7. Sensi Mulu

43 10 0
                                    

Author's pov

Alice sudah selesai melaksanakan ekskulnya. Sekarang ia sedang bersiap-siap untuk pulang.

"Lo tadi kenapa sih komat-kamit sendiri?"  tanya Jessy--teman ekskul Alice.

"Kapan?"

"Tadi, depan kelas."

"Emang gua komat-kamit?"

"Iya, kaya mbah dukun."

"Salah liat kali!" Alice mengibaskan tangannya.

"Emang iya? Enggak ah. Gua liat lo ngomong sendiri."

"Udah ah, gak tau! Gua lupa. Gua udah capek Jes, pengen pulang. Udah ya nanya-nanyanya." Alice menggendong tasnya lalu meninggalkan Jessy yang masih menampilkan raut wajah penasaran.

"Heh bule nyasar!" Seseorang, kini memanggilnya lagi.

Alice pun berbalik. "Apa?!"

"Cih! Ketus amat!"

"Ya Lo ada perlu apa sama gua???" Gadis itu sepertinya memang sudah sangat lelah, sehingga dia menjadi mudah marah.

"Temen lo si Fio, kemana?"

"Kenapa nanyain dia?"

"Lo ribet banget sih! Tinggal jawab, dia di mana!"

"Dia di mana."

"Lo tuh ya! Jawab yang bener dong!"

"Tadi Lo suruh gua buat jawab, di mana. Gimana sih?!"

"Aarrrgghh!!!" Velerie mengepalkan kedua tangannya geram.

"Gua gak akan kasih tau Fio di mana! Karena, lo pasti mau cari gara-gara lagi kan sama dia?! Udah ah! Gua mau pulang!" Alice kembali melangkahkan kakinya dengan gontai.

"Lo kok nethink mulu sih sama gua!" Velerie berteriak.

"Eh Vel, lo kan emang bener mau marahin si Fio. Jadi si Alice gak salah dong!" Teman gadis itu mengerutkan alisnya bingung.

"Ihhh, Sherina! Lo kok malah belain dia! Lo ada di pihak gua apa dia sih?!"

Sherina menggaruk-garuk tengkuknya. "Di pihak lo lah. Gua kan temen lo."

"Yaudah! Ikutin aja apa yang gua lakuin!"

"Iya iya!"

"Sekarang, ayo kita cari dia ke rumahnya! Kali aja si Fio lagi di rumah. Ayo!" Velerie menarik tangan Sherina dengan cepat.

⚽⚽⚽


"Yaudah, Fio. Itu aja yang mau Kakak sampein ke kamu. Kamu jangan lupa latihan, ya! Sekolah udah mempercayai kamu buat ikut lomba itu." Devan keluar dari rumah Fio.

"Iya, Kak! Makasih ya infonya."

Devan tersenyum, lalu menaiki motornya. "Kamu hati-hati ya, Fio." Lelaki itu sudah bersiap untuk menjalankan motornya.

"Loh, harusnya aku yang bilang hati-hati sama Kakak. Kan Kakak yang mau pulang." Fio terkekeh.

"Iya sih... Ya kamu di rumah juga harus hati-hati. Kakak gak mau kamu kenapa-napa."

Gadis itu terdiam.

"Duluan ya, Fio! Byeee!" Devan pun akhirnya pulang.

"Apaansih Kak Devan? Kok ngomong gitu? Ah tau ah!!" Ia pun memasuki rumahnya sembari menghentakkan kaki. "Eh, di rumah gak ada orang. Main ke rumah Alice, ah! Kayaknya dia juga udah pulang sekarang." Gadis itu pun mengambil kunci motor di kamarnya, lalu kembali keluar dan menuju rumah Alice.

Sementara di balik semak-semak...

"Aduh daunnya kemakan!!" Velerie melepehkan daun yang masuk ke dalam mulutnya.

"Ih! Si Fio apaan, sih?! Kok dia deket banget sama Kak Devan?!" Sementara Sherina, justru sengaja nyemil daun-daun itu.

"Woy! Itu daon, bukan kerupuk!"

Sherina tersadar lalu melepehkan daun yang ia makan.

"Lo juga udah mulai kesel kan sama Fio? Gua juga kesel!! Kemarin, waktu gua jalan-jalan santai di sekitaran komplek, gua liat si Fio habis main bola. Terus dia maki-maki cowok gua."

Sherina menoleh pada Velerie dengan tampang bingungnya. "Emang lo punya cowok, Vel? Lo kan jomblo."

"Ih!!! Frank kan cowok gua!"

"Dia mah cowok si Lucy, Velerie....."

"Sebentar lagi bakal jadi cowok gua! Kita tunggu aja, gak lama lagi pasti mereka putus! Tadinya gua mau kasih si Fio pelajaran, tapi dia malah pergi. Seenaknya banger dia sama Frank." Gadis itu mendengus kesal.

"Gua juga mau ikut kasih Fio pelajaran! Dia udah deket-deket sama Kak Devan. Gua gak rela! Kakak gua satu-satunya, jangan sampe salah pasangan!! Apalagi si Fio, gua gak mau punya kakak ipar kaya si Fio! Hiiiii." Sherina bergidik ngeri.

"Kalo gua jadi Kakak ipar lo, gimana, Sher?"

"Gak mau! Lo jadi sahabat gua aja, udah! Lo cocoknya sama Frank!"

Velerie tersenyum senang, karena Sherina berkata ia cocok dengan Frank.

"Heh kalian! Ngapain di situ?! Mau maling, ya?!" Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang keluar dari rumahnya.

Velerie dan Sherina sampai berjengit dan langsung keluar dari persembunyiannya.

"Kamu mau maling di rumah saya, hah?! Ngapain sembunyi di semak-semak saya?!"

"Ini semak-semak ibu, ya?" Valerie menunjuk semak-semak yang sekarang nampak sedikit rusak akibat daun-daunnya tercabut oleh mereka.

"Iya!!"

"Kita gak mau maling kok, Bu. Kita itu lagi mata-matain orang." jelas Sherina santai.

"Ooohhh!!!! Kamu mata-matain saya?!!! Awas kamu!!!!" Wanita paruh baya itu menarik selang air dan menyemprotnya pada kedua gadis yang masih memakai seragam SMA itu.

"AAAAAA!!!!!" Sontak, Velerie dan Sherina berlari dengan terbirit-birit.

"Dasar bocah! Bukannya belajar, malah mata-matain aku! Aku kan bukan artis!" Ibu itu pun kembali memasuki rumahnya.

⚽⚽⚽


"Lo habis ketemuan sama Kak Devan, ya?!" Alice tengkurap di kasurnya sambil memainkan ponsel.

"Iya. Kok lo tau?" Fio ikut tengkurap di sebelah Alice.

"Orang dia nanya alamat lo ke gua."

"Oh...pantesan tadi dia bisa tau rumah gua. Pas gua tanya, tau alamat gua darimana, Kak Devan malah ngalihin topik."

Alice menoleh pada Fio. "Ngalahin topik? Maksudnya??? Kok Kak Devan gitu sih?!" Matanya menatap Fio dengan tajam, "Lo juga, ngapain ke sini?!!" Gadis itu kini mulai meninggikan nada bicaranya.

"Lo kenapa sih? Dari tadi ngomongnya ngebentak mulu. Gua ada salah ya? Maaf deh, tadi Kak Devan cuma ngomongin soal lomba doang, kok!"

"Oh."

"Kenapaaa? Jangan ketus gitu dong!" Fio menatap Alice dengan wajah memelas.

"Diem lu! Gua lagi males ngomong!" Alice menutup wajah Fio dengan telapak tangannya.

"Aish!" Gadis itu melepaskan tangan Alice dari wajahnya.

Alice yang sedang kesal, beranjak dari kasur hendak ke toilet.

"Alice! Liat!!" Fio menunjuk bagian kasur yang tadi Alice tempati.

"Hah? Bocor!" Segera saja Alice berlari ke toilet.

"Pantes aja sensi mulu. PMS rupanya..."

⚽⚽⚽


Tbc

FIONA (Complete) (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang