CHAPTER 18

106K 5.3K 194
                                    

Lucius keluar dari rumah bordil tersebut, memilih untuk duduk diluar sembari menghisap rokok miliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucius keluar dari rumah bordil tersebut, memilih untuk duduk diluar sembari menghisap rokok miliknya.

Asap rokok mengepul disekitar Lucius, Lucius hanya diam mengingat apa yang sebelumnya ia lihat di lorong rumah bordil Secret Violet itu.

Goodie bag yang Lucius bawa tergeletak di sampingnya, entah lah kapan Lucius akan bisa menyerahkannya kepada Bianca.

Lucius kembali menghisap rokoknya dalam diam, dalam hati ia bertanya-tanya kenapa ia tidak pergi saja. Kenapa ia justru duduk seperti orang putus asa disini?

***

Herald mendorong Bianca hingga tautan bibir mereka terlepas, Bianca terlihat tidak senang Herald melakukannya.

Bianca tidak senang bahwa meski sudah digoda dengan ciuman lihainya pun Herald tetap menolak dirinya.

"Meski kita berciuman aku tetap tidak merasakan apapun terhadap mu Bianca, aku tidak benar-benar melihat mu sebagai wanita." Herald mengusap sudut bibir Bianca yang basah karena ciuman mereka sebelumnya, "Aku ini lebih pantas menjadi Ayah mu bukan kekasih mu. Aku menolong mu sampai sejauh ini juga bukan karena aku ingin menjadikan mu sebagai milik ku."

Bianca menepis tangan Herald, hatinya sakit karena kembali ditolak oleh Herald.

"Kalau kau tidak pernah menganggap ku sebagai seorang wanita lalu untuk apa kau menolong ku Herald? Atas dasar kemanusiaan? Ada banyak orang menyedihkan di tempat ini, bukan hanya diriku. Tempat ini tempat busuk, kau juga tahu ada perdagangan manusia disini, anak dibawah umur dieksploitasi disini. Tapi apa kau membantu mereka? Tidak! Kau hanya melakukannya padaku!"

Bianca muak terus dianggap bahwa dirinya yang tidak tahu diri atas segala kebaikan yang Herald berikan, sementara Herald sendiri lah yang menuntun Bianca kepada kesalahpahaman yang membuat Bianca jatuh hati kepada Herald.

"Orang lain saat ingin meminta bantuan mu, mereka harus memohon, mengemis dan sebagainya agar bisa mendapatkan belas kasihan mu. Bahkan setelah mereka memohon pun belum tentu kau sudi untuk menolong mereka. Tapi kepada ku, kau seolah tidak berpikir saat melakukannya. Kau menjamin ku kepada Madame, mengorbankan milyaran uang demi diriku. Apa itu kalau bukan cinta Herald?!"

Bianca menyentuh dada Herald, sembari menatap mata Herald dalam-dalam.

"Kau sebenarnya mencintai ku kan? Kau terus menolak ku karena kau malu, kau malu akan perbedaan usia diantara kita. Usia itu tidak penting Herald, usia hanya angka. Kau tidak perlu memusingkan hal itu."

Herald menggelengkan kepalanya, "Kau salah besar Bianca, aku tidak mencintai mu. Dan perihal aku yang terus saja menolong mu dan tidak menolong orang lain, hanya karena aku berbuat baik pada satu orang bukan berarti aku bisa diperalat dan membantu semua orang yang ada disini. Aku bukan dewa, ataupun malaikat. Aku membantu mu karena aku tahu bahwa kau lah yang paling membutuhkan pertolongan ku."

Her Secret [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang