Aku akan selalu mengingatmu, bagaimanapun caranya. Dan kamu juga harus ingat ini,
Aku selalu mencintaimu
.
.
.Lagi dan lagi.
Di depan toko bunga ini, selalu saja pemuda itu merasa harus ke sana. Entah kenapa, mungkin karena akhir-akhir ini memang dirinya sedang banyak sekali masalah, kepalanya sungguh penat. Jadi, ia butuh penawarnya.
Ini sudah ketiga belas kalinya, dalam dua bulan. Raka —nama pemuda itu, memperhatikan keindahan yang sangat apik di matanya. Berharap suatu saat nanti bisa berkenalan, lalu menggenggam tangannya, berkencan, dan menghabiskan waktu bersama di pasar malam dengan sebatang gulali.
Aah.. kapan gue berhenti ngehalu ya?
Miris.
Raka sadar, Raka tahu.
Huh..
Sudah jam lima sore. Permatanya akan keluar sebentar lagi dari toko bunga itu. Dengan cekatan, Raka bangkit dari kursi cafe yang menghadap tepat ke arah toko bunga itu. Keluar dari cafe, lalu berjalan pelan dengan senandung kecil dan mata berbinar saat pujaan hatinya terlihat di depan sana.
Selalu, cantik..
Berjalan dengan santai di belakang gadis berhoodie baby blue itu. Memperhatikannya dari jarak sejauh mungkin. Ia senang, ini akan selalu menjadi penawar stress untuknya. Apalagi saat melihat gadis itu selalu berhenti di persimpangan jalan sembari mengulurkan tangan yang memegang beberapa bungkus roti dan minuman yang ia keluarkan dari tasnya, tersenyum cantik dan membuat anak-anak jalanan itu melonjak senang, dan mengucapkan terima kasih.
Nggak salah dah, calon ibu yang baik nih yang begini..
Matanya melembut dengan tangan menyentuh dada. Sepertinya Raka jatuh lagi untuk gadis itu.
.
.
.Seminggu setelah terakhir kali berkunjung untuk melihat permatanya, Raka tak hentinya mengumpat untuk segala urusan kuliah, keluarga, dan berbagai urusan lain yang membuatnya pusing bukan kepalang. Semuanya terasa sangat rumit, rasanya ia ingin sekali menangis.
Terutama masalah keluarganya.
Dan disinilah ia sekarang.
"Woy, Ka! Lo gila? Demen banget lu ngocok botol. Addicted parah ni orang!"
Bodo amat!
Teriakkan kawannya itu seakan malah membuatnya semakin kesal. Matanya menatap nyalang ke meja di hadapannya, berberapa botol alkohol sudah kosong dan tinggal satu lagi yang masih terisi, setengah. Membuatnya tak puas dan berteriak nyaring, "WOY, SATU BOTOL LAGI KEK!"
Kawannya yang mendengar itu hanya bisa meringis. "Sumpah. Raka gila, anjir."
"Susah udah bilangin dia. Ngeri gue beneran, dah."
Sebenarnya mereka semua takut. Raka menjadi sangat candu akan alkohol sejak tiga bulan yang lalu. Rasanya ia akan mati jika minum alkohol kurang dari lima botol penuh dalam semalam. Gila, memang. Sudah berpuluh kali mereka berusaha menghentikan Raka, tapi reaksi Raka yang mengejutkan membuat mereka meneguk ludah tak percaya. Seperti saat itu...
Prang!
"Sekali lagi Lo semua pada bacot, nih ujung botol bakal nembus jidat Lo semua. Bangsat!"
Bayangan Raka mengangkat botol yang pecah bagian bawahnya dengan mata besar dan wajahnya yang merah, terlihat menyeramkan di bawah temaram lampu kelap-kelip di club malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PWK Syndrome (?)
Short StoryHanya tentang Raka dan permatanya. "Aku akan selalu mengingatmu, bagaimanapun caranya. Dan kamu juga harus ingat ini, Aku selalu mencintaimu." ..... Fluffy angst Short story By JhNeaz 2020