I knew it.

797 107 24
                                    

... .

Selama dua hari penuh, Namjoon mengalihkan perhatian pada kerjaan sebagai wakil direktur. Pembuatan kapal di pabrik dan kunjungan bersahabat ke pabrik kapal satunya, dilakukan dengan profesional. Jimin sudah diyakinkan jika Namjoon kembali sedia kala, juga minta diberi keleluasaan mengunjungi Hakdong dan bertemu Jungkook saat semua kerjaan beres. Obat yang sempat mangkir kembali diminum rutin, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Namjoon sudah bertekat menang dari rasa menyedihkan itu. Melalui Jungkook dan kesempatan yang diberikan padanya malam itu, Namjoon mau bangkit melawan. Sekali lagi dan semoga yang terakhir.

Motivasi Namjoon hanya satu, menemukan si pemilik suara indah itu yang adalah penolongnya.

"Jadi, aku yang pergi ke Samsung? Bukankah kalian yang buat janji untuk bertemu? Lalu, kenapa ...." Jimin menadahkan tangan naluriah begitu setumpuk berkas diberikan Namjoon.

(* Sekilas Info : di pulau Geoje ada dua pabrik kapal besar. Satu milik Daewoo (DSME - Daewoo Shipyard Marine and Engineering) dan satu lagi milik Samsung (SHI - Samsung Heavy Industries), mereka urutan kedua dan ketiga dengan yang paling besar ada di Ulsan, milik Hyundai. Ada beberapa keterangan digubah oleh Author untuk keperluan plot cerita. Oke, lanjut.)

"Bagianku selesai, sekretaris. Sisanya lanjutkan. Aku punya janji lain dengan kawan kecil dan, mungkin, seseorang."

"Kak ...."

"Akan kubawakan cemilan untuk kita. Aku butuh udara segar setelah suntuk melihat tabel dan semua grafik itu. Suara bising gear seolah tak mau pergi dari kupingku. Bau oli mesin juga masih pekat di hidung, kau tahu?" Namjoon melempar kemeja dan meraih satu kaus, mengenakan sambil jalan ke pintu, sebelumnya berpaling sejenak. "Sampaikan pada Hoseok untuk memeriksa ulang lambung ganda kapal yang dipesan untuk Artik. Yang akan diantar itu bahan kimia, jadi pastikan tak ada satu pun pori-pori berlebih. Mereka menambah dua buah lagi, bukan? Laporkan padaku setelahnya. Juga tegaskan jika tak ada potongan untuk selusin kapal peti kemas bulan depan. Kita masih belum benar-benar stabil untuk saat ini. Kalau ia terlalu lembek pada sekretaris perempuan itu, gajinya kupotong."

Jimin memeluk tumpukan berkas ke dadanya. "Ta-tapi, kak ...." Lambaian tangan Namjoon jadi penutup kalimat Jimin yang batal dilontar. Menemani Namjoon bertugas memang jadi kewajiban dan mulai disukai Jimin, tapi tidak dengan bertemu pabrik kapal tetangga. Atau, bertindak sebagai penengah di kunjungan langsung. Kepala proyek bermarga Jung itu, sedikit membuat Jimin risi karena sikapnya yang ceria dan suka bicara. Orangnya baik, tapi Jimin terkadang merasa diintimindasi karena jarak umur mereka.

"Aish."

.

Namjoon mengerang dengan puas. Duduk beralaskan bebatuan halus dan hangat matahari sore menerpa, serasa menyejukkan. Ditambah semilir angin musim gugur yang walau memang dingin, tapi sangat cukup meredakan panas tubuh.

"Kak Namjoon, suka gimbab?" teguran itu membuat empunya nama berpaling dengan senyum lebar. Ia terkekeh dan segera menerima uluran sekotak makanan gulung dari Jungkook. "Bibi bilang, terima kasih sudah membantu. Padahal, aku bisa sendiri tadi."

Namjoon mengusap kepala anak itu, alih-alih berterima kasih atas kudapan dan jus buah segar yang diterima. "Sekalian cari pengalaman. Aku suka main air. Sama adikku malah sering. Sampai kaki tangan keriput. Pantai indah begini, kesukaan kami. Tak kusangka akan bertemu banyak anak kepiting. Mereka lucu, bukan?"

Jungkook menurunkan gelasnya, menatap Namjoon. "Mereka enak, kak. Tidak lucu. Tadi aku kesal. Banyak dapat anak kepiting, kak Namjoon malah melepas mereka semua."

Namjoon meringis. "'Kan dapat banyak kerang lain. Ada ikan juga."

"Tapi, aku suka anak kepiting. Sekali kunyah bisa nagih."

Saram to Sarang | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang