P A R T 13

24 4 0
                                    

Pagi-pagi sekali Gisha sudah rapi. Mengenakan kaos pink serta celana olah raganya. Niatnya hari ini akan joging pagi di sekitaran komplek rumahnya.

"Pagi, Ma, pa" sapa Gisha.

"Pagi sayang" jawab Rita.

"Mau kemana kamu? Kok tumben pagi-pagi begini sudah mandi?" tanya Andrea.

"Gisha mau joging pagi, Pa. Gak jauh kok, hanya sekitaran sini aja,"

"Yasudah kamu sarapan dulu,"

Gisha hanya mengangguk, lalu mengambil dua roti yang sudah di olesi selai coklat oleh Mamanya.

Sepuluh menit setelah menyelesaikan sarapannya, Gisha langsung pergi mengambil sepatu adidas hitamnya.

"Ma, Gisha pergi joging dulu ya," ujar Gisha menghampiri Mamanya yang sedang menyiram tanaman lalu mencium telapak tangan Mamanya.

"Hati-hati sayang, pulang nya jangan sampai sore!"

"Ishh Mama ini, masih aja perlakuin aku kayak anak kecil. Aku kan udah besar, Ma" ujar Gisha cemberut.

Rita terkekeh mendengar ocehan putrinya yang selalu cemberut jika ia memperlakukan Gisha seperti anak kecil.

"Sampai kapan pun kamu akan tetap menjadi gadis kecil Mama, Gisha. Sudah sekarang kamu joging aja. Nanti keburu siang."

Gisha mengangguk seraya tersenyum.
Rita kembali menyirami tanaman-tanamannya sedangkan Gisha sudah pergi joging.

Gisha memutuskan untuk ke taman komplek rumahnya saja. Hari ini disana pasti ramai sekali. Mengingat hari ini adalah hari libur.

Dan benar! Sesampainya Gisha ditaman komplek rumahnya, Gisha dapat melihat tempat ini cukup ramai. Banyak pemuda-pemudi yang sedang berolah raga, berfoto ria bersama teman, pacar atau keluarganya, anak-anak yang sedang bermain, berlari kesana sini dengan keluarga atau teman sebayanya.

Merasa lelah karena joging, Gisha membeli minuman di salah satu pedangang lalu duduk di kursi taman.
Padahal ia baru joging sebentar tapi rasanya ia sudah joging lima jam saja. Sangat lelah. Mungkin itu karena Gisha yang jarang sekali berolah raga.

Gisha melepas earphone di telinganya kala seorang laki-laki menepuk bahunya pelan. Gisha menoleh ke belakang. Melihat siapa yang menepuk bahunya.

"Hai," sapa laki-laki yang menepuk bahunya tadi.

Gisha manatap bingung laki-laki di depannya ini. Detik berikutnya Gisha ingat siapa dia.

"Eh lo yang kemarin nabrak gue di koridor sekolah kan?"

Laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Iya ini gue,"

"Gue boleh duduk disini?" Lanjut pria tadi.

"Oh iya boleh kok." jawab Gisha.

"Lo ngapain disini?" Tanya laki-laki itu.

"Gue lagi pengen joging aja,"

"Rumah lo disini?,"

"Iya,"

"Oh kalau gitu kita satu komplek dong."

"Oh ya? Lo juga disini?"

Laki-laki tadi mengangguk.

"Oh ya nama lo siapa? Kita belum sempet kenalan kemarin,"

"Gisha,"

"Gue Aldi, XI IPS 2"

"XI IPA 3"

Aldi hanya mengangguk kecil saja. Terjadi hening selama beberapa menit antara Gisha dan Aldi. Sampai akhirnya Aldi kembali membuka suara.

"Gue balik duluan ya, Sha. mau susulin adik gue dulu,"

"Oke,"

☆☆☆

Sepulang dari taman komplek Gisha hanya berdiam diri dikamarnya. Di temani dengan beberapa cemilan juga laptop yang menyala. Menampilkan sebuah film anime jepang.

Dirasa matanya sudah mulai lelah juga sedikit mengantuk, Gisha mematikan film anime nya lalu menutup laptop. Menyimpannya di meja belajar.

"Masih ada waktu buat tidur," ujar Gisha lalu merebahkan tubuhnya sampai akhirnya ia terbang memasuki alam mimpi.

Di lain tempat, Kelvin sedang berkumpul dengan ketiga temannya.

"Tumben lo gak teriak-teriak, Bin?" Tanya Rio pada Bintang.

Memang sejak tadi, Bintang hanya diam saja sembari memainkan ponselnya. Biasanya laki-laki itu sering teriak-teriak karena hantu yang ada di game slendrina muncul secara tiba-tiba.

"Gue lagi males main Slendrina. Gue punya game baru," ujar Bintang namun matanya tak lepas dari ponsel yang ada di tangannya.

Kelvin dan William sedang bermain ps. Anteng sekali mereka berdua jika sudah berhadapan dengan play station!

"Game apaan? Seru gak?" tanya Rio lagi.

"Seru banget! Ada banyak gamenya! Bisa ngedekorasi juga!" Ujar Bintang antusias.

"Mana coba gue pengen liat,"

Bintang menyodorkan ponselnya ke hadapan Rio. Sedangkan Rio yang melihatnya hanya melongo. Melihat game seru yang dimaksud Bintang tadi.

"Anjir dah! Gue kira game apaan tai!" Pekik Rio kesal.

"Ini seru banget tau! Nih Rio mau coba main gak? Ada banyak game nya! Atau Rio mau coba dekorasi aja? Tenang aja duitnya banyak kok! Kalau abis nanti gue yang nyari! Mau gak?" Ujar Bintang panjang.

"Game pencet tai dapet duit?" Sahut William.

"Iya! Ih kok Willi bisa tau sih?"

"Mending lo main itu dari pada lo main slendrina, Bin" ujar Rio.

"Kenapa?"

"Biar jantung gue ga lompat karena teriakan lo!" Kata Rio sedikit berteriak.

"Ga jelas banget lo! Masa jantung lompat sih?" Kata Bintang.

"Gue heran ye sama lo. Lo itu di sekolah pinter, terus juga lo masuk ranking sepuluh besar di kelas. Tapi kenapa kalau di luar waktu belajar otak lo bego banget? Atau jangan-jangan lo alter ego? Punya pribadi ganda? Dan pribadi pintar lo akan muncul saat belajar?" Oceh Rio panjang lebar.

"Udah kayak ngasih wejangan aja lo! Panjang banget ngomongnya! Udah gitu ngerap lagi!" Ujar Bintang.

"Lagian ya mana ada gue punya pribadi ganda! Ngaco deh lo! Orang setampan gue punya pribadi ganda? Sangat impossible fergusoh!" Lanjutnya.

Rio juga Bintang terus saja mengoceh. Bercek-cok mempeributkan hal-hal sepele dan sangat tak berfaedah.

Sedangkan William dan Kelvin hanya menyimak saja. Sesekali mereka tertawa karena perbedatan Rio dan Bintang.

Terkadang Rio dan Bintang itu seperti Tom and Jerry tapi kadang kala juga mereka seperti upin dan ipin.

☆☆☆

T B C

Makin sini ceritanya makin absurd aja ya wkwk

Jika ingin memberi kritik serta saran untuk cerita ini, boleh kok! Langsung komen aja atau dm ig aku juga boleh.

@syailamsylna_

*sekalian promosi hahah😂

Maafkeun jika typo berterbangan :)

Jangan lupa vote & coment💙

See you...

KELVINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang