BAB 7

242 43 2
                                    

"Ini teralu berminyak. Ini gak sehat. Ini...."

"Cepetan kali Al, lo udah 20 menit milih menu, gak kasian sama mbaknya yang dari tadi berdiri" Omel pipit di sebelah gue.

"Pilih yang kayak biasanya aja Al" giliran Dimas yang angkat bicara.

"Mbak salad gak ada ya?" akhirnya gue tau apa yang gue harus makan.

"What?! kita dari tadi di restoran nusantara dan elu tanya salad?!" Suara Pipit udah bikin kesehatan telinga gue terancam.

"Maaf mbak kami tidak menjual salad" kata sesembaknya.

"Apa gitu yang enggak pake minyak dan isinya sayur semua?"

"Mau pecel mbak?" tawar si mbak.

"Jangan! ada kacangnya" Spontan gue nolak.

"Elu kenapa sih?" kini giliran Sherly yang protes.

"Saya lagi makan yang direbus aja mbak dan gak makan kacang" tanpa peduli wajah ketiga manusia di depan gue, tetep aja mulut ini masih protes.

"Kalo gitu lo makan nasi sama rebusan sayur aja, enggak usah sambel kacangnya" bagus juga ide Dimas.

"Boleh deh mbak gitu aja"

"Alhamdulillah" Ketiga manusia yang dari tadi duduk di depan gue langsung mengucap syukur. Emang lagi dapet rejeki?

"Baik mbak ditunggu ya"

"Eh mbak, enggak ada nasi merah?"

"ALIIIIFF!" Teriak Sherly dan Pipit bersamaan.

- - - -

Setelah drama di restoran Nusantara tadi, gue dan ketiga temen gue langsung balik ke kantor. Kebetulan jaraknya cuma 60 meter jadi kami putuskan jalan kaki.

Mereka keliatannya masih kesel dengan selera makan gue yang berubah drastis. Oke maafkanlah hamba paduka, hamba sedang memulai untuk hidup sehat.

Gue belum cerita ya? Setelah kemarin nonton video motivasi mbak Nabil, gue akhirnya memutuskan memulai misi kulit mulus gue dari ngerombak makanan yang gue konsumsi. Gue hapus semua menu yang ada hubungannya sama telur, susu, kacang, dan minyak.

Gak lupa gue juga kurangi yang namanya dessert. Konsekuensinya, gue cuma makan rebusan atau hal-hal yang dikukus. Bagi gue ini berat banget, karena gue homosapien pemakan segala, jadi hari pertama gue kelimpangan. Mama kaget waktu gue bilang rencana gue ini. Dengan ragu mama meng-iya-kan rencana gue.

"Tolong ke ruangan saya 30 menit lagi"

E Bueset! Si Bar-bar kayak tuyul aja suaranya kedengeran tapi wujudnya enggak nampak.

"Kalau diajak biacar jangan menunduk!" Gue langsung angkat kepala gue.

Lah si Bar-bar sejak kapan di depan gue.

"Selain wajah telingamu juga buruk"

Perih!

Bisakah mulutnya tak digunakan untuk menghina orang lain? masih banyak kalimat baik yang bisa diucapkan.

"Maksud bapak apa?!" Kataku dengan nada tak santai. Dengan angkuhnya dia hanya memandang remeh gue dan pergi.

"Lo ada salah apa sih ke si bos? kok dia sensi banget sama lo" Dimas dengan suara cemprengnya menambah kedongkolan hati gue.

"Gue gak punya dosa apa-apa sama dia! yang ada..." ucapan gue berhenti.

Mengingat kejadian itu, mulut gue kelu buat cerita. Bukan kenangan indah yang pantas untuk diceritakan pada orang lain. Jujur, gue malu!

Balada Cewek BerjerawatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang