Kaki jenjang itu berjalan dengan anggun, hembusan angin menerpa kulit putihnya. Tatapan mata itu seakan mengatakan sebuah keputusasaan. Aku berfikir kemana kepercayaan dirinya yang selama ini selalu ditunjukkannya pada media? Kemana senyum tulus yang diberikannya walau dia tau orang itu membencinya?
Berjalan mendekati nya, "Hai" sapaku memeluknya dari belakang, aku tidak takut melakukan itu karena ini masih diagensiku dan kupikir semua staf disini tidak akan membocorkan ini kepada media. Kembali lagi pada perempuan cantik dihadapanku,dia tampak terkejut namun aku semakin mempererat pelukanku. Jika dari dekat seperti ini aku dapat mencium wangi tubuhnya dengan jelas. Vanilla yang manis dicampur dengan segarnya lemon. Wangi yang menenangkan bagiku dan membuat candu. Aku sebenarnya mengerti dengan keadaannya, sangat. Namun aku tidak mungkin memutuskan hubungan ini, sangat tidak ingin.
Dia terlihat enggan namun juga tidak meminta untuk dilepaskan. Mengetahui bahwa sapaanku juga diabaikan olehnya aku memutuskan membalikkan tubuhnya menghadap ke arahku, membawa wajahnya untuk saling pandang denganku, mengunci matanya agar hanya menatap diriku. Mata bulat indah itu kembali ingin mengeluarkan cairannya terlihat dari tumpukan air yang menggenang didalamnya.
"H-hey, jangan menangis wajahmu jadi tidak cantik lagi." ucapku yang kukira bisa menghentikan tangisnya namun salah, dia justru menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya guna untuk meredam tangisnya sendiri. Tanpa pikir panjang kutarik tubuhnya mendekat kepadaku, memeluknya dengan erat dan membiarkannya menyembunyikan wajahnya di dadaku. Sakit rasanya melihat orang yang kau cintai menangis dihadapan mu dan kau tidak bisa berbuat apa-apa karena kau adalah penyebab dari kesedihannya. Iya, aku penyebab tangis perempuan di pelukan ku ini. Setidaknya itu menurutku.
"Mari berjuang, aku tau kau memiliki perasaan yang sama denganku."
.....
Go to voment and i will continue this story...
