Alfred menurunkan kakinya dari mobil sedan yang ia kendarai. Pria itu tersenyum miring menatap sebuah rumah berlantai dua yang berdiri kokoh di tengah hutan.
Rumah milik ketua Delecia yang sudah berani mengusik hidup Alfred dan hampir menyebabkan ia kehilangan nyawa.
Oh, Alfred tidak rela jika orang yang membuatnya lecet di beberapa bagian tubuh serta mobil kesayangannya masuk ke dalam jurang hidup dengan nyaman.
Alfred melangkah masuk melewati keamanan yang ketat dengan santai. Siapa yang ia temui akan meregang nyawa dengan pistol tanpa suara yang ia miliki. Ini adalah jenis pistol dengan tekstur lembut namun mematikan yang di buat oleh kembarannya.
Senyum Alfred tersungging ketika melihat tumpukan daging tak berarti tergeletak begitu saja di atas lantai.
Sambil melempar-lempar kecil pistol miliknya, Alfred melangkah menuju ruangan yang terpisah dari rumah utama.
Pria berparas tampan itu tidak repot-repot untuk mengetuk pintu ruangan tersebut. Nyatanya, kaki kokohnya cukup kuat menendang pintu ruangan yang memang tidak terkunci dari luar.
Hal pertama yang menyambut kedatangan Alfred adalah seorang pria paruh baya yang tengah asik menggenjot wanita dengan gaya doggy style.
"Wow! Penyambutan yang luar biasa, Tuan Snake," ujar Alfred sambil menyeringai senang. Senyum pria itu semakin melebar kala melihat wajah terkejut tuan Snake.
"A-apa yang kau lakukan di sini?"
Terkejut. Sudah pasti itu adalah hal pertama yang dirasakan Snake. Namanya Brond Snake atau kerap di sapa Tuan Snake yang berarti tuan ular. Ular licik dan licin yang selalu lolos dari pihak keamanan ketika dia membuat ulah.
Beberapa saat yang lalu ia kalah judi ketika bertarung dengan Alfred. Tuan Snake tentu saja tidak terima dan mencoba berbagai macam cara untuk mengambil kembali uangnya yang sudah berada di tangan Alfred.
Sudah beberapa kali anak buah Tuan Snake mencoba mengusik Alfred namun selalu berakhir kegagalan. Tuan Snake merasa puas ketika mendapat laporan dari anak buahnya yang mengatakan jika mereka berhasil membuat Alfred jatuh ke jurang.
Tuan Snake tidak pernah tahu jika pria yang ia anggap sudah tewas, nyatanya masih hidup sampai sekarang dan dalam keadaan sehat.
"Harusnya kau bertanya mengapa aku masih hidup bukan apa yang aku lalukan di sini." Alfred menyeringai senang. Pria itu menatap jijik tubuh telanjang Tuan Snake dan wanitanya. Benar-benar memuakkan.
Alfred mengangkat pistolnya dan menembak langsung ke arah kepala wanita yang menatapnya penuh sensual. Bahkan, wanita tersebut dengan berani menggodanya dengan cara menyentuh kelamin dan payudaranya sendiri.
"Aku benci di tatap seperti itu," ujar Alfred. Sikapnya seolah ia tengah mengadu pada Snake tentang ketidaknyamanannya pada suatu hal.
Tubuh polos wanita itu tergeletak di tempat tidur dengan darah yang mengucur keluar dari dahinya hingga membasahi sprei yang ia kenakan.
"Kau tahu? Malam itu aku terpaksa melarikan diri karena sudah lelah mengalahkan anak buahmu yang berjumlah tiga puluh orang dengan tangan kosong," kata Alfred bercerita. "Aku memutuskan untuk pergi karena beberapa orang anak buahmu sudah berani menggunakan senjata."
Alfred tersenyum miring menatap Tuan Snake yang masih dalam posisi berdiri dengan tubuh polosnya.
Alfred terus menatap wajah Tuan Snake tanpa mau menurunkan tatapannya. Sesuatu yang menggantung di bawah perut milik Tuan Snake membuat Alfred jijik.
"Aku berniat untuk melupakan konflik itu. Tapi, rupanya kau terus mengejarku. Jadi--" Alfrred melepas tembakan yang tepat mengenai lengan Tuan Snake. Pria paruh baya itu rupanya ingin menembaknya saat ia sedang bercerita. "Jangan main-main dengan pistolmu itu, Tuan Snake. Kau bisa terluka," ujar Alfred dengan seringaiannya.
"K-kau!" seru Tuan Snake marah. Tangannya terluka dan pistol yang ia genggam tadi sudah terlempar jauh. Wajah Tuan Snake mulai pucat pasi.
"Aku hanya ingin menguji pistol buatan adikku." Alfred menatap polos pistol di tangannya. "Ini sebenarnya dia buat khusus untuk gadisnya. Tapi, aku meminta satu untukku. Mungkin akan aku berikan pada gadisku juga. Bagaimana menurutmu?" Senyum Alfred mengembang dengan lebarnya sehingga membuatnya tampak menyeramkan.
"K-kau gila!" umpat Tuan Snake keras. Hal itu memancing emosi Alfred sehingga membuatnya kesal dan melempar tembakan pada paha kanan dan kiri Tuan Snake sehingga membuat pria paruh baya itu jatuh tersungkur di lantai dengan posisi bersandar pada nakas samping tempat tidur.
"Ah, peluruku terbuang sia-sia." Alfred mengeluh sambil meniup moncong pistolnya yang mengeluarkan sedikit asap.
"Pergi!" usir Tuan Snake pamit. Tidak ada anak buahnya yang masuk untuk menolongnya yang Tuan Snake duga jika seluruh anak buahnya sudah diamankan oleh Alfred.
"Kau cukup menyedihkan. Dimana keberanianmu saat memerintah anak buahmu untuk melenyapkan aku, heh?" Alfred menyeringai sinis.
Alfred kemudian mengarahkan pistolnya ke dahi Tuan Snake dari jarak sejauh ini. Hal yang kontan membuat Tuan Snake semakin ketakutan. Dua peluru sudah menancap di pahanya dan itu sudah membuatnya kesakitan bukan main. Darah kental sudah membasahi lantai yang dilapisi permadani.
Tuan Snake menyesal sudah mengusik anak muda yang pintar bermain judi ini. Jika ia tahu kehancuran yang akan ia terima, lebih baik ia mengalah dan merekakan uangnya yang bernilai ribuan dolar.
"Sampaikan salamku pada Azura jika kau bertemu dengannya."
Alfred menembak benda yang berada di bawah perut Tuan Snake sehingga membuat pria itu terbelalak tak percaya. Bila di tendang saja rasanya sangat sakit, lalu bagaimana dengan dua peluru yang tertancap di benda berharga yang sudah menghasilkan banyak keturunan.
Sementara Alfred tersenyum sinis. Pria itu memilih untuk pergi dari kamarnya meninggalkan dua mayat di dalam kamar luas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] MYSTERIUS MAN [Alfred Kenzove]√
RomanceSEQUEL KEDUA IM NOT RAPUNZEL SETELAH 1. TAWANAN ARTHUR 2. MYSTERIUS MAN Bercak merah itu selalu muncul saat Abryla atau kerap disapa Aby bangun dari tidurnya. Aby panggilannya tidak pernah tahu jika bercak merah yang muncul di sekujur tubuhnya ada...