"Mark!! Kesini dong!"
"Iya-iya bentar, lagi ngomong sama Gadis." Mark noleh kesumber suara. Kemudian, ngelanjutin omongan yang terputus sama Gadis.
"Bisa gak?"
"Uum, gimana ya? Keknya gabisa deh."
"Markkk, cepetan elah. Kekantin."
"Bentar!!" seru Mark.
Gadis yang ngeliat, cuma diam. Sebenarnya dia kesal, beberapa hari ini Mark udah jarang main bareng Gadis. Sekarang pas ada waktu bicara dikit, malah diganggu. Terlebih yang gangguin itu cewek, kan makin kesal.
"Gadis, ntar kita sambung ya. Chat aja nanti."
'Ha?!'
"Uh? Okey." sayang, hati dan mulut Gadis gak selaras. Kemudian Mark ninggalin Gadis buat nyusul temennya.
'Apa-apaan sih si Marjuki?! Dia yang butuh kok malah gue yang disuruh ngechat?! Terus malah ninggalin gua gitu aja?!'
Memasang tampang kesal, Gadis menghela kasar lalu menghembuskan napas kasar. Ia duduk bersandar dibangku kelas.
Dipikir-pikir, Mark emang udah beda jauh banget dari biasanya. Sekarang dia lebih sering ngabisin waktu sama temen baru. Terus kalo butuh aja, baru deh datangnya ke Gadis. Contohnya seperti tadi. Bahkan Mark lebih milih si cewek itu tuh, daripada ngelanjutin obrolan mereka yang keputus.
'Hahhh.. '
Gadis lagi-lagi menghembuskan napas kasar. Ia melamun.
Plak!!
"Aw!!" Gadis menjerit, diikuti dengan sumpah serapah setelahnya.
"Kurang ajar ya lo, sakit tau!!" Gadis mengusap keningnya yang baru saja di tepuk keras seseorang.
"Hahahaha" yang disumpahi malah tertawa seperti biasa, gak ada akhlak emang.
"Paul! Udah gua bilang jangan nepukin jidat gua napa sih?"
Paul dengan tampang nyebelin sambil tertawa kemudian bicara, "Ya asik aja nepukin jidat lu yang lebar kek lapangan terbang."
"Kalo ngomong mikir dulu, Ngaca noh!" Gadis mendelik kesal ke jendela sambil melipat kedua tangan.
"Lu pikir jidat lu sempit?! Jidat lu kek lapangan bola dikali dua!" sambungnya lagi.
Paul masih aja ketawa, makin lama makin nyebelin. Gadis sontak berdiri dari duduknya, ingin mengejar Paul.
"Paul! Sini lu!" Seru Gadis, setelahnya ia mengejar Paul kebelakang kelas. Ruang kelas jadi ribut karena mereka berdua, yang satu teriak-teriak yang satunya lagi cari posisi aman biar gak kekejar. Bahkan saking takutnya kekejar sama Gadis, Paul sampai naikin kursi dan meja kelas.
"Oi plis deh jangan pada ribut kalian berdua! Ini lagi si Paul, pake nginjakin meja sama kursi!"
Mereka berdua tetap lari-larian meski yang negur itu ketua kelas.
"Gadis Belia! Paul Lemos! Berhenti bikin gaduh!" ketua marah sambil bawain sapu buat ngusir mereka keluar kelas.
"Woilaah, Reynad jan ikutan. Makin nambah nih yang ngejar gua!" Paul kemudian lari keluar kelas diikuti Gadis dan Reynad yang ngayunin sapu kayak ngusir ayam.
Sampai diambang pintu kelas, Reynad berhenti sambil nutupin pintu.
"Jauh-jauh kalian pada, jangan balik!
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Have Akhlak
Fiksi RemajaCerita tentang si geblek dan si ogeb yang gak ada habis-habisnya. "Eh berasa pernah denger deh tu slogan" -sigeblek dan si ogeb [Awas bahasa baku+nonbaku!!] Up tiap Rabu