24. Siblings

693 130 18
                                    

⭐⭐⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐⭐

"Masih punya nyali berdiri di depanku?" ujar Renjun dengan tatapan malas.

Perempuan di hadapannya tersenyum miring melihat keangkuhan seorang Renjun, mantan kekasihnya.

"Jangan gitu dong sayang." Bela mendekati lelaki itu.

"Bela, sayang—" Renjun mencengkram lengan Bela, "kalau bukan karena Rania, kamu sudah jadi abu, tahu?"

"Ngomongin Rania... Aku ajak ketemu kamu itu mau bahas dia."

Renjun melepas cengkramannya, ia melangkah mendekati lukisan lain yang tergantung di dinding. Kini mereka berada di studio galeri milik Renjun. Matanya memandangi karya lukisnya, dan Bela yang jadi objek lukisnya.

Bela melangkah mendekati Renjun. "Kamu jatuh cinta sama Rania... Iya, kan?"

Renjun tersenyum miring, "Nggak ada ngaruhnya juga untuk kamu, kan?" Renjun balik bertanya.

Terdengar perempuan itu tertawa lepas. Itu membuat Renjun agak bingung.

"Kamu dan Rania, udah pernah tes DNA?" tanya Bela tiba-tiba. Renjun terperanjat mendengarnya. "Apa kemiripan wajah kalian nggak mencurigakan? Yehoshua Renjun." Bela menekankan di akhir kalimatnya seraya tersenyum miring.

Mata lelaki itu membulat saat mendengar Bela menyebutkan nama baptisnya. "Ka-kamu—"

"Pernah baca, kisah cinta yang amat tragis. Lelaki yang mencintai saudari kandungnya..."

"APA MAKSUD KAMU?!" Renjun mencengkram kedua bahu Bela.

"Menurutmu apa?" Bela nampak senang sudah berhasil memancing Renjun.

"Nggak usah berbelit!"

"Kalau mau tahu... Cek aja sendiri."

"BANGSAT!!!" Renjun mendorong tubuh Bela dengan amat keras, sampai perempuan itu jatuh.

"Hahaha! Renjun, Renjun, kamu marah banget. Kamu takut dengan kenyataannya?" tanya Bela. "Gimana kalau kenyataannya kalian saudara kandung?"

Renjun terdiam mencoba untuk memahami maksud Bela. Saudara kandung? Bunda tidak pernah memberitahunya soal itu. Namun dia teringat, fakta bahwa wajah mereka begitu mirip. Tapi itu cukup kuat untuk membuktikan bahwa mereka saudara.

"Iya... Kalian saudara kembar." desis Bela.

Renjun menggeleng pelan, dia tidak percaya mendengar itu, "Gue cuma teman satu pantinya!"

"Gimana bisa kamu seyakin itu? Bahkan kalian juga nggak tahu asal-usul orang tua kalian."

Renjun menggertakan giginya.


⭐⭐⭐

Aroma kopi menyeruak di dalam ruangan itu. Silvia sering sekali mengantuk belakangan ini. Dia orang yang cukup perasa, mendengar cerita dari pasiennya membuat Silvia terkadang sulit tidur. Ia terus kepikiran.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang