12.

626 39 3
                                    

Malam sudah semakin larut, hingga pukul sebelas lebih Rachella tak beranjak dari meja kerjanya, kepalanya mulai berdenyut, pening. Ini karena wanita itu terlalu memforsir dirinya sendiri. Semua Staff Pegawai di Divisinya sudah pulang terlebih dulu, bahkan Bada memutuskan meninggalkannya  sejak tadi karena tak mau capek-capek menunggunya. Pintu ruangannya dibuka, namun ia bahkan tak mau repot-repot mengalihkan perhatian dari layar laptopnya.

    “ Kok kamu belum pulang?”

    Itu Jason. Jemari Rachella sempat berhenti mengetik sesaat. “ Tanggung, besok biar bisa langsung di ACC sama atasan” mendongak. “ Sama kamu” mengerlingkan satu matanya lalu kembali berkutat pada keyboard.

    Jason melangkah menyebrangi ruangan, duduk di kursi di depan meja Rachella. “ Jangan terlalu memaksakan diri, kamu bisa sakit”

    “ Aku bukannya sudah biasa ya” tangan kanan Rachella terjulur mencari-cari sesuatu diatas meja kerjanya. Fokusnya hanya tertuju pada pekerjaan. 

    Jason mendesah panjang, dia tahu wanita itu sedang dalam masalah atau setidaknya memikirkan sesuatu. Rachella selalu begitu setiap kali menyimpan beban seorang diri, memfokuskan seluruh energinya pada pekerjaan atau kegiatan lain. Ia berdiri, berjalan memutari meja kerja, mengambil cangkir berisi kopi latte milik wanita tersebut dan memberikan padanya. “ Ini”

    Rachella mendongak sebentar. “ Trims” jawabanya singkat. Lalu mengambil cangkir tersebut dari tangan Jason. 

    Rachella bukan pecinta kopi, jadi kalau sampai dia harus meminum cairan itu, pasti karena terpaksa. Jason menjilat bibir bawahnya, meletakkan tangannya di atas bahu kanan adik sepupunya tersebut seraya berkata. “ Ayo. Kita pulang”

    “ Kamu duluan saja, ini tinggal sedikit lagi kok”

    Jason merasa penolakan Rachella kali ini entah kenapa menampar dirinya. “ Kamu terlalu memaksakan diri bisa sa…”

    “ Kalau sakit aku bakal minum obat” jawab Rachella dingin. Menatap tajam Jason. 

    Jason terkejut melihat sisi Rachella yang ini. Wanita itu sendiri kaget pada sikapnya barusan, ia sendiri tak menghendaki berkata demikian pada lelaki tersebut. 

    “ Aku nggak bisa biarin kamu nyetir sendiri malam-malam”

    “ Ada Pak Yusuf”

    “ Sudah kusuruh pulang dari tadi. Anak laki-lakinya sakit”

    “ Yaudah aku bisa naik taksi online”

    “ Re!”

    “ Jangan berlebihan deh, Jas….”

    ‘Oke, cukup sudah’. Jason menarik laptop milik Rachella dari atas, membuat perempuan tersebut mendengus marah. 

    “ Kamu apa-apaan sih, jangan maksain kehendak sendiri dong!” Rachella berdiri dari duduknya, berusaha meraih laptopnya.
    “ Iya, aku memang egois sama orang yang kucintai. Kamu puas?” suaranya tajam. Rahang Jason mengeras.

    Bahu Rachella seketika turun. “ Please, jangan lagi”

    “ Jangan apa?”

    “ Jangan mengatakan hal yang kamu sendiri nggak bisa bertanggung jawab setelah mengucapkannya!” Rachella berteriak kencang. Merasa frustasi.

    Jason akhirnya mulai paham kenapa adik sepupunya bersikap dingin padanya. Meletakkan laptop Rachella kembali ke atas meja. Ia berjalan mendekati wanita itu hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka.

BEAUTIFUL SIN : (BEAUTIFUL SERIES #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang