Enam

9 1 0
                                    

6 Juli 2017
Dear Diary...

Pagi ini gue terbangun dengan lesu. Efek kemarin terlalu fullday jalan-jalannya jadi gue masih capek.

Gue baru mandi jam setengah sembilan, lalu makan seperti biasa dan ngobrol-ngobrol di ruang makan bareng bibi Reni.

Hari ini keluarga gue dan nenek bakalan pergi ke Padang Kota. Ke Pantai Malin Kundang, hehehe. Mau ikut? Ayo, baca aja ya. Tapi kita berangkatnya nanti setelah dzuhur. Jadi lumayanlah buat istirahat dulu di rumah.

Seberes sarapan, mama nyuruh gue jemur pakaian. Okelah, gue segera jemur pakaian keluarga gue dan keluarga paman Tedi dan bibi Ressy. Mama gue ngebantuin keluarga mereka nyuci karena bibi Ressy lagi sakit.

Setelah menjemur pakaian, gue menjemur diri di teras rumah. Gak lupa, sebelum ke teras rumah gue memakai kerudung dulu.

Saat gue sedang di teras, tiba-tiba gue kepikiran kak Bintang. Dia lagi apa ya? Hari ini dia pergi kemana? Batin gue bertanya-tanya.

Gue pun mendongakkan pandangan ke arah jalanan di depan rumah gue. Jalanan ini bukan jalan raya. Tapi, setiap mau ke Bukittinggi, Padang Kota, dan lain-lain, orang selalu menggunakan jalan ini. Bisa dibilang ini jalan utamanya kalau di kampung gue.

Gue jadi berharap kak Bintang lewat deh. Soalnya kalau dia mau pulang ke rumahnya, pasti harus melewati rumah gue. Tapi, ya udah lah ya. Jangan mengharapkan yang enggak-enggak deh , batin gue menyedihkan.

Pukul setengah sebelas, gue beranjak dari teras ke ruang tamu. Gue yang sedang dilanda gabut, akhirnya menyalakan televisi dan menonton beberapa berita.

Saat mulai bosan dengan berita, gue mengganti channel ke SCTV. Disana sedang tayang FTV. Wah, favorit gue nih. Gue pun dengan semangat nonton ini FTV.

Waktu gue lagi nonton, nenek gue tiba-tiba ngajakin ke sebrang rumah. Ke lapau. Lapau itu adalah warung ya kalau bahasa Indonesia nya. Yaudah deh, gue tinggalin dulu tontonan gue.

Gue dan nenek pun membeli biskuit dan juga susu. Gue gak nanya sih itu buat apa dan siapa. Ya gue ngikut-ngikut nenek gue aja. Soalnya nenek gue kalau jalan keluar rumah tuh harus dipapah. Karena kasihan juga udah tua dan gue sebagai cucunya harus menyayangi nenek gue dong.

Gue kembali kerumah lalu melepas kerudung. Nenek manggil gue ke dapur, "Mentari.. siko nak," (sini).

Gue pun segera bangkit dan kembali meninggalkan FTV, "iya, nek!" seru gue semangat.

Saat gue sampai di dapur, nenek tiba-tiba ngasihin biskuit dan susu yang tadi gue beli di lapau. Woah, ternyata itu buat camilan gue selagi nonton. Nenek emang terbaik. Gue pun berterimakasih dan kembali berbaper-baper ria menonton FTV.

Jam dua belas, gue segera makan siang. Perasaan, gue makan terus deh, selalu aja gitu. Balik-balik dari Padang biasanya gue gendutan. Ahahay, gapapa deh.

Setelah itu, karena jam sudah menunjukkan pukul setengah satu, gue segera mengambil wudhu dan sholat dzuhur.

Setelah dzuhur, kita semua berangkat ke Pantai Air Manis. Yaps, pantai tempat Malin Kundang.

Sesampainya disana jam menunjukkan pukul dua. Gue langsung berfoto-foto ria di tempat batu peninggalan Malin Kundang. Saat lelah dengan berfoto, gue segera membeli minuman pop ice rasa strawberry. Itu minuman favorit gue selama di Padang loh. Gak di mana-mana gue mesennya itu, ahahay.

Setelah itu, kita sholat ashar di masjid dekat pantai. Dan melanjutkan perjalanan ke rumah kakak pertama mama, yaitu paman Erik dan bibi Amanda.

Saat sampai dirumahnya, bibi Amanda sudah menyiapkan banyak makanan. Gue yang kelaparan pun segera menyantap hidangan dari bibi Amanda.

Selesai makan, gue dan Kenanga langsung ke teras rumah mereka, lalu kita duduk-duduk di ayunan sembari menatap senja yang menyenangkan.

Gue jatuh cinta terhadap senja. Di kota ini gue akhirnya paham, bahwa senja diciptakan bukan hanya untuk dinikmati keindahannya. Tetapi.. Allah menciptakan senja agar mereka mengerti. Bahwa sinar mentari tidak selalu tentang pagi hari, tetapi.. mentari akan selalu bersinar walau mentari senja tak akan pernah secerah mentari pagi.

"Nga, indah ya mentarinya," kata gue tersenyum.

Si Kenanga malah sewot balesnya, "mentari senja kan? Bukan Mentari elo," yang gue balas dengan delikan mata.

Waktu maghrib tiba, kita semua segera sholat maghrib dan berpamitan kepada paman Erik dan bibi Amanda untuk pergi ke rumah sakit menjenguk saudara nenek.

Tiba di rumah sakit, gue, Kenanga, kak Pelangi dan Bimasakti enggak ikut ke dalam. Karena kita masih dibawah umur dan ya efek males juga sih.

Gue yang duduk di jok tengah, auto pindah ke belakang biar leluasa main handphone. Oh iya, mobil gue ini Grand Max warna putih. Jadi jok belakangnya ada dua. Yang duduknya berhadapan gitu loh.

Waktu gue main handphone, gue cerita-cerita di DM Instagram ke temen gue. Gue nyeritain tentang kak Bintang, ahahay. Pokoknya gue udah merasa dimabuk asmara aja dah.

Saat papa, mama dan nenek gue udah balik ke mobil, gue tetap duduk di jok belakang. Gue dan si Kenanga berhadapan duduknya.

Saat udah setengah perjalanan, gue tiba-tiba ngantuk dan udah gak mood main handphone. Jadinya gue tidur deh. Tidurnya itu bener-bener sempit dan susah. Ya.. tapi gimana lagi.

Jam sepuluh malam gue baru sampai di rumah. Dan gue segera bersih-bersih di toilet. Lalu ganti baju dan kembali ke alam mimpi.

Mungkin, segitu aja cerita gue hari ini. Sampai berjumpa besok diary.

~

Vote dan comment💗🌈

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang