Dua

51 3 10
                                    

APA? NGALAH? EMANG ADA PERATURAN KAYAK GITU HA?

"Gak mau," tegas gue, lalu menoleh ke Amanda lagi. "Man, kok lo gak ngebelain gue sih?"

Muka Amanda datar, gak bereaksi apapun. Gue jadi mijit-mijit jidat, pusing. Amanda dah mingkem, lah gue? Masa berdebat sendirian di tengah kantin yang rame nya minta ampun.

Gue berdiri, lalu menarik tangan Amanda. Gak apalah, gue juga udah kehilangan nafsu buat makan.

Sebelum pergi, gue mendekat ke Alvian, "Gue pergi bukan karena gue kalah, apalagi takut," bisik gue sepenuhnya kesal.

Dia berdecak, gak bilang apa-apa.

Gue pergi keluar kantin sambil nyeret Amanda yang masih mingkem. Sesampai di koridor lantai dua, gue menepi lalu melepaskan genggaman gue di lengan Amanda.

"Lo kenapa gak belain gue sih," tubuh samping kiri gue bersandar di pilar koridor, menghadap Amanda dengan tangan melipat di depan dada.

Gue merengut, "Pake acara mingkem-mingkeman segala."

Dia mengerjap-ngerjap, baru sadar kalo udah di koridor, "Lah, gue kira kita masih di kantin."

"Mandaaa, kok lo bego bener sih jadi orang," kata gue mulai greget.

Dia mulai cengengesan gak jelas, "Apa sih." Lalu tiba-tiba mengulum bibir sambil cemberut, "Lo tahu kan kalo tadi ada Jordan."

Fix, gue punya temen bego.

"Terus kenapa kalo ada Jordan? Dia gak akan makan lo kan."

"Lo temen gue, tapi lo gak tahu apa-apa tentang gue," Amanda ngoceh-ngoceh. Lah, gue emang gak tahu apa-apa tentang lo, Man. Gue aja baru kenal sama lo kelas 11 ini.

"Man, dengerin gue. Kita baru kenal lima jam yang lalu dan gak akan mungkin gue tahu semua privasi lo selama itu. Itu gak masuk akal. Makanya, jangan marah sama gue dong," kata gue sudah berkacak pinggang. Pusing menghadapi makhluk yang satu ini.

Emang iya gue baru aja kenal sama Amanda hari ini. Itu pun gak sengaja karena Amanda duduk di seberang kanan gue. Tau ah, gelap

Amanda cengengesan lagi sambil garuk-garuk kepala, "Ohh, iya ya."

Gue melengos, untung gue tipe orang yang sabar. HAHAHAHA BULLSHIT LO CHA!

"Oke, kembali ke pertopikan tadi. Jadi, ada apa sama Jordan?" tanya gue mulai penasaran.

Bibir Amanda mulai mengot-mengot gak jelas lalu berguman kecil, "Gue suka sama Jordan."

Gue mendelik dengan mulut tenganga, "Ha? Sejak kapan?"

Melihat gue, Amanda jadi memutar-mutar bola mata, panik, "Lo ngomongnya jangan kuat-kuat atuh."

"Ehh, iya-iya sorry. Gak sengaja," cengir gue.

Amanda celingak-celinguk melihat keadaan. Elahh, takut amat lo Man. Amanda mulai mendekat dan berbisik pelan, "Sejak awal kelas sepuluh."

Garis bibir gue membentuk huruf 'o' sambil ngangguk-ngangguk. Ternyata sekarang Amanda jadi cinlok, toh. Enak banget ceng-cengin Amanda kalo radarnya lagi dekat sama Jordan ya. HAHAHA JAHAT BANGET LO, CHA.

"Jangan kasih tahu siapa-siapa ya, Cha. Gue malu banget kalo orang lain tahu," rengek Amanda.

"Otw kasih tahu Jordan ah," kata gue dengan nada iseng sambil berbalik, pura-pura ingin pergi. Amanda langsung menahan lengan gue sambil meringis, "Jangan Cha."

Gue menghadap ke Amanda sambil cekikikan dengan telapak tangan berusaha menutup bibir, "Haha, ekspresi lo lucu banget, Man.Ya mana ada temen yang ngebongkarin rahasia temennya sendiri."

Kulkas Boy [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang