bab 2

0 0 0
                                    

"mom, momy mau kan? rengek Dila pada ibunya, karena memintanya datang ke sekolah.

"lagian mau ngapain sih? apa kamu punya salah? tanya momy nya sambil memakan makanan yang ada di depannya.

"gak, Dila gak punya salah, tentang Dila

"masalahnya job momy banyak.

"Tapi momy masa gak bisa sempatin waktu buat itu sih mom?

"yaudah momy usahain, jam berapa momy ke sana? tanya momy nya

"jam 9 kalo gitu Dila berangkat dulu ya mom, Dila menyalami ibunya, lalu berangkat menuju ke sekolah.

Ketika sedang berjalan tiba-tiba, ada yang memanggil Dila dari arah belakang.

"Dila, panggil seseorang itu

Dila menoleh, di lihatlah, lelaki paruh baya menghampiri dirinya
"Om Jen, lirih Dila

"Dila momy kamu ada waktu gak? tanya orang itu dengan penuh harap.

"momy gak ada job

"Ayolah, Dil, bujuk momy kamu, om akan bayar berapapun asalkan momy kamu melayani om dengan asyik, ujar om itu merayu.

"udah di bilang momy gak bisa!! sentak Dila

"kalo momy kamu gak mau, om akan cari yang lebih asyik dari momy kamu, padahal ini peluang besar buat kamu untuk jadi lebih kaya lagi.

"Cari aja yang lain,!! ujar Dila sinis lalu pergi meninggalkan orang paruh baya itu.

Dila menangis, mengingat ibunya yang selalu mengasih uang haram untuknya, bahkan rela menukarkan harga dirinya demi uang, tapi apa yang akan dila lakukan, ia sangat takut jika ibunya memarahi dirinya, menyentak Dila saja, Dila sudah sangat takut.

Dila memasuki kelas, dan mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia, yang di ajarkan oleh pak Dian.

Setelah selesai menulis, pak Dian memberikan penjelasan yang sangat detail, Dila sangat suka dengan cara mengajar pak Dian, menurut Dila, di ajar oleh pak Dian, sesuatu hal yang tidak monoton, karena di selang seling dengan humor dan pertanyaan yang asyik, kali ini pak Dian bertanya.

"Apa cita cita kalian? tanya pak Dian
"jangan sampai kalian gak punya cita-cita, Dila apa cita-cita kamu? tanya pak Dian pada Dila.

Dila menghela nafas panjang, ia sudah menduga pak Dian pasti akan selalu bertanya pada dirinya, raut wajah pak Dian dan dari sorot matanya, sudah bisa di baca oleh seorang calon psikologi seperti Dila lalu dila menjawab.
"cita cita saya ingin menjadi psikologi, dan menaikan haji momy, lalu nikah dengan anak sultan, dan punya anak lucu ganteng dan Sholeh, agar bisa mendoakan saya dan ayahnya masuk surga dan kekal di dalamnya bersama orang yang saya cinta, jawab Dila dengan suara yang sangat cepat, membuat teman yang ada di sampingnya menampar mulut Dila.

"Tasya apaan sih Lo? protes Dila

"makanya ngomongnya jangan cepet cepet, itu mulut Lo kaya mulut ayam, monyong berapa senti? ujar Tasya.

"udah udah, jangan berantem, Tasya, biarkan saya bertanya dengan Dila, pinta pak Dian pada Tasya, dan Tasya hanya mengangguk iya.

"apa kamu tau cinta? masih SMA kok udah cinta cintaan ujar pak Dian.

"tau lah pak, cinta itu datangnya dari mata turun ke hati, gak mampir dulu ke otak, pantesan aja goblok, jadi 90 persen anak anak yang sudah kenal cinta, jadi goblok, contohnya si Tasya, sama saya kita kan goblok gara gara pacaran sama orang.

"Anjir lu, bacotan lu mesti di rehabilitasi, protes Tasya.

"sudah jangan ngomong kasar, kamu kan pandai kenapa omongan kamu kasar? tanya pak Dian

The problemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang