❝You're my medicine and poison in the same time.❞
–🌳
Nevan memandangi ponselnya dengan tatapan kosong, foto dua sosok yang sedang tersenyum lebar itu kian membuat dadanya sesak. Matanya menangis setiap melihat sang Gadis tengah tersenyum lebar, dan sekelebat bayangan dimana wajah Agatha yang seharusnya dipenuhi senyum justru dipenuhi darah lagi-lagi membuatnya berteriak.
Duk! Duk! Duk!
"Nevan buka pintunya! Ibu mohon buka pintunya!" Nevan mengalihkan atensinya pada pintu, suara ketukan yang semakin keras membuatnya diam tak bergeming.
"Pergi," lirihnya.
"PERGI!" Satu teriakan itu cukup membuat kamarnya sunyi kembali, tak ada lagi seruan khawatir dari Ibunya, tak ada lagi suara ketukan pintu.
Namun, selembar kertas putih di bawah pintu membuatnya berjalan mendekat, mengambil kertas itu dan membacanya.
Nevan, Ibu hanya minta kamu keluar, kamu belum makan dari kemarin. Agatha meninggal bukan karena kamu, Nevan. Tolong jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Ibu mohon, keluar dan jalani hidup kamu lagi.
Nevan meremukkan kertasnya dan membuangnya ke sembarang arah. "Bohong. Gimana mungkin aku bisa jalani hidup sementara Agatha harus menderita."
"Semuanya karena aku, Bu," lirihnya dengan air mata yang kembali keluar.