6. Dilema

49 10 0
                                    

Author's pov

"Gawat! Kesiangan!!!!!! Tidakkk!!!!" Fio terperanjat saat bangun dan melihat jam dindingnya yang menunjukkan pukul 7:15. Ia sudah terlambat 15 menit.

Gadis itu langsung kalang kabut mencuci muka dan gosok gigi, lalu memakai seragamnya dengan terburu-terburu. Ia memutuskan untuk tidak mandi tapi memakai parfum dengan sangat banyak. 'Tak apa tak mandi, asal wangi.' itulah prinsip hidupnya. Di sekujur tubuhnya ia semprotkan air yang beraroma wangi itu, sampai jari-jari kaki pun disemprotnya.

Setelah selesai dengan kegiatan bersiap diri , Fio pun langsung turun ke bawah dan melihat Deny--Papanya yang belum berangkat kerja. Beliau sedang ngopi seraya membaca koran.

"Pa! Aku berangkat, ya! Dadah!"

"Eh gak mak--" Belum sempat kalimatnya selesai terucap, Fio sudah menghilang dari pandangan sang ayah dengan motor kesayangannya itu. "--kan dulu.." lanjutnya setelah melihat pintu tertutup. "Kenapa dia buru-buru begitu, ya?" Pria itu melihat jam di ponselnya. "Oh pantesan... udah jam 7:20 ternyata." Deny meletakkan kembali ponselnya ke atas meja.

Tapi sontak, beberapa saat kemudian pria itu tersadar akan sesuatu, "Hah?! Jam 7:20???? Saya juga kesiangan!!!!!" Deny langsung beranjak dari kursinya menuju kamar untuk bersiap-siap pergi ke tempat kerjanya

Belum sempat sampai kamar, langkahnya pun terhenti, "Eh tunggu, hari ini kan saya cuti. Hadehhh..." Setelah menyadari akan hal itu, Deny pun akhirnya berjalan santai seperti biasa menuju kamarnya.

Matanya kini membulat sempurna "Cuti matamu!!!! Saya baru inget sekarang ada meeting!!! 5 menit lagi dimulai!! Hadohh!!! Keburu gak ya???!!!" Pria itu kembali kalang kabut.

Suara hati author, 'Gak bapak gak anak, sama aja!!'


⚽⚽⚽



Setelah memarkirkan motornya, Fio langsung berlari menyusuri koridor menuju kelasnya.

Bruk!

Lagi-lagi, seseorang menabraknya.

"Aduh, kamu gak apa-apa??"

Gadis itu melihat ke arah sumber suara sambil meringis. "Loh, Kak Devan?"

"Maaf ya, Kakak tadi buru-buru mau ke toilet. Kamu kenapa lari-lari gini?" Devan membantu Fio berdiri.

"Kesiangan hehehe. Kak, udah dulu ya, udah masuk dari tadi soalnya. Dahhh!" Fio kembali melanjutkan langkah cepatnya menuju kelas. Tapi, sedetik kemudian, ia berhenti berlari, "Ah! Kunci motor!" Fio ingat, tadi selepas memarkirkan motor, kuncinya ia pegang. Tapi sekarang, kunci itu sudah tak ada di tangannya.

Gadis itu pun berbalik dan melihat Devan sedang memandangi kunci di bawah kakinya. Dengan cepat, Fio berjalan ke arah lelaki itu berdiri, untuk mengambil kunci miliknya tersebut.

"Aduh!" Saat Fio membungkuk dan mengulurkan tangannya ke bawah, ternyata Devan juga ikut membungkuk hendak mengambil kunci itu. Alhasil, keduanya saling beradu kepala.

Hening beberapa saat karena keadaan yang mendadak canggung. Mata mereka saling bertemu tatap selama beberapa detik, hingga akhirnya Fio pun tersadar. "M-maaf Kak, itu kunci aku." Tunjuknya pada tangan Devan yang sedang memegang kuncinya.

"Oh, punya kamu? I-ini." Devan pun ikut tersadar lalu akhirhya memberikan kunci tersebut.

"M-makasih. Aku duluan ya, Kak." Gadis itu pun berjalan kembali menuju kelasnya dengan perasaan tak menentu.

Tapi di sana, Devan justru tersenyum melihat kepergian Fio. Rasa ingin buang air pun hilang begitu saja.

"Permisi." Fio memasuki kelas.

FIONA (Complete) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang