Belum malem Minggu sih. Tp ga apa2 deh dipublish skrg. Buat nemenin Kakak2 yg ga bisa malem Mingguan. Pukpukpuk. Hehehe
* * *
"Lho, itu bukannya anak buah Bapak?"
Ketika melihat tatapan Haris mengarah ke balik punggungnya, Lidya segera menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis bertubuh kecil dengan rambut sebahu sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. Lidya merasa mengenali gadis itu sebagai anak buah Haris. Makanya dia mengonfirmasinya pada Haris. Dan yang ditanya menganggukkan kepalanya.
"Anak QA di Medika kan?" kata Lidya menyapa gadis itu. "Emmm..." tapi Lidya gagal mengingat namanya.
Gadis itu melangkah mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Lidya. Lidya membalas uluran tangannya, dan agak kaget ketika gadis itu menyentuhkan punggung tangan Lidya ke dahinya. Lidya jadi teringat, Haris pernah menyebutkan bahwa gadis itu anak buahnya yang paling muda, makanya masih suka cium tangan.
"Saya Haiva, Bu Lidya. Ibu apa kabar?" sapa gadis itu dengan sopan.
"Oh iya! Haiva ya. Maaf ya saya cuma ingat wajah, tapi lupa namanya," kata Lidya meminta maaf sambil tertawa ramah.
Haiva hanya membalasnya dengan senyuman. Kemudian Haiva beralih pada Haris. Ia mengulurkan tangannya kepada laki-laki itu. Dan Haris menyambutnya dengan kaku.
Haiva mencium tangan Haris sekilas, sebagai formalitas, kemudian kembali melangkah mundur.
"Haiva sendirian?" tanya Lidya.
"Nggak Bu. Sama teman," jawab Haiva. "Ibu dan Bapak berduaan?"
"Iya nih," jawab Lidya. "Tadi habis makan malam bareng, trus mampir kesini dulu sebelum pulang. Cari vitamin buat Bapak. Saya sekalian lihat-lihat aja."
Haiva masih tersenyum pada Lidya. Tapi dia sama sekali tidak menatap Haris. Dan hal itu membuat Haris takut.
"Dua minggu lalu saya ke Medika. Tapi kita nggak sempat ketemu ya," lanjut Lidya."Saya sudah nggak di Medika, Bu. Sekarang saya di Hans."
"Oh, udah pindah? Wah, gimana di tempat baru?"
"Alhamdulillah, Bu."
"Udah ketemu vitaminnya, Va?" Seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik punggung Haiva, lalu berdiri di sisi Haiva.
Haiva menoleh dan menengadah untuk melihat wajah orang tersebut. Lalu tersenyum. "Udah, Mas."
Haris tidak suka melihat senyum gadis itu kepada lelaki di sebelahnya.
"Malam, Pak Haris," lelaki itu menyapa Haris dengan sopan. "Malam, Bu Lidya," lalu menyapa Lidya.
"Lho? Dari Medika juga ya? Kok kenal sama saya?"
Lelaki yang berdiri di sebelah Haiva itu tersenyum manis dan mengulurkan tangannya pada Lidya. "Saya Randu, Bu. Dari PharmExcipt. Saya yang supply coating material ke Gezonde."
"Oh halo Mas Randu," Lidya menyambut uluran tangan Randu dan membalas senyumnya. "Berarti kita pernah ketemu ya? Maaf ya saya lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA YANG TIDAK DIMULAI
RomantizmWORK SERIES #1 Aku selalu berandai-andai. Andai aku terlahir lebih lambat, atau kau terlahir lebih cepat. Apa kita bisa bahagia? First published on May 2018 Final chapter published on August 2020 Reposted on December 2021