[27 oktober 2019]
Mingyu menemukan Winwin tengah melamun di ruang tengah saat ia baru saja keluar dari kamarnya untuk mengajak Winwin makan malam. Lelaki berkebangsaan China itu duduk dengan handuk yang berada diatas kepalanya, mungkin untuk mengeringkan rambutnya, tapi dari sela-sela handuk, Mingyu dapat melihat helai rambut Winwin yang sudah tak lagi basah.
Sudah berapa lama lelaki itu melamun sampai-sampai rambutnya kering sendiri seperti itu?
"Besok penerbanganmu jam berapa, Winwin?"
Winwin tersentak. Secara alamiah, ia tangannya bergerak keatas untuk mengambil handuk yang berada diatas kepalanya. Namun saat melakukannya, lelaki itu kemudian terlihat bingung saat merasakan helaian rambutnya yang entah sejak kapan tak lagi basah. Sepertinya dia sendiri tidak sadar sudah melamun.
Mingyu kembali mengulang pertanyaannya, dan kali ini Winwin sudah cukup sadar untuk menjawab.
"Jam lima sore." Jawabnya singkat.
Mingyu menaikkan sebelah alisnya, bingung kenapa Winwin memilih penerbangan sore yang besar kemungkinannya akan memakan waktu sampai malam. Bukankah dia pernah bilang kalau dia benci penerbangan malam?
"Sore sekali." Komentar Mingyu. "Aku tahu bandara cukup jauh dari sini tapi aku rasa kau tidak akan membutuhkan waktu sebanyak itu."
"Aku.." Winwin memenggal kalimatnya. Ia mengulum bibirnya, tampak ragu apakah ia harus melanjutkan perkataannya atau tidak. Sementara Mingyu melangkah menuju kearah dapur dan membuka pintu kulkas. "..Ada sesuatu yang harus aku lakukan terlebih dahulu."
Winwin dapat mendengar Mingyu menggumamkan sesuatu dari balik pintu kulkas. "Oh, begitu."
Winwin bersyukur bahwa Mingyu tidak banyak bertanya, tapi sedikit banyak ia merasa janggal dengan sikap temannya yang satu itu. Sosok Kim Mingyu yang ia kenal memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, jadi Winwin memiliki ekspektasi bahwa lelaki itu akan memburunya dengan pertanyaan sampai puas.
Tapi apa yang dia lihat saat ini? Mingyu hanya meng-iya-kan perkataannya tanpa memberikan respon berarti.
Winwin terus fokus dengan pikirannya sendiri sampai-sampai lelaki itu tidak menyadari bahwa Mingyu sudah kembali dari dapur. Dia baru menyadarinya saat Mingyu sudah berada tepat dihadapannya sembari membawa dua buah gelas.
"Minum dulu." Mingyu menyodorkan segelas minuman berwarna merah yang berada di tangan kanannya, mungkin soft drink. Winwin menerimanya dengan senang hati dan mulai meneguk minuman menyegarkan itu dengan tenang. Matanya terus mengikuti pergerakan Mingyu yang kini tengah mendudukkan dirinya sendiri disebelahnya.
"Dengar sobat, aku tahu kau tidak punya kenangan bagus tentang ulang tahun jadi aku minta maaf. Tapi aku merasa harus melakukannya." Mingyu membuka kalimatnya. Dia terlihat canggung. "Aku tahu besok adalah hari ulang tahunmu. Dan ya... Sebagai teman baikmu aku ingin memberikan sesuatu. Kau akan menyukainya, aku berani jamin."
Winwin terdiam. Tidak menyangka bahwa seseorang yang sudah lama tak bertemu dengannya masih mengingat hari ulang tahunnya.
"Kim Mingyu?"
"Ya?" Mingyu menoleh takut-takut, tapi Winwin hanya tersenyum tipis.
"Terima kasih banyak."
Mingyu tersenyum, tatapannya terlihat teduh dan menyejukkan.
"Sama-sama." Lelaki itu berbisik. Dan entah mengapa, Winwin merasa matanya begitu berat.
Winwin punya insomnia yang cukup berat jadi dia tahu benar kalau dia tidak akan mengantuk dengan mudah, jadi kenapa tiba-tiba dia merasa begitu lelah? Apalagi saat ini kadar kantuknya terasa naik dengan begitu cepat.
"Kau mengantuk?" Mingyu bertanya. Winwin yang merasa rasa kantuknya sudah menguasai enam puluh persen tingkat kesadarannya hanya bisa mengangguk lemah. Bahkan mempertahankan kedua kelopak matanya untuk tetap terbuka saja terasa sulit.
"Tidurlah. Ini waktunya untuk kau beristirahat."
"Tapi kado darimu?"
Samar-samar dari sela-sela kelopak matanya yang masih terbuka, Winwin dapat melihat senyum Mingyu. "Kado-mu tidak akan pergi kemanapun, Winwin. Sekarang tidurlah."
Huh, apa Mingyu selalu memiliki suara selembut ini sebelumnya? Suara lelaki itu membuat hatinya tenang dan semakin mengantuk.
Pada akhirnya, Winwin kalah dengan rasa kantuk itu. Namun saat kesadarannya masih tersisa beberapa persen, ia dapat mendengar kalimat lain keluar dari mulut Mingyu. Pelan sekali sampai-sampai ia merasa bahwa ucapan itu adalah bagian dari mimpinya.
"Selamat tinggal, Dong Sicheng."
Apa yang Mingyu bilang tadi?
Ah, pasti selamat malam.
•••
"That kid, he just looked at me right in the eyes, right?" Kai stares into Mingyu's back."Yeah, I guess so."
"He can see us? But how?"
Sehun blink his eyes, didn't know why Kai still bother to ask when the answer is absolute.
"It's easy, he wants to die, so that's why."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
That Autumn - Winwin ✔️
FanfictionA Winwin's fanfiction. "Aku akan pergi saat musim gugur berakhir." Tentang Winwin dan penyesalan terbesar dihidupnya. Start: 05/10/19 Ended: 05/07/20 ©️Jeffhyun97 -2019-