"Like We Were Sixteen."
By : Amanda Lactis
Inspired by : Ellie Goulding – Sixteen
***
"Hey, Sasu-teme."
"Hn, apa?"
"Aku ingin kembali ke masa lalu, saat kita masih berumur enam belas tahun."
"Kenapa? Kau tidak terima karena menua?"
"Bukan! Tapi karena kenangan kita berdua ada di masa itu. Sebelum kau pergi dan menghilang dari pandanganku."
_______________________________________________
Pagi itu dijalani Naruto dengan biasa, bangun kesiangan, serta omelan dari sang Ibunda yang setengah mengancam akan memotong uang sakunya karena ketahuan bermain video games sampai jam satu malam. Gedoran pintu kamar Naruto mulai mereda saat langkah kaki Kushina, menjauh dan menuju target selanjutnya, yaitu kamar Kyuubi, kakak laki-lakinya yang sudah menginjak semester enam di Jurusan Psikologi."Kyuubi bangun! Kaa-san tahu kau ada kelas pagi hari ini! Bangun dan cepat mandi!"
Naruto menggeleng kepalanya, sedikit merasa pusing karena jam tidurnya terpotong akibat kegiatan yang sebenarnya hanya diawali keisengan semata. Bermain video games tidak seburuk itu rupanya, dia berucap dalam hati. Tak kuasa mendengar omelan Kushina yang terdengar makin kencang, Naruto memutuskan buru-buru mempersiapkan diri untuk ke Sekolah.
"Naru! Sasuke sudah menunggumu di bawah! Cepat turun!"
"Iya, Kaa-san!" Naruto menyahuti tak kalah keras.
Lima belas menit kemudian Naruto sudah siap dengan kunciran rambut model twin-tail juga vest krem menutupi kemeja seragamnya, sesekali Naruto mengeluh kenapa rambutnya terasa lepek dan baru ingat jika dia lupa keramas selama empat hari.
"Ck, kau lama sekali, Dobe. Aku hampir jamuran menunggumu."
Naruto berdecak sebal, "Aku tidak pernah protes saat disuruh menunggumu Lomba Catur dari pagi sampai malam, Teme." Balasnya ketus. Namun Sasuke hanya menyikap hal tersebut dengan tenang.
"Kalian berangkat sana, sudah hampir jam tujuh. Dan Kyuubi jangan mainkan makananmu!" Kushina kembali mengomel, sementara Kyuubi hanya menguap bosan, dia memasukkan satu potong Tamagoyaki* dalam mulutnya, sembari melambaikan tangan pada Naruto yang diseret keluar oleh Sasuke.
Sasuke dan Naruto. Dua entitas yang tidak bisa disangka menjadi sahabat karib selama sembilan tahun sejak SD. Di awali perdebatan keduanya yang cari perhatian terhadap guru yang mereka idolakan, dan berakhir saling dorong dan menangis kencang, sampai Kushina panik dan meninggalkan kantor demi mengomeli sang anak yang Demi Tuhan belum puas menambah pekerjaannya. Keluarga Sasuke untungnya tergolong baik, mereka memaklumi kenakalan Naruto dan Sasuke dan langsung memaksa mereka untuk mendamaikan diri.
Sejak saat itu, Sasuke dan Naruto mendapat label sebagai "Dua Serangkai" yang kemanapun selalu bersama, yang suka berdebat karena hal tak penting, dan tak jarang saling membalas afeksi satu sama lain. Sasuke mengerti kemauan Naruto dan mengimbangi sikap keras kepalanya, dia tidak ragu untuk menemani Naruto bermain Basket meski Sasuke bukan orang yang suka Olah Raga. Begitu pula dengan Naruto yang tidak bosan mencari bahan pembicaraan, dia juga tidak pernah protes kenapa Sasuke mempunyai sifat yang menyebalkan.
Kalau dikatakan pacaran sih, sudah jelas tidak. Tapi siapa yang tahu, jika Naruto sudah memendam rasa suka pada Sasuke, sejak kelas satu SMP. Saat itu dia tidak sengaja melihat ada siswi yang menyatakan cinta pada Sasuke, dan hatinya luar biasa nyeri. Ingin hati mengungkapkan perasaannya, namun Naruto tahu, saat dimana dia menyatakan perasaannya, saat itu pula pertemanan yang sudah mereka jalin selama bertahun-tahun akan hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Like We Were Sixteen
RomanceNaruto ingin kembali ke masa lalu, saat dia dan Sasuke berusia enam belas tahun, karena dia ingin membuang sikap pengecutnya, dan menahan Sasuke di sisinya. "Selama sepuluh tahun ini, kau kemana?" Naruto mendengus. "Kau yang meninggalkanku, teme. ke...