Prolog

29 4 3
                                    

Bagaimana perasaanmu jika kau dibenci oleh idolamu sendiri? Apa kau akan berhenti mengidolakannya? Atau kau akan tetap mendukung mereka? Meskipun kau tahu tak ada tempat di hati mereka untuk dirimu lagi, walau hanya secuil.

Aku berniat tetap menunjukkan keberadaanku. Aku menyadari itu sangatlah sulit untuk mengembalikan posisi ku di tempat semula. Di mana saat itu aku adalah fans nomer satu untuk mereka. Mungkin ini sedikit berlebihan, tapi mereka bahkan mengingat namaku.

Di setiap acara Fansign, satu-satu dari mereka selalu menyapaku dengan senyuman bahagia khas mereka. Kim Namjoon dengan lesung di pipinya, Kim Seokjin dengan flying kiss yang sangat khas tentu saja. Min Yoongi si pemilik gummy smile. Selanjutnya ada Jung Hoseok dengan semua harapan yang selalu terpancar, dia matahari Bangtan pun matahari army. Eye smile yang dimiliki Park Jimin pun tak kalah menenangkan dari yang lain, apalagi box smile yang ditunjukkan Kim Taehyung ketika suasana hatinya senang. Oh jangan lupakan Jungkook si kelinci yang tak mau dipanggil oppa.

"Jane, kau kembali"
"Bagaimana kabarmu, Jane?"
"Bagaimana konser kami di Brazil kemarin, Jane?"
"Jane, menurutmu apa gerakan dance ku sudah tak se kaku dulu?"
"Jane, kau sudah menjaga kesehatanmu dengan baik?"
"Jangan lupa datang ke konser kami selanjutnya, Jane!"

Begitulah kira-kira perbincangan kami saat semua masih baik-baik saja.

Aku mengira aku bisa bergantung pada mereka. Aku pikir kami bisa berjalan beriringan. Namun semua keinginanku itu memang hanyalah keinginan saja. Hanya dengan mereka, aku mendapatkan imbal balik kasih sayang tulus tanpa pamrih, namun dengan secepat kilat pula mereka berbondong-bondong meninggalkanku seperti yang lain.

Haha... Ini yang kalian pikir sempurna?

Hidup sepertiku ini yang kalian inginkan?

Aku tak tahu dimana letak sempurna yang kalian maksud.

Mungkin karena begitu banyak karang yang harus aku hancurkan. Dari aku duduk di bangku dasar, aku sudah tak memperdulikan itu lagi.

Kalimat mantra dari Ibuku ternyata memang bekerja dengan baik. Sepotong kalimat yang selalu ku ucapkan ketika badai sudah siap menerpaku di depan, "Aku lebih istimewa dari siapapun."

Hanya dengan kalimat yang selalu ku ulang itu, di situasi apapun aku pasti akan mengatasinya. Saat seluruh anak di kantin sekolah melihat wajahku sambil berbisik, ketika teman-teman dekatku dalam sekejap meninggalkanku, aku hanya berpikir seperti ini, keberadaan diriku saja sudah cukup berharga untuk dicintai, tak apa jika mengabaikan mereka yang tak begitu penting dalam hidupku.

Namun ternyata kalimat itu tak mempan ketika ku gunakan untuk menerima kenyataan jika sandaran ku satu-satunya membenciku. Hidupku mulai hancur perlahan. Sakit yang kurasakan pun bertambah saat Ibu dan ayahku semakin melarang ku untuk bertemu mereka lagi.

Satu per satu poster yang tertempel rapi di dalam kamarku harus ku lepas, meskipun itu sungguh berat. Ku pandangi lagi wajah mereka satu-satu, sama persis seperti dulu ketika aku baru memasuki dunia mereka. Bedanya, sekarang aku memandang gambar mereka dengan sesak.

Selamat datang di kehidupanku yang menyedihkan. Semoga dengan membaca cerita ini kalian tak lupa untuk bersyukur dan mencintai diri kalian sendiri.

BAAAAAAA🙈
.
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
akhirnya aku memberanikan diri untuk publish prolog yang sudah terpingit selama bertahun-tahun 😭
Semoga selanjutnya aku bisa menyelesaikan cerita ini tanpa kendala 🤧 amiiinnn...
.
.
Tak lupa aku mengucapkan terimakasih buat yang masih mau baca cerita ini, semoga sesuai dengan ekspektasi kaliaan 💕
See you 💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOOD NIGHT, JANE! (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang