3. KARENA MIMPI

30 5 0
                                    

Letnan termenung sendirian di kantin, memainkan kemasan susu UHT yang telah habis ia minum. Pikirannya selalu saja teringat dengan Aqila. Memang setiap hari ia selalu memikirkan Aqila, tapi ini berbeda.

"Woy!"

Handika datang dengan sekaleng cola di tangannya.

"Ngagetin aja pagi-pagi!" Sarkas Letnan.

"Mikirin apa lo?" Handika mengambil alih kaleng cola milik Rizal.

"Enggak. Gapapa kok gue gak mikirin apa-apa," ujar Letnan. "Ayo ke kelas. Buku PR lo di tas gue."

"Oke!"

Mereka berjalan menyusuri lorong kelas sepuluh. Mata Letnan menangkap gadis itu. Gadis yang selalu memporak-porandakan pikirannya.

Aqila menatap Letnan, biasanya, Aqila akan membuang wajah. Kali ini, Aqila menatap Letnan lekat. Lama-lama, tatapan Aqila rasanya menyeramkan. Ada aura yang berbeda dari tatap matanya.

"Dia benar-benar beda," gumam Letnan dalam hatinya.

"Eh bro, katanya hari ini Bu Susan gak masuk. Anaknya di rawat," ujar Handika.

"Syukur deh, catatan gue belum selesai," ucap Letnan.

Rizal hanya manggut-manggut mendengar celotehan teman-temannya.

Tiba-tiba banyak siswa dari kelas sebelas dan sepuluh berlarian berlawanan arah dengan mereka. Riuh seketika lorong ini.

"Ada apa?" tanya Rizal pada salah seorang siswi yang ia tahan.

"Ada yang ketusuk," ujar gadis itu cepat lalu kembali berlari.

Letnan dan kawannya ikut melihat apa yang terjadi disana.

Kondisinya benar-benar kacau, semua siswa riuh. Melihat siapa yang tertusuk tadi dan ternyata itu berada di kelas Aqila. Letnan semakin penasaran, siapa yang membuat kekecauan seperti ini.

Pelakunya seorang laki-laki nakal di kelas itu, di bawa oleh anggota OSIS ke ruang konseling. Dan Sang Korban, adalah Aqila. Bagaimana reaksi Letnan? Dia benar-benar kaget.

"Wah Aqila tuh, Nan," pekik Rizal.

Letnan mengikuti petugas PMR yang membawa Aqila ke UKS. Darah menetes di sepanjang jalan menuju UKS. Letnan bergidik ngeri.

"Ngapain coba anak ini main tusuk-tusukan?" gumamnya.

Ia memperhatikan petugas PMR menyelesaikan tugasnya. Aqila diminta istirahat karena katanya, ia masih shock.

Bukan Letnan kalau enggak iseng. Ia duduk tepat di samping Aqila. Aqila tersentak kaget, mendorong Letnan agar menjauh dari dirinya.

"Aw!"

"Nah lho, sakit kan? Mampus lo!"

"Dih gak jelas."

Aqila yang menjauh dari Letnan. Sudahlah, pikirannya tengah kalut sekali hari ini.

"Ngapain sih mainannya tusuk-tusuk?" Tanya Letnan.

Aqila menatap Letnan yang merebahkan dirinya di atas tempat tidur tadi.

"Nolongin temen."

"Bela-belain lo yang kena?"

"Apa sih nanya-nanya mulu!"

"Galaknya enggak ilang-ilang. Kok lo kayaknya gak suka banget sama gue?"

"Emang enggak. "

"Gue sumpahin, lo bakalan suka sama gue."

Letnan, Aqila dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang