cemburu. Maka, agaknya kepalan pada sepasang tangannya tidak lenyap sama sekali. Dengan geraman tertahan hingga membuat rahangnya mengeras, Jiyeon dan langkah yang dihentakkan dengan sengaja sedikit menarik perhatian mereka yang berpapasan.
"Ahn Solhee sialan—oh!"
Adalah Jiyeon yang termangu saat kini Eunra datang dari arah berlawanan. Berniat mengangkat satu tangan untuk memberikan sapaan sebelum tercekat total begitu Eunra berjalan melaluinya. Apatis, hingga Jiyeon total menganga dengan netra terbelalak. Tak ada lirikan sama sekali dari Eunra, memaksa Jiyeon membalikkan badan untuk menilik punggung kecil itu yang mulai menghilang ketika berbelok di persimpangan.
Satu tarikan napas keterkejutan Jiyeon mengudara dengan tubuhnya yang ditinggal mematung. Iris yang semula tajam itu berubah sendu dengan sepasang alis yang saling bertautan. Apa yang membuat Eunra begitu, Jiyeon jelas tidak mengerti. Ini tidak terlihat seperti Eunra yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crave [M] ✓
Fanfiction[DIBUKUKAN; Discontinue] [E-BOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Keputusan Jiyeon untuk mendambakan seorang Jeon Jungkook adalah sebuah kesalahan besar yang membawanya pada kerusakan hebat. © 2020 seagulltii Started : 28 Juni 2020 Finished. Cover : @YuMi_Ar...