"Saengil chukhahamnida, Leeteuk-ssi." Pria yang diberi ucapan selamat itu hanya tersenyum sopan sambil mengucapkan terima kasih. Kakinya tidak berhenti melangkah untuk secepatnya keluar dari studio TV tersebut.
"Saengil chukhahamnida, Leeteuk-oppa~!"
"Saengil chukhahamnida, Leeteuk-hyung!"
"Saengil chukhahae, oppa!"
Pria yang dipanggil Leeteuk itu tetap melanjutkan langkahnya, masih dengan tersenyum sopan. Tapi langkah kakinya kian cepat.
Setelah sampai di tempat parkir, dia berusaha mengingat di mana letak mobil agensinya yang tadi mengantarnya ke sini. Tidak berhasil mengingatnya, Leeteuk sudah akan mengambil ponsel dari pouchnya saat sebuah mobil yang familiar berhenti tepat di depannya. Menghela napas pelan, dirinya menaiki mobil tersebut dan duduk di kursi sebelah supir. Setelah memasang sabuk pengamannya, sang manajer yang merangkap pengemudi mobil, mulai melajukan mobilnya.
"Aku mulai merasa tua, hyung." Sang manajer yang sedikit lebih tua umurnya dari Leeteuk, hanya meliriknya sekilas sebelum fokusnya kembali ke jalanan kota Seoul.
"Kan memang kamu sudah tua." Leeteuk mendelik saat mendengar jawaban manajernya. Namun kemudian, dia menghela napasnya.
"Aku cepat lupa sekarang. Dan badanku mudah sekali lelah."
"Jangan sampai Cinderella-mu dengar. Bisa-bisa dia mengurungmu di kamar agar kamu tidak ke mana-mana dan istirahat." Leeteuk tertawa pelan. Pikirannya otomatis membayangkan kejadian yang kemungkinan terjadi padanya. Dia menggeleng pelan dengan senyum bertengger di wajahnya.
"Bukan hanya dikurung sepertinya, hyung."
"Diceramahi Cinderella juga? Tidak akan ada ujungnya kalau sudah seperti itu." Leeteuk tertawa pelan, tapi tidak menyangkal perkataan manajernya.
"Omong-omong, sudah dapat ucapan dari kekasih sepatu kacamu itu?" Leeteuk tertawa terbahak-bahak. Dia tahu Cinderella memang identik dengan sepatu kaca, tapi entah kenapa, istilah lain yang digunakan manajernya itu lucu sekali.
"Sudah, hyung."
"Kalau hadiah?" Leeteuk tersenyum kecil seraya bersandar ke kursinya.
"Nah, kalau itu belum."
"Persiapkan saja dirimu. Siapa tau dia menunggumu di ranjang." Leeteuk kembali tertawa. Tapi tak dapat ia pungkiri, imajinasi-imajinasi liar langsung bertebaran di pikirannya.
"Tidak ada acara dengan anak-anak?" Sang manajer kembali bertanya. Karena biasanya, siapa pun yang berulang tahun, mereka akan makan-makan bersama dengan staf juga. Tapi, dia sendiri belum menerima undangan apa pun.
"Ada, hyung. Tapi belum tau kapan. Mereka sibuk."
"Pantas."
Tidak ada lagi yang menginisiasi percakapan. Sisa perjalanan menuju apartemen Leeteuk hanya diiringi keheningan.
.
.
.
.
Manajernya sudah beberapa menit lalu meninggalkannya di tempat parkir basement apartemennya. Jemarinya dari tadi sibuk mengetik sesuatu di ponselnya, sambil beberapa kali menelepon seseorang.
"Aish, kenapa tidak diangkat sih?" gerutunya. Dia hanya ingin tahu kekasihnya itu ada di mana. Kalau memang ada di apartemen miliknya sendiri, dia akan langsung ke sana, tidak perlu mampir ke apartemennya.
Karena Shimkoong ada di rumah eommanya, dia tidak perlu mengkhawatirkan anak bontotnya sendirian di apartemennya. Biasanya, dia akan menitipkan Shimkoong kepada kakaknya, tapi berhubung kakaknya sedang ada urusan di luar Seoul, mau tidak mau dia menitipkan anak kesayangannya pada ibunya. Karena hal itu juga dirinya tidak bisa merayakan pertambahan usianya dengan keluarganya tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You [Teukchul Fanfic]
FanficTeukchul stories with a lot of different genres (perhaps 😆). Cerita ini hanya fiksi semata. Penggunaan nama seseorang sebagai tokoh hanya untuk keperluan cerita.