Malu; Antara Iman dan Kesombongan🍃

20 7 5
                                    

Sahabatku ...

Rasa malu adalah sebagian dari iman.
Namun, terkadang kita sering salah mengartikan dan menempatkannya.

Sebagai contoh:

Kita merasa malu saat harus mengenakan pakaian yang tidak bermerek, berkendaraan jadul, handphone jadul, dan barang lainnya yang ketinggalan zaman.

Tetapi, pernahkah kita bertanya pada hati kecil kita?

Apakah ini rasa malu yang di maksud oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam?

Padahal sesungguhnya, rasa malu yang kita rasakan saat ini bukanlah rasa malu yang diinginkan oleh Rasulullah.

Akan tetapi rasa malu yang kita rasakan adalah suatu kesombongan dan ketakaburan.

Kita selalu ingin dan harus dianggap berkelas dan tampil beda, selalu berkeinginan dianggap sebagai orang yang lebih dan memiliki keistimewaan diatas orang lain.

Hal ini adalah kesombongan dan bukan rasa malu yang di inginkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam.

Sahabatku ...

Malu yang di sabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam yang mengandung makna "Malulah engkau kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya." Kemudian para sahabat mengatakan, "Kami semua juga malu ya Rasulullah ...."

Sepertinya apa yang dipahami oleh para sahabat Rasulullah sama seperti yang pernah kita pahami yaitu malu karena makan sederhana, berpakaian sederhana, dan mempunyai pekerjaan yang sederhana.

Dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam, "Bukan itu yang dimaksud dengan malu." Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjelaskan, "Sesungguhnya rasa malu itu yang merupakan sebagian dari iman adalah; pertama, jika engkau menjaga kepalamu dan apa yang dikandungnya artinya menjaga mata, lidah dan telinga dari yang diharamkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kedua, jika engkau menjaga perutmu dan apa yang disekitarnya artinya menjaga apa yang akan masuk dalam perut kita dan menjaga apa yang disekitar perut kita yaitu kemaluan kita dari melakukan sesuatu yang keji."

Dari sini kita dapat memahami bahwa malu yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu 'Alaihi Wasalam itu bukan malu dipandang orang, tapi malu dipandang oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Apakah yang kita lakukan saat ini Allah ridho atau tidak?

Apakah Allah cinta atau tidak?

Itulah malu yang sesungguhnya dan saat inilah waktu kita untuk koreksi diri.

Malu yang ada di dalam hati kita itu malu yang seperti apa?

Jangan-jangan malu kita adalah kesombongan yang justru akan menjerumuskan kita kedalam kehinaan.

Sahabatku ...

Mari kita tumbuhkan malu kita kepada Allah. Jika memang kita harus malu kepada sesama manusia, hal itu boleh sebatas itu tidak menjadikan Allah murka.

Hilangkan gengsi, hilangkan pamer. Karena itu semua adalah kesombongan yang menghantarkan kepada kerakusan dan menghadirkan kejahatan.

Maka ...

Hiduplah secara sederhana, karena orang yang senantiasa berpegang kepada kesederhanaan, ia akan dapat menerima apa adanya dan mudah mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sahabatku ...

Mencari pekerjaan itu yang penting halal bukan yang penting besar gajinya.

Memakai pakaian itu yang penting menutup aurat bukan yang penting glamour.

Rumah itu yang penting bisa menjaga keluarga bukan yang penting megah.

Orang yang hanya mementingkan kemewahan, cenderung memaksakan diri meskipun pendapatannya terbatas ia harus membeli baju yang mahal, rumah yang megah dan kendaraan yang mewah, hingga secara otomatis ia akan mudah terjerumus untuk mengambil tindakan yang tidak diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Itulah hilangnya rasa malu. Sungguh, malu adalah benteng keselamatan kita.

Goresan_Pena

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang