A/N : Diperingatkan bagi kalian pembaca yang baik hati dan berbudi luhur para cecan atau cogan untuk meninggalkan jejak, berupa bintang dan komen nya. Atau kalau kalian males, cukup baca dan gausah aneh-aneh dengan komen "Next" atau "Next ka/author" kalau sampai ada komen kek gitu jangan salahkan saya atau Ka Xia untuk gak update bukan hanya berbulan-bulan mungkin dlm jangka waktu yang gak ditentukan bisa aja setahun.
Itu ultimatum dari kami. Ingat itu Saya dan Hikari sudah capek ngotak dan ngetik, kalian tinggal baca aja gak usah banyak mau nya kalau cuma kasih komen kek gitu, kecuali kasih saran yang berguna untuk pengembangan cerita ini bukan sekedar ngatur. Inget kami punya kehidupan di RL bukan nolep. Paham kalian?!!
Phoenix Malfoy
Setelah adanya pembicaraan tersebut dan juga sekembalinya keceriaan Phoenix, para orang tua pulang kekediaman masing-masing dan tentunya memberikan nasihat pada anak mereka masing-masing untuk selalu berhati-hati dengan Albus Dumbledore dan beberapa antek-antek dalam pelatihannya. Phoenix sendiri dibawa pulang dan beristirahat dirumah saja untuk menenangkan diri dahulu atas saran Severus yang diterima dengan sangat baik oleh Narcissa dan Lucius.
Sementara itu kita beralih pada Albus Dumbledore yang kini ada di kementrian tengah berbincang dengan Cornelius Fudge Menteri yang tidak kompeten dan hanya peduli jabatannya meski banyak sekali korup didalamnya. Dengan sepoci teh dan beberapa kudapan manis dimulai perbincangan tersebut.
"Cornelius temanku yang baik, bisakah kau membantuku? Aku tengah khawatir dengan dua muridku yang diancam oleh keluarga yang memsupremasikan darah murni mereka yang kuduga sebagai pelahap maut yang loyal pada Voldemort" ungkapnya dengan kekhawatiran yang sangat meyakinkan didukung oleh wajah simpati ala kakek baik hati.
"Oh benarkah itu Albus? Tolong ceritakan padaku biarkan aku membereskannya dan menunjukkan bahwa kementrian tidak boleh ditentang dan benar" ujar Cornelius dengan sombong dan menunjukkan betapa dia berkuasanya atas pemerintahan dunia sihir, jujur saja Albus merasa muak dan ingin mengirim heks namun ia sadar itu hanya menghambat saja dan membuang sihir dengan percuma.
"Ya, kau tahu mengenai Malfoy? Kurasa Lord Malfoy memiliki kesalahpahaman dan juga menarik kesimpulan berlebihan dalam menangani hal yang biasa dilakukan remaja" ujar Albus dengan nada keprihatinan palsu yang sayangnya tersamarkan. Laki-laki tua dan manipulative ini menceritakan perkara kejadian dengan modifikasi disana-sini, membuat seolah-olah itu hanyalah kenakalan remaja biasa dan dapat ditolerir berbeda dengan cerita yang sebenarnya. Cornelius yang bodoh tentu saja percaya dengan mudahnya.
"Tapi Albus, kurasa keluarga itu tidak akan menyerah dengan mudah terlebih Lucius sudah bekerja untukku sudah dipastikan ia memiliki hak untuk menuntut, ia memiliki suara di wizengamot suka atau tidak nya kau Albus, ku yakin ini tidak akan mudah"
"Cornelius tenang saja, setiap hal ada celahnya sekecil apapun itu bisa kita manfaatkan. Disini aku menemukan celah, keluarga Malfoy adalah lingkaran pureblood baru di Inggris, mereka adalah imigran dari Perancis beberapa abad lalu sehingga ia tidak bisa menuntut begitu saja terhadap kementrian"
"Oh kau benar Albus, baiklah ketika akan ada pengajuan sidang aku akan memotongnya"
Albus yang mendengar hal tersebut tentu saja puas dengan hasil perbincangan, dan segera ia pamit dari sana tidak ingin mendengarkan omong kosong dari Menteri bodoh namun berguna baginya untuk tetap menguasai Hogwarts dan mengembangkan senjata potensial dari beberapa murid untuk ia susupkan di setiap sendi dunia sihir hingga akan memudahkannya mengejar kekuasaan yang ia impikan.
Satu hal yang pak tua itu lewatkan, keluarga yang dilawannya bukanlah keluarga sembarangan. Dan sepertinya ia akan medapatkan kejutan nanti.
Beralih saat ini di Riddle Manor, disana terdapat gadis kecil berambut hitam dan bermata zamrud tengah berbicara diruang rahasia milik Lord Riddle dengan basilik yang menjadi tempat bersandarnya. Gadis tersebut adalah Phoenix Malfoy yang kini berpenampilan seperti Harry Potter versi perempuan. Hal ini dikarenakan amarah dan kekuatan sihirnya yang besar mempengaruhi bola mata tersebut sehingga kembali pada wujud aslinya. Tom yang merasakan rembesan sihir yang kuat dan tidak biasa ini menuju sumber sihir tersebut dan menemukan Phoenix yang bersandar dan bergumam pelan pada basiliknya, Mortem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix Malfoy [Slow Update]
Fiksi PenggemarSeingatnya dia sudahlah mati, terkena kutukan kematian yang dilontarkan Voldemort saat berduel dengannya dihutan kematian. Ia pun bertemu kepala sekolahnya dan menaiki kereta untuk menuju orang-orang yang disayangi yang telah direnggut sang kematian...