Memang Lebih Baik Tidak Terucap

4 1 0
                                    


Di atas kursi. Kedua tangan yang terikat.

Ango menengadah ke arah rembulan. Rembulan yang memerah seolah menanggung semua luka dan di akhir semua itu, sekali lagi harus bersimbah darah sendirian.

Ah ... Ango merasa ... bulan itu familier dengan hidupnya sebagai mata-mata.

.

.

.

BSD milik Asagiri Kafuka dan Harukawa Sango

Aku hanya meminjam karakter dari pencipta BSD untuk penulisan FF ini.

.

.

.

Kedatangan Odasaku adalah sebuah ketidakberesan yang seharusnya tidak terjadi. Perhitungan, data, kehati-hatian, Ango, dibungkam oleh satu kata yang ditekankan Odasaku.

Pertemanan

Seharusnya bukan begini.

Raganya berkhianat. Ango adalah Ango. Yang melindungi kelemahannya di balik sikap skeptis. Bukan Ango yang mati secara terhormat seperti Benkei. Ango membenci demi melarikan diri. Menghilang tanpa kata, menghilang tanpa jejak. Benar. Semua bayangan itu sirna di atas langkahnya yang tergesa, berpacu napas dan detak jantungnya.

Siapa yang menyangka lompat dari lantai dua tidak membunuh mereka? Ango sendiri terkejut.

"Kau tidak apa-apa?"

Tidak. Seharusnya ... tidak.

.

"Ango ... larilah ..."

Ango tidak ingin pun tetap merasai. Kenapa. Kenapa harus meracuni orang sebaik Odasaku?

"... Terima kasih telah menyelamatkanku. Jaga dirimu baik-baik."

Ango bangkit berdiri dan bergabung dengan pasukan bersenjata. Tolol. Tolol sekali memintanya menjaga diri baik-baik setelah diracuni. Ango menautkan alis, sekali lagi memandang Odasaku. Kedua pasang mata itu bertemu yang mana sekali lagi ingin dihindarinya, namun-

"Kalau memang mungkin, dengan senang hati aku minum-minum denganmu dan Dazai lagi, di tempat biasa."

Ango lagi-lagi memutus tekadnya sendiri. Kalimat brengsek itu menyakitkan. Ango hanya bisa berharap seiring berjalannya waktu, permohonannya terwujud dan maafnya tersampaikan.

.

Namun mungkin tidak akan pernah.

.

Tamat

.

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang