Prolog

2.7K 256 25
                                    











     Stargazing.







     Itu kata yang selalu gue tulis kalau ditanya kegiatan apa yang paling gue suka. Dulu, waktu gue masih di Sekolah Dasar.

     Sekarang?

     Masih.

     Gue masih seantusias itu tiap ngelihat ke langit dan ada banyak bintang yang emang nggak selalu datang setiap malam. Kalau udah gitu, gue bisa berlama-lama di balkon dan rebahan sambil lihatin bintang.

     Misalnya malam ini.

     Dua malam terakhir ini banyak bintang, tapi baru sekarang gue bisa tiduran dan ngelihatin kerlap-kerlip di langit sana. Bahkan demi kegiatan satu itu, gue sengaja matiin sambungan internet di handphone yang gue taruh di dekat pundak.

     Ini waktu gue.

      Lagian nggak akan ada yang bakal nyariin gue malem ini. Nola lagi di rumah orang tuanya. Sementara yang biasa gerecokin gue malem-malem gini lagi jauh dari sinyal internet. Orangnya lagi di perkemahan puncak Semeru. Dia suka naik gunung. Apalagi pendakian yang dia bisa melihat sabana; ke Gunung Merbabu, ke Baluran, ke Argopuro, ke Bromo, ke Semeru.

     Dia suka savannah. Denotatively, haha... bukan gue.

     Iya, nama gue Savana. Dan hidup memang kadang sekebetulan itu, ngebawa gue ketemu sama orang yang suka savana, yang juga sekebetulan itu nama dia bermakna bintang.

     Dazzling stars in the night sky.




     The difference is, I do like him not only about that star in his name. But way back before I know who he is. Way back before I know he love savannah.

     And yes, it's typical one-sided crush between us. Yang gue pikir semua orang pasti punya cerita yang sama, paling enggak sekali seumur hidup. Dan gue harap ini juga satu-satunya cerita one sided gue.

     For God's sake, it's been 4 years since then.

     I'm on my final stage of college.

     Gue mau wisuda. Dan dia juga.

     Setelah ini?

    Pandangan gue mendadak hangat. Sadar bahwa setelah ini, kita bakal sibuk dengan hidup masing-masing. Mungkin kita masih tetep jadi temen. Tapi mungkin juga enggak.

     Dan mungkin ... pada akhirnya gue bakal ngelupain gue pernah sayang sama orang ini. Bahwa akhirnya, perasaan yang gue rasain 4 tahun terakhir ini, cuma akan gue simpan sebagai one sided-story yang bakal jadi kenangan gue di masa mendatang.

"There are more than 7 billion people on this planet and there's no point of wasting your precious time and energy on one person. Keep moving on, live your life to your fullest, the right person will come in your life at the right time."

They said.













Alright, but it's easier said than done, right?

    















. . .
. . . . . .

Flipping through our photographs
These moments never seems to last
Listening to 'Self Control'
There's feelings that you'll never know

Leave me, it's never easy
I've had a life time to be alone
If you let me, when it gets heavy
No I'll never let you be all alone







★☆



















[note]
Hai guys, it's me again, coming to you dengan cerita pendek lain yang kali ini diinspirasi oleh the brother materials, YES, Lee Jeno!!!
Cerita ini udah dimulai di Twitter dalam bentuk thread ala socmed AU gitu, masih baru jalan, tapi kok tiba - tiba aku ngerasa asik juga kalo dibikin versi Wattpad-nya, so please bear with my randomness ^^
Makasih sebelumnya buat yang mampir di lapak ini, saran dan kritik dibuka selebar - lebarnya(please, koreksi sekecil apa pun bakal gue terima), boleh berbaik hati vote juga, and hope you guys enjoy the ride.

Last but not least, let's love Lee Jeno and spare a bit more apreciation and support for his hardwork as one of talented person in the industry. Thank you.

—XOXO—

Star and SavannahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang