Kembali ke Rumah

10 2 0
                                    

Seorang gadis menatap tajam Kania dari ambang pintu. Napas gadis itu terdengar memburu, sangat tidak santai. Ia berjalan masuk ke kelas dan berdiri tepat di hadapan Kania.

Kania menelan salivanya kuat, keberaniannya selalu menciut setiap kali berhadapan dengan gadis ini. Kania bangkit dari duduknya. Ia memberanikan diri untuk menatap Nadia dan berdiri di hadapan gadis itu.

"Kenapa kak?" tanya Kania datar.

Nadia meremas kuat ponsel di tangan kanannya, urat-urat jemarinya tampak menegang.

Kania menghela napas resah, "Kenapa kak?" ulang Kania.

Nadia menunjukkan gambar di layar ponselnya ke hadapan Kania, "Lo ngapain sama Gara?" bentak Nadia.

Kania mendesah, sebenarnya ia sudah bisa menebak penyebab amarah Nadia. Mereka berdua sudah menjadi tontonan seisi kelas, termasuk Ocha dan Angga yang tak berani angkat bicara.

Banyak pula siswa-siswi yang berdesakan di pintu hanya untuk menyaksikan pertengkaran mereka.

"Kakak dapet darimana?" Sungguh, derik berikutnya Kania merutuki kebodohannya, dari sekian banyak penjelasan yang ia punya malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya.

"Gak penting darimananya, kamu masih berhubungan sama Gara?" tanya Nadia tak santai.

Kania menggeleng pelan, "Kak Gara yang tiba-tiba dateng, bukan Kania yang deketin kak. Lagipula, Kai tolak kok waktu kak Gara ngajak Kai berangkat bareng, gak semua yang kakak asumsikan tentang foto itu benar," jelas Kania, sungguh baru kali ini Ocha mendengar Kania berbicara lembut dan tidak cuek seperti itu.

Bullshit, umpat Nadia dalam hatinya. Tentu saja Kania mampu mendengar semua itu, begitu juga Ocha, tapi mereka memilih bungkam.

"Gue ingetin Kai, jangan ganggu Gara, gue gak suka!" tekan Nadia, lalu gadis itu berbalik, hendak meninggalkan kelas Kania.

"Kakak berubah." Kania menjeda sebentar ucapannya, ia menarik napas pelan, "Kakak rela marahin Kai demi Kak Gara, bahkan kakak rela nampar Kai demi mama tiri jahat kayak mama Ningrum."

Nadia membalikkan badannya, wajahnya merah padam, rahangnya mengeras, "Kania!" bentaknya, lalu mengangkat tangannya hendak menampar Kania.

Belum sempat tangannya menyentuh pipi Kania, seseorang menahannya. Reno, pria itu sedang memegang tangan Nadia yang terangkat di udara.

"Maaf kak, jangan buat keributan," kata Reno dengan nada sesopan mungkin.

Nadia mendengus, lalu menepis kasar tangan Reno, gadis itu pergi meninggalkan kelas Kania.

Reno menatap gadis urakan yang selalu ia hukum itu. Tidak seperti biasanya, Kania tertunduk dalam, ia bahkan tak berani menatap wajah teman-temannya yang terus memperhatikan, menuntut penjelasan.

Ganjen

Kecentilan

Ada apa sih?

Rasain lo

Semua suara itu terngiang di telinganya, tapi kali ini ia sama sekali tak berminat membalas, Kania berlari meninggalkan kelas.

Ocha berdiri dari duduknya, ia segera menyusul Kania, diikuti oleh Angga juga Reno. Tapi Reno berbelok sebentar ke koperasi sekolah, entah apa yang ia beli lalu ia kembali mengejar Ocha.

*****

Kania menatap wajahnya di cermin toilet sekolahnya. Air matanya perlahan turun, ini yang ia tidak suka dari dirinya, pertahanannya selalu runtuh jika berhadapan dengan Nadia. Kania membasuh wajahnya.

KaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang