BREATH
•
•
" In this universe, I choose to stay with you."
__________ • __________Alih-alih menanyakan tujuan kedataang Joong, lelaki manis itu hanya berdiri menatap kosong kearah pria bermata hazel yang tak kunjung bersuara.
Kedua tangannya ia simpan didalam saku celana, sorot matanya tajam entah apa yang tengah ia pikirkan ketika ia mendapati keadaan Nai yang tak karuan. Tatapan mata itu sedingin salju pertama musim dingin.
Nai yang kala itu mengenakan kemeja putih dengan dua kancing teratas tak terkancing, ujung lengannya menenggelamkan jemarinya. Dan tak mungkin ia dapat mengabaikan bagaimana surai lelaki yang lebih pendek darinya ini terlihat berantakan.
Ia menurunkan arah pandangannya pada wajah Nai.
Seketika hatinya terasa tertarik dengan rasa nyeri tak kasat mata.
Kantung matanya memerah, serupa dengan area hidung dan pipinya, "Ada apa denganmu?" tiga kata yang akhirnya ia ucapkan.
Nai memilih untuk tetap diam menggenggam handle pintu, bersiap untuk menutupnya kembali jika Joong datang hanya untuk mengatakan omong-kosong yang saat ini benar-benar tidak ia butuhkan.
"Nai, aku mencoba menghubungimu tapi handphone mu tidak aktif. Ada apa?" lengan kanannya perlahan berusaha meraih pipi kirinya, dengan cepat Nai menghindar.
"Tidak ada." jawabnya singkat.
"Aku tau itu tidak benar. Ada apa? Katakan, jangan buatku menderita seperti ini."
Raut wajahnya mengeras mendengar apa yang baru Joong katakan, dengan beraninya ia katakan, "Menderita? Oh, okay."
"Mendapatkan ciuman ditengah dinginnnya udara tentu membuatmu menderita, bukan begitu?" nada penuh sarkas terdengar dari bagaimana Nai bicara untuk menanggapi keluhan dari Joong pikirnya sama sekali tak beralasan.
Ia bersiap menutup pintu namun gerakannya tak secepat Joong.
Pria tinggi itu tanpa ragu maju dan memenjarakan tubuh Nai pada dinding, meraih pergelangan tangan kiri Nai dan menguncinya diatas kepalanya sementara tangan kirinya menggenggamm erat pergelangan tangan kanannya disamping tubuh.
"Lepaskan, Joong."
"Kau melihatnya?"
Nai membuang nafas, mengalihkan pandangannya dari wajah terlampau tampan Joong. Berusaha mati-matian untuk tidak jatuh pada pesona si pria tinggi yang berdiri begitu dekat dengannya.
"Jawab, aku. Apa kau melihatnya?"
Jengah akan keadaannya saat ini membuatnya berusaha mendorong Joong agar pria itu melepaskannya, namun rupanya usahanya sia-sia. Kekuatannya tak sebanding dengannya.
Maka ia akhirnya mengalahh, memilih berhenti melawan.
"Aku tanya sekali lagi. Apa kau melihatnya?"
Untuk mengangguk nampaknya sulit apalagi bila ia harus menjawab pertanyaan retorik itu secara verbal. Namun ia tak punya pilihan selain mendorong dirinya sendiri untuk mejawab dengan satu kata sangat singkat, "Ya."
Dan setelahnya tanpa ia duga, pergelangan tangan kirinya kembali ditarik kuat oleh Joong.
Ingin rasanya ia berteriak memanggil temannya agar mereka dapat menghentikan rencana apapun itu yang kini tengah ada dalam kepala pria yang menariknya menuruni tangga.
Didepan pintu lantai bawah ia dapati sebuah sedan hitam terparkir rapi dengan sedikit salju menutupi bagian atasnya.
Salju sudah mulai turun pertanda musim dingin telah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BREATH ]
Fanfiction• • " I didn't believe in happiness before I met you. " - Joong " I love you. " - Nai _______ • • • • _______ [ breath ] adalah fiksi yang saya buat dengan inspirasi dari series remake berjudul WTFock SKAM Season 3 Belgium.