Ara menoleh pada Darren di sebelahnya, yang dibalas kernyitan Darren yang seolah berkata “kenapa?”
Ara tersenyum lebar. “Tau gak? Lo hari ini banyak ketawanya. Jadi gak takut gue deket lo.”
Darren tertawa kembali menanggapi ucapan Ara. “Lo nya aja yang belum tahu gue.”
Ara mengedikkan bahu, “iya, mungkin?”
Darren tersenyum samar mendengar ucapan Ara.
Kini mereka sudah di depan permainan capit boneka, setelah Ara menempelkan card, ia lalu mulai menggerakkan stir, lalu terakhir memencet tombol merah dan–– okey gagal. Ara menghembuskan nafasnya kesal, ia mencoba sekali lagi, kali ini dengan berdoa sebelum bermain, tapi ... tetap gagal.
Ara akan menyerah, ketika Darren di belakangnya berkata, “Coba sekali lagi, cari boneka yang telungkup. Sabar aja, jangan ambis buat dapetin, nanti malah gak dapet.”
Ara menghembuskan nafas, “Okay ... bim salabim kali ini dapet!” katanya bersemangat.
Ara mencoba untuk yang ketiga kalinya. Ia mengikuti arahan Darren dan ... BOOM! Ara mendapatkan satu boneka. Raut bahagia terpampang di wajahnya.
“ANJJAY, REN, GUE DAPET, REN!” ucapnya menggebu pada Darren.
Darren tersenyum. “Apa kata gue.”
Ara tersenyum lebar mengambil boneka yang ia dapat.
“Gue mau coba lagi, kali ini mesti dapet.” Ara berucap dengan senyum jemawanya.
Darren terkekeh mendengar itu, “percaya sama gue, kali ini lo gak bakal dapet.”
“Oke, kita lihat sekarang.” Ara berbalik badan, kembali menempelkan card dan mulai bermain yang ke empat kali.
GAGAL! Tidak ada boneka yang berhasil ia capit. Ia menganga. Membalikkan badan pada Darren yang tertawa melihatnya.
“KOK LO BISA TAU, SIH?!”
Darren masih tertawa, “iyalah. Sekarang giliran gue.” Darren berucap sambil menjulurkan tangan, meminta kartu di tangan Ara.
Ara memberikan kartu itu, kemudian Darren mulai bermain.
CLAP!
Satu boneka berbentuk minion berhasil Darren dapatkan. Ia mengambil boneka itu, lalu diberikannya kepada Ara yang masih menganga. Merasa takjub dengan Darren.
“Nih,” ujar Darren memberikan boneka minion itu pada Ara.
Ara menerimanya. “Lo belajar ilmu hitam dari mana?”
“Dukun sebelah rumah,” balasnya asal.
“HA?!” kata Ara tidak percaya dengan ucapan Darren.
Darren tertawa melihatnya. “Ya enggak lah, yakali. Main ginian, tuh, udah ada triknya. Gak usah heran.”
Ara menganggukkan kepalanya, mencoba menerima ucapan Darren. “Tau dari siapa?” Oke, masih kepo ternyata.
“Gak dari siapa-siapa.” Darren berucap dengan senyum jemawanya.
“Udah, sekarang mau ke mana lagi?” tanya Darren pada di sampingnya.
Ara menunjuk beberapa deret permainan-permainan yang nanti akan membuahkan tiket yang bisa ditukar dengan hadiah di kasir.
Mungkin 20 menit mereka gunakan untuk bermain itu. Setelahnya mereka menukar tiket yang didapatkan di kasir dengan sebuah boneka kecil.
Jika kalian bertanya, “Kok bisa?!”, Itu karena semua karena Darren. Entah tangan apa yang Darren gunakan hingga selalu mendapatkan angka jackpot.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Teen Fiction[ ON GOING ] Pertemuan selalu berhubungan dengan waktu bukan? Waktu yang membuat kedua insan saling bertemu, lalu meninggalkan jejak di kehidupannya masing-masing. Entah hanya secuil peristiwa yang berakhir dengan dilupakan atau malah rentetan peri...