2. keputusan sepihak

251 15 0
                                    

Andra keluar dari ruangan Irga dengan amarah, merasa direndahkan oleh Irga, sebenarnya saat kuliah mereka satu fakultas, namun sayang mereka bukan teman yang akrab, hanya sebatas teman sekelas, Irga bisa kuliah karena mendapat beasiswa sedangkan Andra tanpa beasiswa ia bisa kuliah di kampus ternama sekalipun. Sebelum sampai di ruang kubikel Shafina, ia menarik nafas panjang untuk menstabilkan emosinya.

"Sha....yang sudah masuk jam makan siang" sapa Andra pada Shafina, yang hanya dijawab dengan anggukan.

"Cieee.... panggilan nya udah khusus ya pak" mbak Tina yang menyahut, Shafina menepuk lengan Andra yang sudah membuat Shafina malu didepan temannya, namun Andra tetap terlihat biasa saja.

"Haduhh jiwa jomblo ku memberontak, oh Abang kapan halalin adek" sahut Lita

"Yuk mas Andra, duluan ya teman-teman ku...."

"Eh Sha jangan lupa, temen itu bahagia kalau pulang makan siang plus kencan di bawain oleh-oleh, kaya biasa pak Irga bawain cemilan untuk kita" sahut Yeni

Shafina menarik lengan Andra agar cepat meninggalkan ruangan sebelum teman-temannya bicara yang bukan-bukan terlebih membicarakan pak Irga yang akhir-akhir ini jadi bahan cemburu buta Andra, Mereka tiba di sebuah kafe.

"Pesan apa Sha?"

"Samain aja mas"

"Masih marah?"

"Untuk?"

"Yang tadi pagi"

"Aku pikir paling mas hanya emosi sesaat, jadi tidak usah dipermasalahkan"

"Aku serius untuk yang tadi pagi Sha, tadi aku bilang ke Irga untuk mempersiapkan pengganti mu jika kita sudah menikah, jujur aku tidak suka kamu berdekatan dengan Irga"

"Kita sudah bertunangan, sebentar lagi akan menikah, ingat komitmen hubungan kita mas jika kamu lupa, Kepercayaan, cemburu dengan Irga sama saja mas tidak mempercayai aku untuk menjaga hati" jawab Shafina pelan, penuh penekanan.

"Dengan menyembunyikan penyakit mu sama saja tidak ada kepercayaan untukku bukan?"
Shafi membulatkan bola mata, kaget atas apa yang diucapkan Andra, bukan maksud untuk menyembunyikan hanya saja Shafina ingin mencari waktu yang tepat, menyiapkan mental untuk menceritakan semuanya karena bercerita tentang penyakitnya sama saja mengingat masa kelam dulu dimasa sakitnya, toh saat ini penyakit itu sudah tidak kambuh meski kemungkinan kambuh tetap ada.

"Darimana mas tahu tentang penyakit ku?" Tanya Shafina

"Tidak perlu kamu tahu."

"Apa mas tahu penyakitku?"

"Tidak"

"Lalu?"

"Aku ingin kamu sendiri yang memberi tahu" jawab Andra

"Permisi pak, bu, ini pesanannya, selamat menikmati" seorang pelayan kafe mengantarkan makanan yang telah dipesan.

"Terimakasih mbak" jawab shafi

"Ayo mas di makan!"

"Jawab pertanyaan aku dulu Sha!"

"Aku lapar mas, boleh aku makan dulu?"

"Sha...." Tanpa persetujuan Andra, Shafina makan dengan lahap karena memang ia sangat lapar, hari ini tenaganya terkuras oleh pekerjaannya dan juga oleh hati nya, ia butuh tenaga dengan asupan makanan. Selesai menghabiskan makanan shafina bersiap untuk memberi penjelasan pada Andra.

"Menurut mas aku sengaja menyembunyikan nya?" Andra hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Shafina

"Mas salah"

Cinta Untuk Shafina 💕 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang