1. rencana pernikahan

559 22 0
                                    

#part1 Rencana pernikahan

Shafina Elisha putri yusuf, gadis cantik, bermata bulat, bulu mata yang lentik, berkulit putih, hidung mancung dilengkapi dua lesung pipi yang membuat kecantikannya bertambah saat tersenyum. Keluar dari kamar, menyapa kedua orangtua dan kakaknya yang sedang sarapan.

"Pagi, pah, mah, dan kakakku yang tampan hari ini antar aku ya kak ke kantor." dengan senyum mengembang

"Uhh bilang tampan, ternyata ada maunya, minta antar calon suami mu dong dek, masa minta antar kakak" jawab syakiel, anak tertua keluarga Yusuf yang tak lain kakak satu-satunya Shafina.

"Ya ampun kak, sebentar lagi kan aku nikah harusnya tuh kakak senang dong bisa bareng aku berangkat kerjanya, nanti klo aku udah jadi istri orang, jarang loh kak bisa bareng sama aku." Sahut shafi

"Sayang, gimana persiapan pernikahan kamu dengan Andra? Sudah berapa persen persiapannya?" Kali ini Yusuf , papa dari shafina dan syakiel yang berbicara.

"Udah 80% sih pah, tinggal gaun pernikahan dan undangan."

"Kamu jangan terlalu lelah nak, ingat kesehatan kamu, kalau bisa ambil cuti lebih awal." Sahut Shinta, mama shafina yang terlihat tetap cantik diusia yang tak lagi muda.

"Ga bisa dong mah, aku kan punya tanggung jawab dikantor yang harus diselesaikan."

"Dek dengar nasehat mama, kamu itu ga boleh banyak pikiran, terlalu lelah, terlebih kamu juga harus mengurus keperluan pernikahanmu, walaupun kamu sudah lepas dari therapi obat dan sudah cukup lama penyakit mu tidak kambuh, kesehatan kamu harus tetap dijaga." jawab syakiel

"Iya mama dan kakak tenang ya, insyaallah shafi akan baik-baik aja, lagian untuk urusan pernikahan Tante Ajeng sudah mengatur semuanya, karena Andra anak tunggal jadi Tante Ajeng mau mempersiapkan sendiri, shafi ikut keinginan Tante Ajeng aja, berangkat yuk kak takut telat, shafi dan kakak pamit ya mah, pah" Shafina berdiri, mencium punggung tangan kedua orangtuanya dan mengucapkan salam, diikuti oleh syakiel.

Sepeninggal shafina dan syakiel, terlihat wajah sedih sang mamah.

"Kenapa mah?"

"Mama merasa ga berguna pah."

"Loh kenapa mama bicara seperti itu, mama itu seorang ibu yang baik, mengurus dan mendidik anak-anak dengan baik, lihat anak kita sekarang, mandiri, kuat, tegar dalam kondisi apapun dan cerdas, dengan kecerdasan mereka mendapatkan beasiswa di setiap jenjang pendidikan, itu semua hasil kerja keras mamah mengurus dan mendidik anak kita."

"Bukan itu pah, mamah tidak bisa melakukan apapun untuk mempersiapkan pernikahan anak perempuan kita, semua diurus oleh ibu Ajeng selaku pihak laki-laki, apa karena kita hanya keluarga sederhana ya pah, papah tau sendiri kan keluarga Rasya dari kalangan berada, bantuan kita ga akan ada artinya di mata Bu Ajeng."

Yusuf mengelus punggung Sinta, memberikan ketenangan pada istrinya.

"Jangan tampak kan kesedihan mamah didepan Shafina, jangan pernah berpikir mamah tidak berguna, kamu seorang ibu yang luar biasa untuk anak-anak, sederhana bukan berarti tidak punya apapun, kita punya cinta yang besar untuk anak-anak, dan juga kamu mempunyai keistimewaan mah, kamu tahu apa keistimewaanmu? Hmm? doa dari seorang ibu yang mampu menembus langit, doakan anak-anak mendapatkan yang terbaik untuk dunia dan akhiratnya." Memeluk tubuh sang istri yang bergetar karena menangis, tanpa disadari ada sepasang mata yang juga ikut menangis.

"Udah dek ambil barang yang tertinggal?"

"Hmm, ternyata dompet adek ada dalam tas kak."

"Ya sudah, ayo naik takut macet"

"Iya kak, sudah isi bensin kan ya?, dijamin tidak mogok motornya? aku tidak mau ya kalau sampai dorong motor."

"Ga usah diisi dek, motor ini besok udah ga kita pakai."

"Loh kenapa kak?"

"RAHASIA, nanti aja ceritanya, cepetan naik."

Pagi ini lalu lintas sangat padat, beruntung shafina dan syakiel berangkat lebih awal, selama perjalanan shafi hanya diam, dadanya terasa sesak mengingat kejadian tadi ketika mamahnya menangis "mama merasa tidak berguna" kalimat itu terus terngiang, bagi shafi mamahnya itu sosok ibu yang sangat baik, penyemangat shafi dimasa tersulit, meski bukan keluarga dengan harta yang melimpah, tapi kasih sayang sangat melimpah dari ia kecil. Sebegitu sedih kah perasaan mamah nya ketika semua urusan mengenai pernikahan nya di urus oleh Tante Ajeng calon mama mertua nya, kalau boleh shafi memilih ia akan dengan senang hati menyerahkan semua urusan pernikahan pada mamahnya, tapi apa daya ketika materi lah yang berbicara, kemampuan materi kedua orang tua shafi jauh dibawah dari keluarga Andra Maafkan Shafina mah....

"Dek" suara syakiel memecah lamunan shafina

"Iya kak, ada apa?" mereka masih dalam perjalanan menuju kantor.

Dijawab gelengan kepala oleh syakiel, terlihat wajah ragu-ragu, syakiel ingin menanyakan sesuatu tapi enggan.

"Bicara aja kak, shafi dengarkan, kayanya kakak serius banget, shafi lebih suka kakak yang cerewet dibandingkan diam seperti ini." Sambil menoleh kearah syakiel.

"Hmmm" gumaman dari kakaknya

"Kak?"

"Kamu udah bicara belum ke Andra tentang penyakit yang terkadang kambuh itu?"

"Kakak apaan sih kan penyakit itu tidak pernah kambuh lagi semenjak aku terapi obat secara rutin" jawab shafina

"Tapi dek, Andra harus tau apapun yang ada pada dirimu dek karena nanti dia yang akan hidup bersama kamu, kakak takut penyakit itu kambuh secara tiba-tiba, dia tidak mengerti bersikap seperti apa, bertindak secara medisnya bagaimana, jangan sampai ketidak tahuannya membahayakan kamu, Andra harus tau semua yang ada pada dirimu dek. Kamu tau kan gimana mamah dan papah menjaga kamu!"

"Iya kak, adek ngerti, nanti secepatnya adek bicarakan ke mas Andra, kakak jangan khawatir ya?" Dijawab dengan anggukan oleh syakiel.

Ahh bagaimana cara menjelaskan ke mas Andra tentang penyakit ku, penyakit itu sungguh ingin aku lupakan dan tutup rapat, sejak kecil aku merasa malu pada teman-teman ketika penyakit itu tiba-tiba datang, pandangan kasihan, rasa takut teman-teman ku jika berdekatan, bahkan hinaan karena penyakit itu masih teringat jelas dalam memori otakku. Bagaimana jika mas Andra tidak menerima kondisi ini, tapi ia bilang sayang dan cinta menerima semua yang ada pada diriku, harusnya bisa dengan mudah menerima kelemahan ku ini bukan? Tapi jika sebaliknya? Apa yang harus aku lakukan? Ahh benar kata kakak, aku harus mengatakan pada calon suamiku secepatnya....

****

Pertama kali buat cerbung, terinspirasi dari sebuah kisah nyata sebenarnya, cuma cerita ini dikemas dengan tambahan alur cerita teks fiktif. Jangan lupa krisannya....
Jujur author belum percaya diri bikin cerbung, tapi penasaran kalau ga dicoba, pengen terus menulis, menulis dan menulis.
Rencana up setiap hari, gimana menurut readers?
Mudah-mudahan senang ya dengan tulisan receh ini ....

Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang