PROLOG

1.1K 39 1
                                    


France, 1968.

"Air ...." Alulla terlihat berkeringat dengan napas yang ngos-ngosan karna saat ini gadis berusia 16 tahun itu terlihat sedang  berada di sebuah hutan gelap yang ditumbuhi oleh pepohonan raksasa dan berduri hingga cahaya matahari pun tak dapat menjangkau dirinya.

Alulla berlari  dengan sekuat tenaga dari kejaran orang-orang berpenampilan aneh saat dirinya terpergok menyelinap di sebuah kastil saat setelah melewati labirin raksasa yang ia temui di hutan sana, tenggorokannya mengering hingga mengharuskan perempuan itu berulang kali menelan salivanya. Ia mempercepat laju kecepatan kakinya.

Sebuah telaga air terlihat di ujung sana, hampir ia capai, suara ranting dan dedaunan kering berjejak saat Alulla semakin mempercapat larinya. Telapak kakinya yang  telanjang tak terluka sedikitpun, sekalipun menginjak duri-duri pepohonan yang jatuh berguguran.

"Air ...."

"Air ...."

Byurrrr

Alulla seketika gelagapan, kedua matanya terbuka sempurna saat merasakan seseorang ada yang menyiramnya dengan air  hingga tubuh gadis itu  kini terlihat basah kuyup dengan posisinya yang masih telentang di atas ranjang besi.

Gadis itu ternyata bermimpi lagi. Ya, Alulla sering sekali memimpikan sebuah kastil yang misterius, tidak hanya sekali, tetapi berulang kali. Kedua mata Lulla menyesuaikan cahaya sekitar akan matahari yang membias jendela kecil yang ada di kamarnya. Tiga orang perempuan berdiri mengelilinginya dengan tangan bersedekap dan tatatpan menakutkan.

Ketiga perempuan itu ialah saudara Alulla yang bernama Aline, Jessy dan Edel. Aline adalah kakak kandung Alulla, sementara Jessy dan Edel ialah saudara tirinya. Meskipun begitu, ketiga perempuan itu sangat membenci Alulla yang memiliki umur jauh lebih mudah daripada mereka.

Begitu juga ibu tiri Alulla, yang terkadang baik dan tekadang pula berperilaku kejam terhadapnya. Alulla harus menerima kenyataan pahit saat ditinggal ibunya pergi selama-lamanya sejak dirinya berusia 7 tahun. Ibunya meninggal karna sebuah kebakaran  saat menyelamatkan dirinya. Setelah kejadian itu, ayah dan juga kakak kandungnya sangat membenci Alulla dan selalu menyalahkan Alulla yang menjadi penyebab kematian ibunya.

"Cepat bangun!" teriakan para perempuan itu membuat Alulla bangkit. Air yang disiramkan oleh mereka membuat Alulla terbatuk-batuk karna air itu memenuhi lubang hidungnya.

"Ka-kak." Alulla mengusap wajahnya yang basah dan segera beranjak duduk,  baju dan tempat tidurnya kini menjadi basah kuyup, hal ini sering sekali terjadi jika dirinya terlambat bangun.

"Kau tidak melihat sekarang jam berapa? kita harus pergi ke istana untuk mendatangi pasar rakyat."

"Aku ikut?" Alula menunjuk dirinya sendiri mengunakan jari telunjuk, sembari memandang ketiga kakaknya itu secara bergantian.

"Siapa yang mengajakmu!" bentak Aline.

"Ibu dan Ayah sedang pergi, jadi kau harus  menyiapkan makanan untuk kami!" seru Jessy.

"Kalian tidak mau mengajakku pergi ke pasar rakyat?" Alulla memelaskan wajahnya, berharap ketiga saudaranya itu mau mengajaknya pergi bersama ke pasar rakyat yang hanya diadakan setiap satu tahun sekali di istana.

"Kau tidak boleh ikut dan harus berada di rumah!" bentak Edel.

"Cepat pergi ke dapur dan siapkan makanan untuk kami!"

Alulla menuruti permintaan ketiga saudaranya, ia turun dari ranjang besi dan berjalan dengan langkah  gontai menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Alulla terlihat mengaduk panci yang berisi-kan sup yang masih ia masak, ia mempercepat adukannya saat sup itu meletup-letup di atas tungku yang mengobarkan api kecil. Ekor mata Alulla berulang kali melirik ketiga saudaranya yang sedang duduk di meja makan dan bersenda gurau, menantikan masakan gadis itu matang.

Kenapa Alulla tidak bisa sedekat itu dengan ketiga saudaranya? bahkan dengan  kakak kandungnya sendri, rasanya ia begitu iri.
Jangankan bercanda dengan ketiga saudaranya, berbicara lembut saja tidak pernah. Alulla hanya mendapat bentakan dan makian setiap harinya, terkadang batin dan pikirannya begitu tersisa dan tertekan, tidak ada yang tau bagaimana malangnya gadis itu menangis setiap malam mengingikan kehangatan kasih sayang saudara dan orang tuanya.  Ibu jari Alulla  mengusap kedua sudut matanya yang tiba-tiba tergenangi air mata.

****

Nona kash dua visual aja pemeran Alulla sama Elrick.
Loh kok visualnya vintage gini, Thor?
Iya, jadi Nona ingin cari visual yang ala-ala medieval gitu.










Nama tokoh:

Alulla George
Aline George
Ludwig George  (Ayah)

Jessy Quin
Edelweiss Quin
Maria Quin (Ibu Tiri)

Elrick
Carolus
Elmaa

Lullaby (Labyrinth of The Castle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang