Chapter 26 : Kesepakatan Yang Saling Menguntungkan

140 12 0
                                    

"Kakek, aku berhasil!"

Masayu kembali menemui kakeknya seraya menghidangkan pasta buatannya. Dia terlihat begitu gembira dan terus mengoceh tentang kemampuanku dalam hal memasak. Tentu Kakek Sofian dan Pak Gunawan hanya terheran-heran menyaksikan kami yang baru saja kembali dari dapur. Segera aku menghidangkan pasta buatanku ini untuk Pak Gunawan.

"Ini kamu yang buat, Lan?" kata Pak Gunawan.

"Ya, Pak." Aku mengangguk dan mempersilahkan pria paruh baya itu untuk mencobanya. "Setelah saya pikir-pikir, memasukan satu menu pasta di restoran kami nanti bukanlah ide yang buruk. Bagaimana menurut Pak Gunawan? Apa itu layak untuk disajikan kepada para pelanggan kami?"

"Ini sangat ... pasta ini enak." Pak Gunawan sangat menikmati pasta buatanku, begitu juga dengan sang kakek yang meneteskan air mata setelah selesai menghabiskan pasta buatan Masayu. Dia bahkan tidak meninggalkan setitik noda pada piringnya. Dia tersenyum seraya mengusap air matanya, memandangi Masayu dengan bangga. Menurut apa yang aku rasakan, sepertinya kakek ini sangat terharu melihat sang cucu kesayangannya itu akhirnya berhasil membuat masakan yang nikmat.

"Masayu, kamu berhasil." Kakek Sofian memeluk Masayu dengan erat, kemudian setelah beberapa saat dia tiba-tiba memasang wajah serius dan berdiri memandangiku. Sontak saja aku terkejut, begitu juga dengan Masayu dan Pak Gunawan—dia berhenti makan sejenak dan ikut melihat ke arah si kakek.

"Mengapa tiba-tiba ...."

"Eh?"

Beberapa detik berikutnya Kakek Sofian jatuh dan berlutut di hadapanku, kemudian dia  mengungkapkan rasa bersyukurnya karena aku telah mengajarkan ilmu memasak kepada Masayu. Tentu aku segera membantunya untuk kembali duduk dan meyakinkan bahwa itu bukan sesuatu hal yang besar, tidak perlu sampai dia berterimakasih sebegitunya padaku. Namun, tetap saja Kakek Sofian ini masih bersikukuh kalau aku ini telah sangat berjasa dalam karir sang cucu sebagai juru masak.

"Sebagai wujud terima kasih karena kamu telah sangat banyak membantu Masayu, saya akan merelakan bangunan ini dijual dengan harga setengah dari kesepakatan awal," kata Kakek Sofian dengan nada tulus.

"Sungguh?" Pak Gunawan hampir mati karena tersedak ketika meminum air putih, dia terkejut dengan pernyataan sang kakek. Jujur saja aku sendiri juga bingung, bagaimana bisa dia dengan mudahnya memutuskan hal sepenting itu? Mengingat lima puluh persen dari kesepakatan awal bukanlah jumlah uang yang sedikit, hanya kakek itu seakan tidak terlalu memikirkannya.

"Tentu saja saya mengatakannya dengan jujur, kalian bisa mendapatkan bangunan ini dengan harga yang lebih murah." Kakek Sofian meraih tangan Masayu dan menggenggamnya, seakan mencoba memperlihatkan kepadaku dan Pak Gunawan bahwa dia sangat menyayangi cucunya itu, dan hal seperti ini tidaklah sebanding dengan kebahagian yang bisa didapatkan Masayu. "Hanya saja saya memiliki satu permintaan kepadamu."

"Saya?"

Mendapat tatapan penuh arti dari sang kakek, dengan canggung aku menunjuk diriku sendiri untuk memastikannya. Dalam hati aku pun bertanya-tanya, sebenarnya apa yang diinginkan kakek tua ini dariku? Semoga itu bukanlah sesuatu yang macam-macam, dengan begitu aku bisa menghemat anggaran dengan mengeluarkan sedikit biaya untuk membeli bangunan ini.

"Ya, Nak Alan. Sebelumnya kamu sudah berjanji akan memperkejakan Masayu di usaha restoran milikmu. Kuharap kamu dapat membantu Masayu menggapai keinginannya untuk menjadi seorang chef terbaik. Selain itu tolong jaga dia baik-baik selama saya tidak ada untuk mengawasinya." Sang kakek kemudian melirik sejenak ke arah Masayu dengan tatapan lega. "Seperti yang kamu lihat, Masayu satu-satunya harta karun saya yang masih tersisa, dia lebih berharga dari apapun di dunia ini. Saya percayakan cucu kesayangan ini padamu."

"Kakek, hentikan! Jangan lagi mengatakan sesuatu yang membuatku malu!" kata Masayu dengan wajah memerah. Dia benar-benar lucu ketika mendengus kesal pada sang kakek.

"Hanya itu permintaan saya."

"Baiklah, saya menerima permintaan Kakek." Tidak perlu berpikir dua kali, ini seperti rejeki nomplok! Seperti memukul dua burung dengan satu batu! Lagipula tidak begitu sulit mengajari Masayu, terlebih dia sangat antusias anaknya.

"Sangat bagus! Kalau begitu berikut surat-suratnya, silahkan dilihat terlebih dahulu." Kakek Sofian kulihat menyipitkan matanya dan tersenyum ketika menyerahkan berkas-berkas surat kepemilikan atas bangunan ini.

Setelah kami berdua yakin semua berkas itu sudah lengkap dan asli, Pak Gunawan pun buru-buru menyerahkan satu koper yang berisikan uang, sementara satu kopernya lagi disimpan karena tidak jadi digunakan. Kakek Sofian menerimanya, kemudian kami bersalaman sebagai tanda sah di antara kedua belah pihak.

"Percayalah, saya akan menjaganya dengan sangat baik." Setelah memberi salam penghormatan untuk pamit pergi, aku pun berhenti untuk menyampaikan pesan kepada Masayu. "Kamu bisa datang berlatih mulai besok. Itu pun hanya jika kamu menginginkannya. Mengenai lokasinya, saya sudah meminta tolong kepada Pak Gunawan untuk mengirimkannya nanti."

SISTEM KEHENDAK LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang