Demonic Side

1.9K 79 5
                                    

        Apa yang kau inginkan? What is your wish?

        I want… it… Please grant my wish.

        As you please, my Lady.

Jalanan kota London sepi. Matahari sudah condong ke barat dan hari mulai gelap. Sekumpulan burung gagak sibuk berkaok-kaok di atas seorang gadis yang kebingungan. Tersesat. Ya, betapa menakutkan baginya, seorang gadis berambut nila yang tergerai dan jatuh ke pinggangnya. Mata hazel cerahnya menyusuri setiap sudut kota, berharap akan ada tangan baik hati yang terulur untuknya.

Sepertinya, ia tak perlu menunggu lama.

*~*

Sekilas bar itu tak ada bedanya dengan bar-bar di dunia manusia. Tapi ada yang berbeda. Gelas-gelas ukuran besar mereka terisi cairan kental berwarna merah gelap. Mereka sibuk berbincang dan tertawa keras sembari menenggak isi gelas-gelas itu. Beberapa iblis wanita terlihat menggeliat manja di tangan kekasih masing-masing. Rangel duduk diam di tempatnya, tak menyentuh seujung jaripun gelas yang disodorkan padanya.

“Rangel, lagi-lagi kau tidak mau meminum darah,” ujar si bartender, seorang iblis muda bernama Yssava. “Apakah menjadi iblis begitu menjijikkannya?”

“…kau tidak mengerti,” sahut Rangel. Mata hitamnya memandang lurus ke meja nomor dua, baris kedua dari pintu masuk. “Aku ada di pihakmu, tentu saja.”

“Kudengar kau juga menolak membuat kontrak. Kau membenci manusia?” tanya Yssava.

Rangel menjawab dengan anggukan pelan namun tegas.

“Hebat! Bagaimana kau bisa hidup tanpa jiwa manusia sebagai makanan?”

Iblis gadis remaja itu menatap Yssava tajam. “Aku tahu, banyak rumor beredar tentangku. Sudahlah, kau tak usah mengurusinya satu persatu. Jalani saja hidupmu dengan riang gembira. Toh kau juga tidak benar-benar peduli kan?”

Yssava mengedikkan bahu. “Entahlah. Kau anak yang menarik. Aku sangat menyukaimu—terutama rambut dan mata hitammu itu, sungguh mempesona.”

Rangel mendengus dan segera meninggalkan bar itu. Ia tidak berniat meladeni pertanyaan-pertanyaan Yssava. Siapapun tahu, Yssava hanyalah biang gosip yang bermulut manis. Wajahnya bukan hanya dua, namun mencapai puluhan.

*~*

(Tiga tahun berselang setelah Ciel dan Sebastian meninggalkan manor house Phantomhive…)

Sebastian memandang ke luar jendela. Langit terlihat sangat cerah dengan sedikit awan. Angin juga berhembus lembut. Tapi, iblis bermata merah ini merasakan sesuatu. Ia dapat merasakan sesuatu tengah berjalan keluar jalur takdirnya di luar sana. Apa dan siapakah itu… Entah. Sebastian hanya dapat berkata dalam hati, ia harus bersiap.

Maka malam itu, setelah memastikan tuan mudanya terbuai mimpi, Sebastian segera berlari menuju perbatasan. Ia mendapat firasat, ia harus memastikan keadaan seseorang terlebih dahulu. Apakah benar, ia bisa hidup kembali atau…

“Halo.”

Yang dipikirkan Sebastian muncul tiba-tiba, berdiri di atas dahan pohon di belakang Sebastian. Sontak ia menoleh dan kedua matanya menyipit. Benar dugaannya, walau terdengar tidak mungkin, tapi orang itu berdiri di hadapannya kini.

“Apa yang kaupikirkan, Sebas? Kau mengira aku berbaring tak bernyawa?” Seringai muncul di wajah orang itu. “Kau pikir aku akan tewas begitu saja? Kau lupa bahwa aku adalah Claude Faustus, huh?”

“Iie,” Sebastian menyungging senyum penuh arti. “Aku tak menyangka kau bisa bertahan, Kawan.”

“Oh, ada gadis muda yang menolongku. Tanpanya tentu aku tak bisa menyapamu sekarang.”

Demonic SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang