SUDAH dua hari, Syuja menjalankan hukumannya. Dan dua hari pula Alin selalu bersama Binar. Dia selalu ingin ikut dengan setiap apa yang Binar lakukan. Sebenarnya, Binar bukan tak suka pada Alin. Hanya saja, dia cukup risih akan kehadiran Alin yang membuntutinya.
"Ka Binar suka banget ya baca novel?"
Seperti sekarang, Alin mengikuti Binar dan Nata ke perpustakaan.
"Iya, suka. Membaca itu gudang ilmu."
"Bener Ka aku setuju. Oh ya, sejak kapan Ka Binar suka baca?" Dia menduduki kursi perpus didepan Binar.
"Huhh." Nata mendengus kesal mendelik tak suka pada Alin. Menjengkelkan. Apa tidak ada yang bisa Alin lakukan selain mengikuti Binar?
"Udah lama kok Lin."
"Aku juga suka baca novel ka. Dulu Ka Ucha juga sering temenin Alin ke toko buku. Terkadang sering dibeliin juga sama Ka Ucha."
"Sumpah ga ada yang nanya." Gumam Nata.
"Ka Nata juga suka literasi ya?" Tanya Alin pada Nata yang langsung diabaikan begitu saja.
"Bin yang waktu itu gue pulang duluan, Lo pulang naik apa? Bis?"
"Oh yang waktu Ka Binar pulang sendirian Ka? Ka Binar pulang bareng aku sama Ka Ucha naik mobil."
Mata Nata rasanya ingin keluar sekarang juga. Dia berdiri dan langsung menggebrak meja.
BRAK.
"Berarti pas gue telepon Lo-- Bin Lo lagi nangis?" Nata sudah bisa menebak bagaimana perasaan Binar saat itu.
"Maaf ya dek, silakan dilanjut lagi." Binar meminta maaf pada siswa lain yang melihat kearah mereka. Mungkin, karena terganggu akibat gebrakan Nata barusan.
"Syut jangan berisik, ini diperpus! Udah Nat duduk dulu."
"Jadi beneran?!"
Alin yang sedari tadi menyimak pun ikut terkejut dan penasaran,"Ka Binar nangis? Loh, kenapa nangis Ka?"
"Engga kok, emang apa coba yang harus aku tangisin. Kalian ada-ada aja."
"Iiiiwwhh.. Parah! Parah! Parah BGT! Pasti panas banget ya Bin! Dasar cewek cabe gope."
Nata begitu membenci Alin sejak awal kedatangan cewek itu. Nata tak pernah segan nyablak dan menyindir Alin didepan orangnya.
"Ka Nata kepanasan? butuh kipas Ka? Bentar ya, Alin bawain dulu kekelas. Kebetulan tadi Alin bawa ditas." Alin beranjak dari kursi melihat Nata mengibaskan tangannya.
"Ga usah Lin, Nata cuma becanda." Cegah Binar.
"Engga Ka, ini emang panas. AC nya mungkin rusak. Bentar ya Ka aku ambil."
"IYA SONO GA USAH KEMBALI SEKALIAN NYAMPE KITA LULUS!!" Teriak Nata setelah Alin menghilang dibalik pintu.
"Nata! Kamu ini apaan sih?"
"PARAH! PARAH! PARAH BGT!! Dia itu bego apa gimana sih Bin? Jelas-jelas tadi tuh gue bilang panas ke dia! Pake mau bawa kipas segala! Ga akan ngaruh lah cabe!"
"Nat kamu ga boleh gitu."
"Nih ya Bin, dari awal gue ga pernah suka sama dia. Dia itu so akrab banget. Kenal kagak sama gue. Ga mau kenal juga sama pelakor kayak dia."
"Pelakor?" Ulang Binar sambil menautkan alisnya.
Binar menutup bukunya kemudian diletakannya diatas meja. Rasanya, perkataan Nata lebih menarik dari buku novelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Bentala Bianglala (END)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] Binar Bentala Bianglala, nama yang indah juga puitis tapi, tak seindah itu kisah asmaranya. Dia, cewek yang dianggap paling beruntung karena memiliki pacar seorang Reygan Syuja Pratama, cowok tampan, temperamen dan ditakut...