Chaptr 34 🍁 Hari Terakhir dan Memilih

623 54 4
                                    

Mereka berada di ruang kepolisian dengan borgol yang mengunci dikedua tangan mereka. terkecuali Alif dan Rafka, mereka ditangkap sebagai saksi.

Sebelum Devin masuk sel tahanan, ia meminta izin selama 3 menit untuk berbicara dengan Rafka.

"ka, disini gue bicara sebagai sepupu lo. Gue minta maaf banget sama lo. Sekarang gue makin nyusahin lo, om sama tante yang udah gue anggep sebagai orang tua gue sendiri. Gue butuh uang untuk diri gue sendiri dan gue ga bisa terus minta sama orang tua lo. Itu alesan terkuat gue untuk ambil tugas kurir itu."

"seharusnya lo bicaraain masalah itu sama gue dulu."

"maaf gue ga kepikiran soal itu."

"gue bener-bener ga nyangka dengan apa yang lo lakuin,"

"gue cuman bisa minta maaf soal ini. Dan soal Rena sama Sarif, itu gue yang minta sarif buat deketin Rena." Ia menjeda ucapannya. Detik itu juga Rafka menatap Devin sarkas. Drama apa lagi sekarang?

Rahangnya mengeras dalam diam. Alif menahan pelan Rafka yang ingin melangkah maju. Tidak boleh ada keramaian di dalam sini.

"gue benci sama sikap lo yang egois soal perasaan. Alesan gue lakuin hal ini untuk bikin lo sadar. Cuman satu cewek yang ada dihati lo. sekarang Gue bicara bukan sebagai sepupu lo lagi. Gue suka sama Marisa dan gue gak mau orang yang gue sayang sakit hati nantinya. Gue rasa, dari sini lo paham maksud gue apa."

Setelah itu, dengan segera ia ditarik paksa kembali berjalan menuju ruang tahanan meninggalkan Rafka yang masih diam bergeming disamping Alif.

Tahanan itu akan berlangsung selama pores menyidikan selesai hingga menuju pemeriksaan disidang pengadilan.

Rafka mematung ditempatnya. Mengapa selama ini ia tidak tau jika Devin memiliki perasaan pada Marisa. Shit! Ia merutuki dirinya bodoh.

Ia mengacak rambutnya frustasi. Perasaannya campur aduk. ada rasa kesal, terkejut dan tak rela disana. Ia tidak mau menyakiti Marisa dan dilain sisi ia juga tidak suka jika Rena sahabatnya dekat dengan cowok manapun. Ia ingin keduanya. Harus disebut apa dirnya saat ini, karena brengsek saja masih terlalu sopan.

Ia mendudukan dirinya disebuah kursi tunggu. "arghh!"

🌻🌻🌻

Pagi ini ia memberanikan diri keluar kamar menuruni tangga untuk bertemu dengan orang tuanya. meskipun kedua orang tuanya tidak marah besara padanya, tapi rasanya ia terlalu takut untuk bertemu. karena bagaimanapun juga, kesalahan Devin juga menjadi kesalahnnya. dirinya gagal menjadi seorang saudara yang baik.

"turun juga kamu," suara Indah menghentikan langkah anaknya yang masih di anak tangga.

setelah pesta ulang tahun Amanda dua minggu lalu, Indah memutuskan untuk tetap di Bandung selama kurang lebih 1 bulan hingga menyelesaikan kasus yang menimpa anaknya tersebut.

"tadi wali kelas kamu kesini, mulai besok kamu ikut ujian susulan. dirumah,"

Rafka melanjutkan langkahnya dan duduk di ruang makan. ia melihat mamanya yang masih sibuk dengan peralatan dapur. rumahnya terlihat sepi. neneknya juga tidak terlihat.

"nenek kemana?"

"nenek kangen sama devin. makanya nenek temenin papa kamu ketemu sama om Darwin buat jenguk Devin," Rafka mengangguk mengiyakan. Yang Rafka tau, om Darwin adalah pengacara dari Devin, teman papanya.

"gimana kabar Devin, ma?" jangan salahkan dirinya jika ia tidak tau kabar apapun tentang sepupunya itu. selama itu juga ia menghabiskan waktu dikamar.

RAFKA [LENGKAP] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang