Hari ini adalah hari Selasa. Hari yang sangat melelahkan bagi Zahra dan teman temannya. Masalahnya hari ini adalah hari mata pelajaran terkutuk. Semua mata pelajaran yang menguras akal pikiran ada di jadwal hari ini. Dari mulai ekonomi, matematika, penjaskes, bahasa sastra inggris, sosiologi, dan geografi. Dari cara menghitung, menghafal, dan bahkan fisik, belum lagi setelah pulang sekolah masih ada tambahan pelajaran untuk kelas Zahra.
"gue capek banget sumpah." kata Elin sambil ngos ngosan, dia baru saja disuruh lari keliling lapangan oleh pak Sugeng karena ketahuan membolos saat akan pelajaran penjaskes dimulai.
"ya salah lo sendiri sih,, udah tau pak Sugeng matanya kaya elang masih aja berani bolos lo!" Kay menimpali cuek
"ya kan lo tau kay gue tuh alergi sinar matahari."
"emang lo vampir ?" sahut Egi yang tiba tiba nimbrung diantara mereka. Memang Egi sudah masuk sekolah hari ini, setelah kemarin di tolak sama Zahra.
"i iiihhh telor ngapain sih lo ikut ikutan , ngatain gue vampir lagi." Elin yang tak terima langsung mengeluarkan suara cemprengnya.
"ya kan emang vampir alergi sama matahari, bener kali gue tuh."
"eh buktinya itu di ganteng ganteng serigala ga alergi matahari, malah ikut sekolah bareng manusia."
"ya berarti elu komplotannya mereka. Bwhahahaha." Egi ngakak sendiri mendengar perkataan Elin yang membawa bawa sinetron hits pada masanya. Tak cuma Egi, Kay dan Zahra juga ikut ngakak bersamaan dengan Egi.
"iihhh kesel gue sama lo!! Dasar telor ceplok ngeselin" Elin ngambek dan memutuskan untuk pergi,, udah tau dia capek butuh minum tapi teman temannya malah ngajak gelud.
"yah anak mama ngambek hahahha."
"gara gara lo tuh, tanggung jawab sana!" Zahra menimpali
"dih ogah emang gue apain pake tanggung jawab segala." Zahra membeo mendengar jawaban absurd dari Egi
"yaudah biar gue susul aja si Elin, bahaya tuh anak kalo ngambek bisa perang dunia ke 3 ." Kay alias Sukma pergi menyusul Elin meninggalkan Zahra dan Egi berdua saja di pinggir lapangan.
Pelajaran olahraga mereka memang sudah selesai tapi biasanya memang santai2 dulu di pinggir lapangan sebelum masuk ke kelas lagi, guru olahraga mereka yaitu pak Sugeng juga memberi sedikit waktu tambahan untuk beristirahat dan berganti pakaian.
"Egi." zahra memberanikan diri membuka obrolan setelah beberapa saat saling diam.
"hhmm, kenapa?" jawab Egi masih memandang langit cerah yang biru, bagus sekali pikirnya.
"lo.... Ngga papa kan?" tanya Zahra ragu.
Egi menoleh, memandang zahra sebentar lalu bertanya "emang gue kenapa?"
"hah..??" Zahra bingung sendiri dengan apa yang harus dia katakan "eeum.. Itu.. Yang.."
Belum selesai Zahra bicara Egi memotong ucapannya.
"ra lo tahu nggak?" ucapnya digantung masih memandang langit, lalu memandang Zahra sebentar, yang ditatap hanya mengangkat sebelah alisnya."gue sering ngedengerin podcastnya rintik sedu. Mbak mbaknya sering bilang, kalau ternyata banyak hal didunia ini yang harus di nggak papa in. Ya Meskipun nggak papa itu berat tapi nggak papa itu juga baik. Dan Gue percaya kok, dibalik kata nggak papa itu tersimpan hadiah buat gue karena udah mencoba sabar dan ikhlas. Nggak bisa bareng sama lo untuk sebuah hubungan bukan berarti gue nggak bisa bareng lo untuk temenan kan? Gue ngomong gini bukannya gue nyerah, tapi gue cuma mencoba untuk berdamai. Karena mungkin di cerita ini lo emang nggak ditakdirin bareng sama gue. Kalaupun lo mau minta maaf atau apapun itu lo bisa bales gue kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Untuk Dekat
Teen Fiction"Lo itu kayak nilai Limit, dekat tapi nggak bisa dicapai" Edellion Clarisha Az Zahra "Walau nyatanya masih jauh, gue rasa gue bakal deket sama batas itu" Ravindra Angkasa Pada dasarnya mencintai itu bukan tentang suka atau tidak suka, sayang atau...