Halo Kakak2! Mari hari ini kita mulai yang Uwuwuwuw.
* * *
Haiva geleng-geleng kepala ketika membaca pesan WhatsApp dari ibunya di kampung halaman.
Ibu: Assalamualaikum Va. Piye kabare, Ndhuk? Kamu sehat tho? Kamu opo wis ono pacar ning Jakarta? Ibu dikirimi undangan nikahan si Nisa, temen SMPmu itu lho. Dia nikah bulan depan. Kowe opo yo wis ono calon?
Absurd sekali bukan, pesan ibunya. Menanyakan kabar, lalu ujuk-ujuk menanyakan apakah dirinya sudah punya pacar. Sebulan lagi setelah acara pernikahan Nisa, pasti ibunya akan mengiriminya gosip-gosip seputar teman SD, SMP atau SMA nya yang sudah nikah, sudah punya anak lima, sudah cerai atau sudah nikah lagi. Lalu menanyakan kembali, apakah Haiva sudah ada calon suami.
Haiva bingung juga sama orangtuanya. Dulu dia selalu diwanti-wanti supaya nggak pacaran sampai lulus kuliah, karena hanya akan mengganggu konsentrasi belajar.
Haiva menuruti perintah tersebut.
Tapi sejak lulus, dia beberapa kali ditanya apakah sudah punya pacar atau belum. Apa sih mau orangtuanya? Memangnya cari pacar gampang? Memangnya kalau sekarang lulus, trus besok bisa langsung dapet pacar?
"Kenapa lo geleng-geleng gitu?" tanya Priska, Section Head Quality Documentation Hans Pharmaceutical.
Haiva baru saja selesai meeting dengan tim Quality Documentation, untuk meminta data-data yang dibutuhkan untuk melakukan melakukan registrasi ulang salah satu produk Hans Pharm. Karena meeting selesai bertepatan dengan jam makan siang, Haiva akhirnya makan bersama Priska di kantin kantor.
"Ibu gue. Nanyain pacar gue," jawab Haiva sambil meletakkan ponselnya dan kembali memakan makan siangnya.
"Trus masalahnya apa?" tanya Priska tidak mengerti.
"Kan gue nggak punya pacar, gue jadi bingung jawab pertanyaan emak gue."
"Mas-mas yang sering kesini tuh siapa? Bukan pacar lo?"
Haiva langsung paham, Priska pasti menduga Randu adalah pacarnya. Randu memang beberapa kali mampir, saat kebetulan ada project di industri farmasi atau industri makanan yang berada di dekat Hans Pharm. Tapi itu tidak sesering yang diduga Priska.
"Bukan. Itu temen gue, supplier eksipien di Medika Farma. Kadang-kadang doang kalau lagi ketemu klien di Kawasan Industri sekitar sini, dia mampir sekalian kesini."
Priska mengangguk-angguk.
"Gue baru ingat, lo dulu di Medika, anak buahnya Pak Haris dong?" tanya Priska.
Pertanyaannya sih biasa saja. Tapi entah kenapa membuat Haiva hampir tersedak mendengarnya. Barangkali karena dia tidak menduga Priska akan tiba-tiba bicara tentang mantan bosnya itu.
"Iya. Kenapa emang?" kata Haiva, sok cool.
"Ada gosip-gosip terbaru nggak sih dari temen-temen lo di sana?"
"Gosip baru apa misalnya?"
"Misalnya, mantan bos lo itu akhirnya bakal nikah?"
"Nikah?" antara penasaran dan cemburu, Haiva mengonfirmasi gosip tersebut. "Sama siapa?"
Priska mengangkat bahu. "Entahlah. Tapi tadi Mbak Dinda, Supervisor gue, cerita. Katanya dia pernah lihat Pak Haris ke tempat karaoke sama cewek."
Andai Haiva sedang minum, ia pasti akan tersedak hingga mati, saking kagetnya. Untungnya tadi dia memutuskan untuk berhenti makan dan minum sejenak untuk fokus pada gosip Haris. Sehingga dia bisa mengontrol ekspresinya saat mendengar gosip dari Priska.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG TIDAK DIMULAI
RomanceWORK SERIES #1 Aku selalu berandai-andai. Andai aku terlahir lebih lambat, atau kau terlahir lebih cepat. Apa kita bisa bahagia? First published on May 2018 Final chapter published on August 2020 Reposted on December 2021