Empat belas

136 22 9
                                    

Setelah bersiap, Darren melangkahkan kakinya menuju lantai bawah. Di ruang tengah, terlihat mamanya yang sedang duduk di sofa sambil melihat tayangan di teve, dengan Bulan yang sedang bermain ponsel juga merebahkan kepalanya di paha sang Mama.

Melihat Darren di ujung tangga, Bulan lalu mengernyitkan alis. "Mau ke mana, Bang?"

Darren melanjutkan langkahnya dan duduk di sofa single sebelah mamanya.

"Mau main," jawabnya singkat dan dibalas kernyitan Bulan.

"Gak sampai malam kan, Ren?" ujar Mama, "jangan lupa, malam nanti Papa mau ke sini," sambung Mama.

"Gak tahu, coba gimana nanti." Darren menjawab acuh.

"Bang! Lo apaan, sih. Setiap Papa mau dateng ke rumah, lo terus ngehindar. Gue tahu Papa salah, tapi gak gitu juga lah, Bang." Bulan berdiri dari posisi rebahan menjadi duduk tegak di samping mamanya.

Darren lalu berdiri dari duduknya, hendak menyalimi mamanya sembari berucap, "Lo gak tahu apa-apa, Lan," katanya menatap Bulan.

"Gue tahu, Bang. Gue tahu!"

Mama yang melihat itu langsung angkat bicara. "Darren, Bulan, udah." Mama menghela nafasnya, "Darren, Mama harap kamu malam nanti sudah ada di rumah, tetap jaga kesopanan, Nak. Ingat, beliau tetap Papa kamu, seburuk apapun kelakuannya."

Darren menghembuskan nafas keras, merasa muak dengan sikap mamanya yang masih membela Papa. Namun, ia tak bisa berbuat apa-apa. Kesehatan Mamanya lebih penting untuk sekarang.

"Iya, nanti Darren usahain." Darren berucap sambil menyalimi mamanya. Kakinya sudah ia langkahkan keluar dari ruang tengah menuju garasi rumah.

"Bang." Panggil Bulan tak lama setelahnya. "Maaf," lanjutnya berkata pada Darren.

Darren lalu menengok sebentar, ia hanya mengangguk. Masih menguasai ego yang hampir meledak dari tubuhnya. Lalu kembali berjalan menuju garasi rumah. Sesampainya di garasi, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya, lalu mengetikkan pesan kepada seseorang.

Darren
Gue otw, Ra
Sepuluh menitan lagi nyampe

Tak menunggu balasan dari yang ia kirimi pesan, Darren segera memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian, segera ia menjalankan motornya menuju rumah Ara.

●●●●

Ara sudah selesai bersiap ketika sebuah notif WA masuk ke dalam ponselnya.

Darren
Gue otw, Ra
Sepuluh menitan lagi nyampe

Ara
Okeeeey

Setelah membalas pesan Darren, Ara segera keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Di ruang tengah sepi, hanya terlihat mamanya sedang berkutat di dapur.

Ia menghampiri mamanya yang sedang memotong wortel.
"Papa sama Bang Alfa ke mana, Ma? Kok sepi?" tanya Ara.

"Papa ke rumah Om Aldi, paling bentar lagi pulang. Alfa molor kali, tadi habis sarapan langsung masuk ke kamar lagi," ujar Mama, lalu melihat Ara di sampingnya yang sudah bersiap. "Kamu mau ke mana? Tumben masih pagi udah rapi banget."

"Mau main, Ma." Ara menjawab singkat.

Mama masih melanjutkan kegiatannya. "Sama Ghea, Tania?"

Ara menggeleng sembari matanya melihat jam tangannya. "Enggak, sama Darren."

Mama mengerutkan alisnya. "Sering banget sekarang main sama Darren," ucapnya.

Ara mengedikkan bahunya. "Yaudah, Ma, Ara berangkat dulu." Ara berucap sambil menyalimi mamanya.

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang