10. Tantangan: Hari Kedua

165 20 82
                                    

Malam Rhea dihabiskan dengan memandangi surat serta memikirkan siapa kira-kira pengirimnya. Memang hanya ada satu kemungkinan: Rishi. Tetapi, pria itu biasanya terang-terangan, kenapa ini harus pakai surat?

Sudahlah, hari hampir pagi, akan lebih baik jika Rhea memasak dan bersiap kerja.

Bibi Neetu sudah berangkat liburan kemarin, jadi Rhea tidak perlu memasak bermacam-macam seperti yang selalu diminta Bibi Neetu dan kedua adiknya. Sebenarnya, Arzoo dan Radha makan apa pun yang Rhea masak, hanya kadang selera keduanya tidak sejalan dengan Bibi Neetu.

"Kakak,"

Sebuah panggilan horor yang hampir membuat Rhea melompat terkejut. "Radha? Ada apa kau ke sini?"

"Mau mandi, berangkat sekolah," jawab Radha sambil menguap, matanya saja masih memejam sebelah.

"Sepagi ini?" Rhea memastikan.

Radha mengangguk sambil berjalan sempoyongan ke kamar mandi.

Sekitar 30 menit kemudian, adik Rhea itu sudah berseragam lengkap, siap untuk berangkat, sementara masakan Rhea masih belum matang.

"Tidak biasanya berangkat pagi, ada apa?" tanya Rhea.

"Tidak ada. Kak, aku berangkat dulu, ya," ucap Radha datar.

"Tunggulah sebentar, 5 menit lagi sarapannya siap," cegah Rhea.

"Tidak usah," Radha tetap beranjak keluar.

Sungguh, keheranan Rhea berpangkat dua sekarang. Pertama surat, sekarang Radha. Dan ya, kenapa Radha tidak menunggu Rohan? Kemarin juga berangkat dan pulang sendiri setelah kembali belanja diantar Rishi.

Sementara di depan rumah, Radha berdiri sambil celingukan. Akan berangkat dengan siapa dirinya kali ini? Ingat, Radha sedang dalam mode marah, tidak mungkin berangkat bersama Rohan. Ini saja karena menghindari orang itu.

Tiba-tiba deru suara motor terdengar mendekat padanya, tapi bukan motor Rohan. Radha hafal betul suara motor Rohan.

"Jai?" gumamnya.

"Tepat sekali!" lanjutnya setelah 3 detik.

Begitu Jai menghentikan motor di dekat tempatnya berdiri, Radha langsung berlari dan naik di jok belakang motor pria itu.

"Antar ke sekolah," kata Radha.

Jai menoleh aneh, dia datang untuk menjemput Arzoo karena ada kelas pagi ini, tapi malah Radha yang datang minta diantar?

"Hei, jangan bercanda. Aku menjemput kakakmu, bukan kau," balas Jai. Tentu saja datar seperti biasa.

"Ck, tidak usah banyak protes. Jalan saja! Tidak gratis, aku akan bayar!"

"Cepat!" Radha memukul keras bahu Jai, terpaksa Jai menjalankan motornya. Biar saja jika Arzoo mengomel, ini juga karena adiknya.

"Ja---i ...," Arzoo ternganga di depan pintu. Apa Jai salah orang? Yang diboncengnya Radha dan bukan dia.

"Arzoo, kenapa masih di sini? Di mana Jai? Katanya kau ada kelas pagi?" cecar Rhea.

"Jai salah orang, Kak. Radha yang dibawanya pergi," jawab Arzoo masih dengan tatapan lurus dan heran.

"Apa? Bagaimana bisa? Kau dan Radha sangat berbeda, bagaimana mungkin tertukar?"

Arzoo menatap Rhea sambil menggeleng.

Tak lama deru motor terdengar lagi, kali ini bukan Jai, tapi Rohan.

"Pagi, Kakak-kakak Iparku," sapa Rohan ramah. "Di mana Radha? Belum bangun?"

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang