nineteen

191 29 10
                                    


angin bertiup kencang menerbangkan dedaunan mati dan menjatuhkannya ke tanah. sang Surya menampakan sinarnya ke peredaran, menandakan petang sudah mulai datang, suara gesekan daun yang berbenturan dengan aspal,mengisi lamunan Suji . seharusnya sore ini menjadi sore yang indah, setelah membagi keluh kesah hatinya dengan sang sahabat, namun ternyata perasaan tak nyaman itu kembali mengusik dirinya, tak henti hentinya membuatnya tak tenang. sialan wajah pria itu lagi yang muncul diotaknya.
menjadi pemula dalam hal percintaan membuat Suji takut salah dalam melangkah, namun apakah semua orang yang mencintai akan merasakan hal yang sama seperti dirinya?.

sudah jelas taehyung adalah kekasihnya, tapi bagaimana bisa pria itu tidak bertunangan dengan nya melainkan dengan hyera- sahabat kuliah nya.

rasa sakit itu menyerang tanpa permisi, seakan ribuan besi panas di tancapkan di hatinya,sakit sekali. mungkin memang tak terlihat , tapi itu nyata dan dapat membuat membuatnya meluncurkan air mata. kakinya lemas sekali, rasanya sudah berapa kali Suji menangis hari ini?.

'tidak ingin menangis lagi'

tapi rasanya ketika kata itu terucap air mata yang membasahi pipinya semakin deras mengalir.memikirkan bagaimana cara agar dirinya keluar dari masalah ini, setidaknya hanya untuk tidak membuat dirinya semakin menderita.

' berakhir? '

satu kata itu mampir di otaknya. haruskah?

haruskah Suji mengakhiri semua ini? tapi bukankah ini terlalu cepat ? haruskah Suji bertanya dulu apa alasan di balik semua ini? tapi untuk apa. sudah jelas hyera- dan taehyung adalah sahabat lama, bukankah akan memiliki kemungkinan besar untuk saling jatuh cinta?.

Suji takut,takut jika dia harus mendengar fakta itu dari mulut taehyung secara langsung. tidak bisa di pungkiri mungkin rasa sakitnya akan lebih menyiksa dari pada ini.

' ces '

dinginnya alumunium menyentuh pipinya yang telah basah karena air mata. sontak mendongakkan kepala, Suji menemukan pria itu disana dengan pipi chubinya - jimin , pria itu adalah Jimin. hanya Jimin dan bukan taehyung.

"sudah ku bilang berhenti menangis .minum" jimin menyodorkan minuman isotonik untukku, sebelum menyodorkan sapu tangan miliknya kepadaku.

"hapus air matamu" Jimin mendudukkan dirinya di sampingku, tapi entah hanya perasaanku saja , pria itu seakan menjaga jaga jaraknya dariku.

keadaan menjadi hening, baik aku maupun Jimin tidak mengeluarkan kata untuk memulai percakapan, kita hanya terjebak dalam pikiran masing masing. aku meneguk minuman kaleng isotonik, yang Jimin berikan beberapa menit yang lalu.
cairan itu mengalir membasahi tenggorokan ku.

"dulu aku usah pernah bilang kan, kalo aku ga suka liat kamu nangis" Jimin membuka suaranya, membuatku seketika menyudahi urusan minum ku, menyeret etensiku menatap pria di sebelahku.

"aku sudah menyangka ini akan terjadi, malam itu aku juga hadir dalam acara perusahaan kkc-"Jimin menjeda ku lihat Jimin yang belum mengalihkan etensinya dari sungai Han .

"aku udah liat semuanya ji" lanjutnya. aku hanya diam, tidak tau apa yang harus aku katakan.

"aku benci dia ji" Jimin menatap ke arah ku, menggenggam tanganku, tangannya yang dingin melingkup tanganku ,membuat desiran tidak nyaman tiba tiba muncul. aku tidak bisa berlama lama menatapnya seperti ini, tatapannya terlalu dalam, membuatku menunduk melepaskan pandangan kami.

let me goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang