[0.5]

16 3 2
                                    

Nara menatap lima laki laki di depannya dengan tatapan datar. Ia lalu menghembuskan nafas dan mengalihkan pandangan.

"Sebenernya gue gak mau ikut campur dalam masalah ini, toh gue juga udah ngasih peringatan yang sama sekali nggak kalian hargai," ucap Nara.

"Tapi, itu terserah kalian sih. Mau gue bantu atau gak itu keputusan kalian. Lagian gue tau kalo kalian belum percaya 100% kalo gue indigo," ucap Nara.

"Dan asal kalian tau, lo pada itu udah ketempelan," ucap Nara.

Setelah itu hening. Nara sengaja terdiam memberikan waktu mereka untuk berpikir.

"Kalian lama mikirnya, gue gak ada waktu cuma buat nunggu kalian. Dah," ucap Nara lalu berdiri dari duduknya.

Jadi sekarang itu Nara sama lima cowok itu lagi ada di rooftop. Nah, rooftop kan ada bangkunya tuh, mereka duduk disana.

Vigo menghentikan langkah Nara dengan memegang tangannya.

"Jangan dong, bantuin ya. Hehe, gue takut sama hal begituan," ucap Vigo. Nara tersenyum tipis lalu menatap empat laki laki lainnya.

"Gue nerima tawaran Nara. Kalo kalian setuju cepet ngomong," ucap Vigo.

"Gue juga deh, ehehe," ucap Rey.

"Duain" Jeno.

"Tigain," Adrian.

"Empatin ehehe, tolong ya ra," ucap Ata.

Nara tersenyum lalu mengangguk.

"Sekarang kalian duduk dulu deh. Gue mau coba ngomong sama arwah yang nempelin kalian" ucap Nara sambil berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia duduki.

Setelah duduk mereka semua terdiam, menatap Nara yang sama diamnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Tiba tiba Nara berdiri dari duduknya.

"Kalian tunggu sini, gue mau ambil barang," ucap Nara lalu segera berlari keluar rooftop.

"JANGAN PADA GERAK! DIEM!" teriak Nara dari luar.

Setelah beberapa saat, Nara kembali dengan membawa minuman.

/minumannya tuh kayak aqua yang gelasan gitu/

"Maaf ya," ucap Nara lalu mencipratkan/yaudah sih gue gak ada kata lain/air ke wajah, rambut dan punggung Rey, lalu beralih ke Ata, Vigo, Jeno dan Adrian.

"Ayo sini," ucap Nara setelah selesai mencipratkan/izin ngakak dulu guys/air ke kakak kelasnya itu. Kemudian menarik tangan Ata menuju cermin yang tidak jauh dari tempat mereka berada.

Cermin itu sudah lama berada di situ. Jadi berdebu dan sedikit kotor.

"Kalian juga! Ayok sini!" ucap Nara kepada 4 laki laki lainnya. Dengan ragu, Jeno dkk/minus Ata/berjalan mendekati Nara.

"Kak Ata dulu. Liat ke arah cermin," ucap Nara. Ata mengangguk lalu melihat ke arah cermin.

Laki laki itu membelalakkan matanya sempurkan saar melihat sesuatu yang mengerikan berada di belakangnya. Tepatnya di punggung. Sontak, ia langsung menutup matanya.

"Haha, gimana? Udah liat kan?" tanya Nara. Perempuan itu lalu menarik tangan Ata untuk bergeser dan mempersilahkan Vigo untuk melihat ke arah cermin.

Singkat cerita/males ngetik satu satu/kelima laki laki itu sudah melihat sesuatu yang menempel pada tubuhnya. Mereka belum berbicara sepatah kata pun karena masih terkejut.

"Udah liat semua kan?" tanya Nara. Ata dkk mengangguk kaku.

"Mau gue usirin gak?" tanya Nara. Ata dkk langsung mengangguk antusias.

Lalu Nara merogoh saku almamaternya dan mengeluarkan sebatang bambu kuning. Ia mematahkan bambu kuning itu menjadi 5 lalu membagi masing masing satu kepada laki laki dihadapannya.

"Nih pegang, terus kalian baca doa dalam hati sesuai kepercayaan masing masing. Inget! Yang tulus, buktikan kalo kalian bener bener ingin makhluk itu pergi," ucap Nara.

Kemudian mereka segera berdoa sambil menutup mata. Cukup lama, tapi Nara bisa menunggu.

"Udah?" tanya Nara saat melihat Ata dkk membuka kembali matanya.

Mereka mengangguk.

"Nah, sekarang liat ke cermin lagi. Kalian harus mastiin arwah itu udah pergi atau belum. Kalo belum, gue harus pake cara lain," ucap Nara.

"Tapi Ra—"

"Udah sana liat! Gue capek nih!" ucap Nara memotong perkataan Vigo.

Dengan nyali sebesar padi, mereka membalikkan badan lalu menatap ke arah cermin. Senyum mereka mengembang ketika melihat bahwa sosok mengerikan itu tidak terlihat lagi.

"Eh? Udah pergi! YEAY!" ucap mereka bersamaan.

Nara tersenyum. Merasa senang melihat mereka bahagia.

"Naah, udah pada pergi kan setannya? Itu bambu jangan dibuang dulu, simpen sampe 7 hari baru boleh buang," ucap Nara.

"Dibuang kemana?" tanya Adrian.

"Ya lo pikir buang sampah dimana emang?" ucap Nara. Adrian hanya menunjukkan senyum pepsodent.

"Makasih ya Ra, hehe. Baik bener lo,"

"Makasih Ra,"

"Thankyou so much Raaaa"

"Makasih brow"

"Thanks ya,"

"Hhh bodoamat ya. Gue udah bilangin kalian tapi malah gak didengerin. Gara gara kalian nih gue jadi bolos sekolah!" ucap Nara.

"Ck, santuy aja dih. Lagian nih ya, lo gak perlu takut nilai lo jelek. Papanya Rey kan yang punya sekolah ini, tinggal bilang. Beres deh," ucap Adrian sombong.

"Eh, emang ya?" tanya Nara.

"Lo sekolah mana sih? Masa kepsek sendiri gatau," ucap Jeno.

"Ehehehe,"

Tbc

PLEASE BACA!

Bentar bentar, mau ngejelasin dulu biar kalian gak mikir yang aneh aneh.

Ini gue buatnya bener bener ngasal doang. Apa yang ada dipikiran gue langsung gue ketik. Dan tadi gue sempet search di google gimana caranya ngilangin setan yang nempel gitu. Tapi yang keluar malah gak jelas anjir.

Jadilah gue cuma search benda benda yang bisa ngilangin atau menangkal adanya setan itu. Dan apa yang ada di dalam cerita ini 100% bukan asli.

Karena gue sendiri juga gak tau gimana caranya buat ngilangin setan atau sejenisnya. Dan ilmu tentang arwah aja gue cuma sedikit.

Jadi, apa yang ada di cerita ini tuh murni dari pikiran gue. Dan jangan beda bedain sama real life ya man teman. Karena ini cuma CERITA.

Mungkin ada pertanyaan yang terlintas di pikiran kalian..

"kalo gak tau kenapa bikin nih cerita?"

Ya karena gue pingin. Gue tuh orangnya suka nyobain hal hal yang baru dan gak fokus pada satu tipe.

Gue tuh selalu mikir, kalo nggak dicoba nggak bakal tau rasanya gimana. Pasti kalian juga pernah mikir kek gitu kan?

Dan kalo gue nggak bikin nih cerita, pasti di otak gue tuh selalu aja kepikiran. Dan akhirnya jadi bingung.

Oke, maaf kalo banyak bacot.

Sekian, MAKASIH!

She is Strange or Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang